Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|8| 👑 What's left? 👑

Katanya tak bisa bangkit

Kalau tak pernah jatuh

Tapi kalau yang tersisa hanya sakit

Mungkin sudah saatnya menjauh

👑

Junior masih tidak mau melepas lengan baju Lian yang digenggamnya sejak tadi. Wajahnya bingung, bahkan menjurus ke arah takut. Lian sendiri masih belum tahu keputusannya mengajak Junior ke sini benar atau tidak. Dia hanya mengikuti perintah senior. Kemarin, Gezi membahas masalah mini bazar yang diadakan LARC hari ini dan mengajak mereka semua yang berkumpul di Dreamy Land kemarin untuk ikut serta menjaga stan.

"Lian, ini kita doang kayaknya yang anak baru. Beneran nggak apa-apa?" tanya Junior lagi, suaranya agak tercekat.

Lian memandang sekeliling dan memang benar kata Junior tadi, hanya mereka mahasiswa angkatan baru di sini. Selebihnya yang ada di Dreamy Land kemarin, ditambah Gisa dan Jason, vice precident LARC. Tapi Lian menoleh pada Junior dan memberikan senyum hangatnya, berusaha menenangkan temannya itu, walau dia sendiri merasa canggung di sini.

Di sebelah mereka, ada Rhea dan Gisa yang berdiri dengan gelisah. "Rhe, ada Jason juga, tuh. Gimana nanti lo?"

Pertanyaan Gisa tadi menarik perhatian Lian dan Junior. Memang ada apa dengan vice precident mereka? Dengan refleks, Lian dan Junior memperhatikan Rhea. Cewek itu tidak menjawab, malah memalingkan wajah ke arah lain. Lalu mereka beralih ke Jason. Berbeda dengan Rhea, cowok itu malah menatap terang-terangan. Kemudian seolah sudah di-setting, pandangan Lian dan Junior terarah bolak-balik ke dua orang itu sampai suara Gezi terdengar dan membuat mereka tersadar.

"Nah, udah kumpul semua. Ayo kita mulai susun-susun barang."

Akhirnya, mereka semua mulai bergerak menurut instruksi Gezi. Tim cowok sibuk mengangkat kardus-kardus berisi barang, kecuali Alard. Dia hanya berdiri di pilar pojok dengan gaya khasnya, tangan kiri di saku, tangan kanan memegang di atasnya. Sedangkan tim cewek sibuk menata barang dari kardus di meja stan.

Melihat Gezi datang dengan dua kardus di tangan membuat Yorin berdecak. "Temen lo itu enak-enakan berdiri di sana dan lo gantiin dia bawa dua kardus?"

Gezi tersenyum kecil lalu menoleh ke arah Alard yang hanya berdiri diam di tempatnya. Wajahnya tampak tidak nyaman. "Dia punya alasan sendiri kenapa begitu."

Tanpa disangka, ucapan itu berhasil membungkam Yorin. Dia jadi ikut menoleh pada Alard dan memperhatikan wajah juga tingkah cowok itu. Alasan sendiri apa yang dimilikinya sampai Gezi berkata begitu? Jelas tidak mungkin karena malas atau sikap angkuhnya kalau sudah Gezi yang memaklumi.

"Kalau udah deket nanti, lo juga bakal tau alasannya kok, Rin. Sekarang fokus ke bazar dulu, ya," tambah Gezi saat melihat Yorin termenung. Dengan cepat, Yorin menggeleng untuk membuat dirinya kembali sadar.

Setelahnya, Gezi berlalu dan mereka kembali menyusun barang dari kardus. Belum lama berlalu, Gezi sudah kembali dengan sebotol minuman dingin di tangannya. Dia menyerahkan itu pada Runa dengan senyum lebar, lalu kembali ke dalam untuk mengambil sisa barang. Dan dengan entengnya, setelah Gezi pergi, Runa berjalan menghampiri Alard dan menyerahkan minuman yang didapatnya tadi.

"Gezi suka sama Runa, Rhe? Terus itu Runa ...?" tanya Gisa setelah melihat rangkaian adegan yang tidak menyenangkan barusan.

Rhea hanya bisa merespons dengan menghela dan mengembuskan napas dalam-dalam. Tidak pernah dia sangka, melihat orang yang dia suka disia-siakan oleh orang lain lebih menyakitkan daripada menyadari kalau perasaannya tak akan pernah terbalas.

Gezi, you just have to get the one who loves you back and be happy, please.

👑👑

Tim cowok sudah selesai mengeluarkan barang-barang yang diperlukan dan langsung membantu tim cewek membereskan sedikit tatanan meja. Kini semua sudah beres dan stan yang mereka buat terlihat rapi.

"Oke, makasih semua yang udah bantu keluarin barang dan susun-susun. Sebentar lagi kita bakal mulai mini bazarnya. Jaga stannya gue bagi tim, ya. Stan 1 ada Rhea sama Jason. Stan 2 gue sama Runa. Stan 3 Alard, Yorin sama Lian. Stan 4 Gisa sama Junior," Gezi memberi instruksi dan keadaan mendadak jadi kacau.

"Ih, Gezi ...," gerutu Runa karena dia tidak jaga bersama Alard.

"Tenang, Run. Nanti gue bantuin," jawab Gezi, yang tidak tahu alasan Runa menggerutu.

Sementara Yorin langsung memberi tatapan sengit pada Alard. Untung ada Lian juga dalam kelompok jaga stan ini. Kalau tidak, sudah pasti dia akan protes dan posisi Gezi akan semakin sulit nantinya. Karena saat ini saja, dia sudah mendapat protes dari Runa, dan Rhea yang hanya disampaikan lewat tatapan. Belum lagi Junior yang heboh karena dipisahkan dari Lian.

"Lian ...." Kembali terdengar suara lemas sekaligus menggemaskan dari Junior. Sejak tadi, dia benar-benar tidak melepas lengan baju Lian. Kalau melihat keadaan ini, sepertinya posisi Lian bukan sebagai teman, tapi lebih seperti ayah yang anaknya tidak rela ditinggal.

Gisa langsung menarik tangan Junior dan mengapitnya. "Udah nggak apa-apa. Gue nggak gigit elah."

"Gue emang sengaja susunnya cowok sama cewek, biar seimbang. Kalau butuh tenaga, ada. Kalau butuh bujuk-bujuk, dan masalah tawar-menawar, biasanya cewek lebih jago. Jadi maaf ya, kalian nggak bisa sama temen masing-masing," ujar Gezi menenangkan orang-orang yang protes.

Walau setelah itu masih ada sahutan, Gezi berhasil mengakhiri semua protes dan hasil yang didapat tetap tidak berubah. Tidak diragukan lagi memang sifat kepemimpinan Gezi, sekali mengeluarkan keputusan, akan tetap terjadi. Walau ada protes sebelumnya, pada akhirnya semua orang akan setuju juga.

"Kok aku ngerasa ini aneh ya, Kak?" bisik Junior pada Gisa sebelum semua memencar.

Gisa langsung menoleh, takjub dengan Junior yang ternyata cukup tanggap. "Mereka emang lagi ada di lingkaran aneh, makanya lo sama gue aja udah. Kita misahin diri."

Junior kembali melihat orang-orang yang ditugaskan di stan lain. "Kita nggak lagi bentuk lingkaran kok, Kak."

Mendengarnya, Gisa hanya bisa menghela napas. Yang namanya anak polos, ya akan selalu polos ternyata. "Terus yang lo maksud aneh apa?"

"Rasanya ... ini nggak beneran niat bazar aja, kayak ada tujuan lain."

Entah kenapa, Gisa terlihat bangga. "Lo nggak sepolos yang gue kira ternyata."

Di sisi lain, dengan berat hati, Rhea berjalan menuju stan 1 yang ditugaskan padanya. Di sana, Jason sudah menunggu. Senyumnya mengembang ketika melihat Rhea mendekat. Namun senyum itu bukannya membuat Rhea terpikat, malah membuatnya merasa tidak enak. Demi apa pun, kenapa Gezi harus membuat mereka jaga stan bersama, sih? Suasana kan jadi supercanggung.

"Hai, Rhea," sapa Jason ramah, yang hanya bisa dibalas senyum formalitas oleh Rhea.

Panggilan itu membuat Rhea teringat dengan pertemuan pertama mereka. Saat Rhea OSPEK dulu, Gezi yang memimpin acaranya. Waktu itu, karena sedang sakit, Rhea melupakan banyak hal. Tidak membuat nametag dari karton yang harus dikalungkan dengan tali rafia, juga datang paling akhir, hampir terlambat.

Di barisan belakang, Rhea panik melihat semua teman seangkatannya memiliki peralatan serupa. Lalu di saat itu, Jason menyodorkan karton tanpa melihat ke arahnya. Selanjutnya datang lagi spidol untuk menulis nama, dan terakhir tali rafia. Sejak saat itu, Jason terang-terangan mendekati Rhea dan tidak pernah memenggal namanya saat memanggil. Bisa dibilang, satu-satunya orang yang tidak pernah memanggil Rhea dengan 'Rhe', itu Jason.

"Gue tau lo nggak suka sama gue," ujar Jason tiba-tiba, membuat Rhea menoleh dengan mata melebar. Lalu dia tertawa kecil. "Kenapa kaget? Kan lo nolak, ya udah jelas lah lo nggak suka sama gue."

Rhea kembali memalingkan wajah, merasa tidak enak. "Kaget aja tiba-tiba Kak Jason nanya ngomong begitu."

Sejak awal, Rhea memang selalu membedakan Gezi dengan Jason, sebenarnya dengan semua orang. Dengan yang lain, dia selalu bersikap sopan dan memanggil kakak. Tapi dengan Gezi, dia ingin mengobrol senyaman mungkin. Mereka yang pernah satu SMA jadi alasan yang bisa dipakai Rhea saat mulai berbicara dengan santai, dan untungnya Gezi tidak masalah.

"Sebenarnya dari awal gue tau sih, Rhea. Dari dulu, yang lo liat cuma satu orang. Gue cuma nipu diri sendiri aja. Berusaha dikit lagi, tunggu sebentar lagi, nanti juga waktunya bakal tiba. Ya, gitu emang manusia, bikin harapan-harapan sendiri sesuai keinginan, padahal kenyataan nggak akan begitu. Yang bukan buat kita nggak akan bisa didapat walau udah usaha kayak apa juga."

Ada sesuatu yang menusuk di hati Rhea ketika mendengar semua ucapan Jason. Yang bisa dilakukannya hanya menoleh dan berujar lemah, "Maaf."

Jason menggeleng. "Bukan salah lo, Rhea. Gue aja yang nggak tahu diri. Perasaan ini, gue yang biarin ada dan pelihara, jadi semua akibat yang ada, sepenuhnya urusan gue. Nggak ada yang bisa lo perbuat dengan itu. Tapi, Rhea, gue nggak mau lo jadi kayak gitu juga. Ada batas buat usaha, ada masa juga buat nunggu. Sometimes, love can be hurting, but it has to be beauty too. Kalau yang lo rasain udah sakit doang, mungkin udah saatnya berhenti."

Rhea tertegun. Pandangannya mengarah pada Gezi dan Runa yang ada di stan 2. Saat ini, Gezi sedang tertawa lebar, entah karena apa.

Lalu pertanyaan itu menghampirinya begitu saja. Apa hasil dari perasaannya pada Gezi saat ini hanya membawa sakit?

👑👑👑

Telat sehari updatenya 😭😭
Karena mikirin judul dong 😂
Yang nulis juga, lebih susah mana, mikirin judul apa isi?

Btw omongan Jason dalem banget huhuhu
Question of the day: lebih sakit ngeliat orang yang disuka disia2in apa tau dia ga bakal suka balik?

Ini masih Rhea mulu ya ceritanya hahaha updatean selanjutnya deh baru balik lagi ke Yorin dan segitiganya 😆

Komen2 dan vote yaaa ditunggu huehehe

Salam dari saudaranya Jinhyuk,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro