Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|7| 👑 Lingkaran Setan 👑

Tanpa sadar kita terjerumus

Pada lingkaran yang tak bisa terputus

Tetap memupuk rasa di hati yang tandus

Walau tahu, mungkin akhirnya akan pupus

👑

Lian mengedarkan pandangannya berkeliling dan menemukan dekorasi berwarna pastel yang manis mendominasi Dreamy Land. Kalau kata Yorin, kafe ini adalah tempat makan favoritnya bersama Gisa dan Rhea. Ketika mendengar itu, Lian tidak bisa menebak alasan mereka menyukainya. Dekorasi, suasana, atau makanannya, karena Yorin terlihat begitu senang ketika masuk ke sini. Juga saat memesan makanan. Dia bahkan langsung memutuskan tanpa melihat menu lagi.

"Makanan di sini enak-enak banget. Tapi yang paling, piza, menurut gue." Mata Yorin terlihat bersinar ketika mengucapkannya.

Melihat itu, senyum Lian mengembang. "Itu makanan favorit Kak Yorin?"

"Di sini. Aslinya sih, gue suka pempek di abang-abang keliling. Udah susah banget nyarinya. Cuma di sekitaran rumah adanya, di dekat kampus mah boro-boro."

"Sederhana banget," simpul Lian sambil mengangguk-angguk dan kembali mengulum senyumnya. "Ya udah, Kak. Satu piza itu aja kita pesen, buat dibagi dua."

Yorin langsung menggeleng-geleng dengan mata membesar. "Lo harus makan seporsi sendiri. Gue kan sengaja ngajak lo ke sini buat perbaikan gizi."

Kali ini Lian tidak bisa menahan tawanya. Sepertinya Yorin memang menganggapnya terlalu kurus dan punya misi memberikan seluruh makanan di dunia untuk membuat badannya jadi lebih berisi. Menyenangkan, diperhatikan seperti itu oleh orang lain. Walau sepertinya, Yorin sendiri tidak menyadari kalau badannya juga kurus.

Setelah memesan dua piza ke pramusaji, Yorin kembali menatap Lian. Dagunya ditempelkan pada tangan yang bertumpu di meja. Tatapannya benar-benar terkunci ke depan, sedangkan cowok itu justru terus melihat sekitar. Kalau dipikir-pikir, Lian jarang memandangnya terang-terangan, kecuali saat diajak bicara. Entah dia memang punya kepribadian pemalu atau justru kurang percaya diri kalau harus beradu tatap dengan orang.

Namun kalau Yorin mengingat apa yang terjadi di ruang club tadi, tepatnya ketika Lian memangku gitar, semua kesimpulan itu lenyap. Cowok itu terlihat nyaman dan penuh percaya diri. Dilihat dari sisi mana pun, semua orang pasti bisa sepakat kalau Lian itu tampan. Tapi kalau sudah melihat cowok itu bersama gitar, Yorin yakin semua orang akan lebih terpana dan tidak hanya berfokus pada ketampanannya lagi.

"Lian," panggil Yorin pelan. Ketika Lian menoleh dan Yorin baru membuka mulut hendak berbicara, suara pintu kafe yang terbuka menarik perhatian mereka berdua.

Dari balik pintu kayu kafe yang dicat warna hijau pastel, Yorin bisa melihat penampilan yang amat mencolok. Alard dengan setelan merah yang dipakainya untuk pemotretan web kampus hari ini masuk tanpa rasa canggung, bahkan ketika semua kepala di dalam kafe ini langsung terarah padanya. Harus diakui, kepercayaan diri cowok itu memang luar biasa. Kelewat batas bahkan kalau menurut Yorin. Melihat Alard, Yorin langsung mendesis. Semoga saja cowok itu tidak berbuat macam-macam, doanya dalam hati.

"Untuk berapa orang?" pramusaji yang tadi juga melayani Yorin dan Lian tersenyum kelewat lebar. Jelas sekali bagaimana dia memperhatikan wajah Alard dengan saksama.

Alard mengedarkan pandangan sedikit dan langsung mengangkat tangan. "Nggak usah, Mbak. Udah ada pacar saya."

Apa-apaan itu? Udah gila benaran kayaknya dia. Jangan ke sini. Jangan ke sini. JANGAN KE SINI! teriak Yorin dalam hati ketika Alard terus berjalan mantap sambil terus menatap ke arahnya.

"Hei, Pacar," ujar Alard santai sambil menarik kursi di samping Yorin.

Yorin mendengus kencang dan menatap Alard tajam. Tidak pernah dia sangka kalau berurusan dengan cowok itu bisa membuatnya frustrasi. Dia jadi kasihan dengan orang-orang di kampus yang memuja-muja Alard. Mereka mungkin tidak tahu kalau pangeran kampus yang selalu mereka anggap sempurna ini ternyata gila dan merepotkan.

Dengan kedatangan Alard, apalagi suasana tegang yang terlihat dari tatapan Yorin, Lian jadi serbasalah. Kalau pergi, jelas dia akan merasa tidak enak pada Yorin. Tapi kalau tetap di sini, sama saja menjadikan diri sendiri tumbal. Bahkan untuk bertahan sedetik saja rasanya tidak nyaman, apalagi untuk menghabiskan piza satu loyang.

Namun, belum sempat Lian memikirkan apa yang harus dilakukannya, bom selanjutnya sudah kembali dilemparkan. Pintu kafe kembali terbuka. Seorang cewek yang mengenakan dress putih baru saja masuk dan kini sedang berjalan sambil terus tersenyum. Dengan santai, dia menempatkan diri di samping Alard dan memperkeruh suasana.

👑👑

Mengingat Dreamy Land membuat Rhea merasa bodoh. Jelas-jelas tadi Yorin menyebut kafe favorit, bukan coffee shop. Bisa-bisanya dia malah pergi ke Coffee Town dan bertemu Gezi di sana, bahkan sekarang harus pindah tempat. Dengan catatan, ada dua orang yang tidak terduga, Alard dan Runa.

Begitu membuka pintu Dreamy Land, Rhea sudah bisa melihat empat orang yang posisi duduknya aneh. Bahkan dari jauh pun, jelas sekali suasana di sana amat canggung. Dia jadi kasihan pada Lian yang terjebak dalam situasi seperti itu sendirian.

Gezi menahan pintu sementara Rhea masuk, dan segera bergegas ke sana setelah pintu tertutup. Dari posisi duduk mereka, jelas sekali Yorin dan Lian datang duluan dan duduk berhadapan. Setelahnya datang Alard yang langsung memosisikan diri di sebelah Yorin. Lalu Runa harus sedikit mengeluarkan usaha untuk menarik meja sebelah lagi supaya bisa duduk di sebelah Alard seperti sekarang. Dan karena usaha cewek itu tadi, Rhea dan Gezi tidak perlu repot-repot lagi untuk mencari bangku dan meja.

"Kalian udah lama di sini?" tanya Gezi, entah pada siapa. Kalau bukan Gezi, rasanya tidak akan ada yang mungkin bisa bertanya dengan mengambang seperti itu. Semua orang pasti takut diabaikan dan tiba-tiba nanti jangkrik akan berbunyi ketika tidak ada satu orang pun yang memberi jawaban.

"Baru. Kok lo bisa ada di sini juga?" tanya Alard bingung. Dia sama sekali tidak tahu bagaimana Gezi bisa tiba di sini, apalagi bersama Rhea. Kalau Runa, sudah jelas cewek itu mengikutinya setelah pemotretan tadi. Sedangkan dirinya sendiri, hanya kebetulan melihat Yorin dan Lian.

Begitu yang diakui Alard, padahal nyatanya, dia juga mengikuti Yorin dan Lian tadi.

Gezi mengedikkan dagu ke arah Runa. "Kita emang udah janjian, mau nagih traktiran ulang tahun dari lo. Cuma nggak nyangka, personelnya banyak ternyata."

Alard merengut. Alisnya terangkat setengah sambil mencibir. "Siapa juga yang mau traktir. Kan kue dari kalian yang makan dia," ujarnya sambil menunjuk Yorin tanpa rasa bersalah.

Yorin langsung menoleh sambil mengembuskan napas keras-keras. Hidupnya benar-benar sial harus berhadapan dengan cowok satu ini. Dia yang sembarang kasih kue, dia juga yang dengan entengnya menyerahkan urusan traktiran karena kuenya dimakan Yorin. Andai hidup di zaman dulu, Yorin pasti sudah menulis nama Alard di boneka jerami untuk ditusuk-tusuk.

Tapi mendengar pernyataan Alard dan melihat reaksi Yorin, Gezi justru tertawa kecil. Berbeda dengan Runa yang terlihat kesal, apalagi ketika Alard membahas kue yang diberikannya dimakan Yorin. Rhea menoleh ke samping untuk melihat Lian. Cowok itu mengerjap berkali-kali, mulutnya berulang kali digigit kecil. Jelas terlihat bagaimana dia merasa tidak nyaman dan terpojok di situasi ini. Belum lagi ketika membahas kue tadi, walau disuruh Yorin, tetap saja dia jadi salah satu orang yang ikut memakannya.

Untung saja, pramusaji kafe ini datang untuk menyelamatkan suasana aneh ini. Makanan ditaruh di meja dan akhirnya semua perhatian terpusat ke sana. Runa menjadi orang pertama yang mengambil piza di loyang dan dengan senyum ala putri, dia memberikannya pada Alard. Setelahnya, yang lain baru mulai mengambil piza bergantian.

"Eh ini nggak ada saos, ya?" Runa melihat ke seluruh meja, tapi tidak menemukan yang diinginkannya.

Mendengar itu, dengan cepat Gezi bangkit dan langsung menghampiri meja di dekat dapur dan kembali sambil membawa saus untuk Runa. Semua orang sibuk dengan makanan yang ada di piring masing-masing, kecuali Rhea. Pandangannya beralih pada Gezi di sebelah kiri. Sayangnya, cowok itu tidak membalas tatapannya, malah terus memandang Runa sambil menopang dagunya. Tatapan Gezi terlihat begitu dalam, tapi tulus dan menenangkan dalam waktu bersamaan.

Rhea tersentak. Satu kenyataan baru yang menyedihkan kembali menyerangnya. Apa Gezi menyukai Runa? Pertanyaan itu membuat Rhea menghela napas dalam-dalam. Hal itu terulang lagi. Lalu ingatannya kembali pada saat Runa mengambilkan piza untuk Alard. Kalau benar ... berarti Rhea menyukai Gezi, sedangkan cowok itu hanya menatap Runa. Di lain sisi, Runa hanya memperhatikan Alard, dan pangeran kampus itu saat ini jelas sudah beberapa kali tertangkap mata oleh Rhea sedang melirik Yorin.

Permainan belum berakhir, karena Yorin terus mengurusi Lian dengan memberi cowok itu makan. Sedangkan Lian sendiri ... entahlah, Rhea masih belum bisa menyimpulkan apa-apa dari anak baru itu. Tapi apa pun itu, ya Tuhan ... lingkaran ini benar-benar memusingkan! Bukannya makan, Rhea malah meraih tisu dan membuat lingkaran dari inisial mereka semua, lengkap dengan panah-panah perasaan tak berbalas. Lalu di tengahnya dia tambahkan kesimpulan yang amat sangat jelas.

Lingkaran SETAN!

👑👑👑

J

engjeng emang lingkaran setan banget lah itu 🤣🤣
Pernah terjebak di situasi yang sama, walau ga serumit ini? Huehehe kalau aku sih untungnya ga pernah 🙈

Btw oot, ada yang udah liat konsep albumnya X1? Wooseoknya ganteeennnggg *selalu sih* 🙈😆
Ada yang beli albumnya ga? Huahaha

Ditunggu komen2 dan votenya yaaa

Salam dari yang lagi ngegalauin album X1,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro