|5| 👑 Awal yang Tak Disadari 👑
Seringnya tak jelas kapan sesuatu bermula
Yang kau tahu, hanya ikuti jalur yang ada
Tapi tahu-tahu, hati sudah turut serta
👑
Gezi sudah menunggu kedatangan Alard dari tadi, tapi cowok itu belum datang juga. Memang, jadwal kuliah mereka baru ada nanti siang, tapi Gezi sudah memberitahu Alard dan cowok itu sudah setuju untuk datang lebih awal. Untungnya punya teman seperti Alard, dia tidak pernah mempertanyakan alasan. Selama dia bisa, dia akan langsung mengiakan. Tapi masalahnya ya ini, kapan datangnya, ya sesuka hatinya.
"Lo yakin Alard jawab iya?" tanya Runa yang mulai gelisah karena Alard tak kunjung terlihat. Bolak-balik dia memperhatikan jam tangan. Sisa satu jam lagi menuju kelas, padahal mereka punya rencana makan-makan dulu.
"Paling bentar lagi," Gezi berusaha menenangkan, padahal dia sendiri sejak tadi menunggu tanpa kepastian.
Setelah beberapa menit, akhirnya porsche kesayangan Alard melaju mulus di hadapan mereka. Gezi dan Runa langsung panik dan berlari kelabakan. Runa sengaja menunduk dan bersembunyi agak jauh sambil memegang kue yang baru Gezi serahkan padanya. Sedangkan Gezi sendiri langsung menghampiri Alard yang baru keluar dari mobilnya.
"Eh Ziro, tumben lo nggak sibuk sama urusan kampus?" tanya Alard begitu melihat Gezi. Khas Alard banget, yang ditanya malah kenapa Gezi bisa senggang bukan kenapa dia diminta datang cepat, karena dia tahu sesibuk apa temannya itu sebagai precident LARC.
Gezi langsung meringis. "Udah gue bilang, jangan panggil Ziro. Berasa angka nol tau gue."
Alard mengangkat bahu sambil berbelok ke arah kampus. "Emang lo kayak angka nol," jawabnya tak acuh.
"Dasar anak nyebelin!" seru Gezi sambil pura-pura mengangkat kepalan tangan untuk memukul Alard. Untungnya dia sudah kebal dengan kata-kata menyebalkan yang berpotensi membuat sakit hati dari Alard. "Eh tunggu sih, ngapain cepet-cepet masuk."
"Emang mau ngapain lagi?" tanya Alard tanpa berbalik dan tetap melanjutkan langkah.
"Mau ini."
Setelah mengucapkan itu, datanglah Runa dari belakang lalu mereka menyanyikan lagu happy birthday dengan kompak. Baru di saat itu, Alard berbalik. Yang tadinya merasa senang, senyumnya jadi urung karena melihat sosok Runa yang membawa kue. Begitu pula ketika cewek itu maju, menyodorkan kue, dan dengan heboh menyuruh make a wish, omongannya dipotong begitu saja. Alard langsung meniupnya dengan sembarang, yang penting lilinnya mati aja.
Runa sempat cemberut tapi dengan segera membuat raut wajah ceria lagi. "Potong kuenya dong, Lard. First cake gitu," ujarnya penuh semangat.
Tanpa bicara, Alard hanya mengambil alih kue itu dari tangan Runa, membuat cewek itu sempat terkejut tapi kembali senang. Alard melihat sekeliling dan begitu menemukan Yorin, dia langsung menghampiri. Dia menyodorkan kue itu ke hadapan Yorin. Hampir saja kuenya jatuh karena gerak asal Alard yang melakukannya tanpa perhitungan.
"Gue lagi ulang taun. Lo mau deket sama gue, kan? Abisin kue ini terus bikin pertunjukan, apa pun, di mini hall lapangan. Kalau banyak yang nonton dan tepuk tangan, gue kasih lo kesempatan," Alard dengan seenaknya memberi perintah. Dia bahkan tidak repot-repot menatap Yorin selama bicara. Benar-benar angkuh kalau kata Yorin.
Mendengar semua itu dan melihat kue di hadapannya, Yorin hanya tercengang. Matanya mengerjap berkali-kali, sedangkan mulutnya belum terbuka, tidak tahu harus bagaimana merespons. Semua informasi yang menyerangnya barusan datang terlalu cepat.
"Sekarang?" Hanya satu pertanyaan yang berhasil dilontarkannya setelah berhasil mencerna semua informasi barusan.
Alard berbalik ketika kue di tangannya sudah berpindah tempat. "Kuenya, iya. Abisin sendiri, upload ke IG. Pertunjukannya, gue kasih waktu seminggu."
Setelah itu, Alard meninggalkan orang-orang dengan berbagai ekspresi. Yorin dan teman-temannya dengan wajah melongo. Gezi yang tersenyum simpul penuh makna. Sedangkan Runa yang menatap tajam Yorin sambil menahan amarah.
👑👑
"Godness Rin, you're really the luckiest person in the world! Lo dikasih kue sedangkan banyak yang ngasih hadiah kayak gini!" seru Rhea heboh ketika membuka ponsel dan menemukan berita terbaru di laman LARC in Your Click.
Gisa yang tidak bisa menahan rasa ingin tahu langsung merebut ponsel Rhea. Terpampang jelas foto Alard yang duduk di kelas sambil bersandar santai. Di hadapannya, gelas-gelas plastik Starbucks berisi kopi dengan whipped cream segunung, berbaris memenuhi meja. Sedang Berulang Tahun, Meja Pangeran Kampus LARC Dipenuhi Kado dari Penggemar. Judul itu ditulis besar-besar dan mengundang banyak komentar di bawahnya. Kebanyakan mengeklaim kopi pemberian darinya menjadi salah satu gelas yang memenuhi meja Alard.
"Gila ini mah LARC in Your Click lama-lama jadi fanpage-nya Alard," komen Gisa sambil menggeleng-geleng dan memperlihatkan ponsel Rhea pada Yorin.
Yorin langsung berdeham sambil memelotot pada kedua temannya yang berbicara seenaknya padahal saat ini bukan hanya mereka yang berada di ruang club Buletin Kampus. Dia mengarahkan lirikan matanya berkali-kali ke arah Lian dan Junior yang sedang sibuk menulis salah satu berita. Menyadarinya, Rhea dan Gisa segera mengatupkan mulut, tapi sudah terlambat.
"Jadi itu kue dari Kak Alard? Pantes aku nggak boleh icip tadi," ujar Junior sambil cengengesan. Kemudian dia terdiam dan tampak berpikir. "Kak Yorin pacarnya Kak Alard?"
Yorin yang sedang menyuap sesendok kue ke mulut langsung tersedak. Beberapa kali dia terbatuk dan menepuk-nepuk dada. Semua yang melihatnya langsung panik. Namun di antara mereka semua, Lian yang terlebih dulu menyodorkan sebotol minum yang sudah dibuka pada Yorin. Gisa yang melihatnya langsung mengangkat alis dan memasang mulut bebek, memberi kode pada Rhea untuk meledek keduanya, tapi tidak dihiraukan. Baru beberapa saat kemudian, mulut Gisa terbuka lebar, ingat dengan ucapan Rhea yang bilang mau beralih ke Lian. Sulit, tapi dia yakin Rhea tidak benar-benar serius. Lagi pula, mana mungkin baginya beralih dari Gezi, sedangkan kenyataannya, sudah beberapa orang ditolaknya sejak dulu.
"Makasih," ujar Yorin akhirnya setelah meminum air dan berhasil menghentikan batuk barusan. Lalu dia beralih pada Junior. "Jangan mikir kayak gitu lagi. Gue ini lagi dikerjain, bukan dikasih hadiah kue kayak yang lo pikir. Gila aja kue segini harus gue habisin sendiri."
Setelah mengucapkannya, Yorin terdiam. Lebih tepatnya, tertegun. Kata-kata yang diucapkannya tadi membuatnya sadar akan suatu hal. Bukankah dia benar-benar sedang dikerjai Alard? Kenapa pula dia harus menurut untuk menghabiskan kue ini sendirian, sedangkan yang di-upload ke Instagram nanti hanya bukti kalau kuenya sudah habis. Toh, Alard tidak akan tahu kalau dia membagi-bagikan kue itu. Bodoh, umpatnya pada diri sendiri. Kali ini dia benar-benar merasa kalah pada pangeran angkuh itu. Pikiran untuk menyelamatkan club terlalu memenuhi otaknya hingga akhirnya menghalangi logika.
"Baru sadar, Rin?" tanya Gisa tiba-tiba, membuat Yorin mengernyit. "Gue dari tadi bingung, kenapa lo nurut banget sama Alard."
Yorin mendesah. Gisa memang temannya yang seakan punya saluran otak yang sama dengannya. Isi pikiran mereka bisa sama, walau sering juga tak sejalan. Dan dari tadi, hanya Gisa yang berpikir kalau Yorin begitu menurut pada Alard.
"Kenapa nggak buru-buru nyadarin gue, sih? Kenapa baru sekarang bilangnya, pas gue udah begah?!" tuntut Yorin, yang mengundang gelak Gisa. "Ini buat lo. Makan yang banyak, lo kurus banget," Yorin menyodorkan kue itu pada Lian dan mengatakannya tanpa berpikir.
Mendengar itu, Gisa yang tercengang. Sebenarnya, Gisa sengaja tidak menyadarkan Yorin karena temannya itu jarang makan. Waktu satu harinya kebanyakan sering habis hanya untuk mengerjakan artikel buletin atau tugas. Biasanya dia hanya makan roti dan susu karena memungkinkannya untuk tetap mengetik. Dia tidak menyangka Yorin akan memperhatikan Lian, yang sebenarnya memang terlalu kurus.
"Kak aku nggak boleh makan juga?" tanya Junior lemas sambil memasang wajah memelas seperti anak kecil yang meminta mainan. Mau tidak mau Yorin tergelak lalu mengulurkan tangan, mempersilakan Junior untuk memakan kue itu juga.
"Terus lo mau nampilin pertunjukan apa, Rin? Nggak mungkin nyanyi, lo nggak bakal dapat banyak tepuk tangan," ucap Gisa yang mengundang lirikan tajam dari Yorin. Temannya itu memang jujur dan kalau ngomong sesuai realita, tapi kadang suka kebangetan.
"Nggak usah sejelas itu juga, Gis," sahut Yorin penuh penekanan di tiap kata.
Gisa tertawa kecil. "Gue kan cuma bantu eliminasi yang nggak mungkin."
Lalu keadaan kembali hening. Jujur saja, Yorin juga belum mendapatkan jawaban untuk itu. Selama ini catatan menyanyinya hanya di dalam kamar mandi, itu pun sumbang. Jadi ya kayak kata Gisa, tidak mungkin dapat banyak tepuk tangan. Kalau nge-dance ... badannya bisa keburu patah. Lagi pula mana bisa seminggu belajar dance dan bikin orang takjub sampai tepuk tangan.
"Musikalisasi puisi, Rin. How?" usul Rhea yang membuat mata Yorin berbinar-binar. Akhirnya dia menemukan sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. Tapi kalau musikalisasi, berarti harus ada alat musik pengiring, sedangkan dia tidak bisa bermain alat musik.
Seketika, Yorin menoleh pada Lian saat teringat sesuatu. "Lo bisa gitar, kan?" tanyanya memastikan. Ketika Lian mengangguk mantap, dia bersorak. "Akhirnya Tuhan kasih gue penyelamat juga. Iringin gue, ya."
"Tapi bukannya lo harus tampil sendiri, Rin?" tanya Gisa memastikan.
Yorin langsung menepuk jidat. "Ya udah ajarin gue gitar. Yang cepet dan gampang. Gue yakin lo bisa," ujarnya penuh semangat sambil menepuk-nepuk pundak Lian.
Kini Lian menggaruk-garuk tengkuk. Kenapa jadi begini, ucapnya dalam hati.
👑👑👑
Happy birthday Alard! ❤❤
Happy birthday juga buat EXO-L, Seungyoun dan Rknnlzza huehehe
Aku mau masukin foto tapi susah banget sinyalnya 😭😭
Apakah kalian akan ngelakuin apa yang Alard suruh kalau di posisi Yorin?
Komen2 yaaa, vote juga hehehe
Jangan lupa follow IG2 mereka
Salam dari yang lagi ngerayain ultah Alard,
junabei
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro