Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|4| 👑 Ridiculous 👑

Perasaan bukan mainan

Jangan sembarang buat percaya

Kalau niatnya cuma bercanda

👑

"Gila! Ini mah namanya lo ketiban durian runtuh, Rin! Bisa bikin club ini terkenal lagi, bonus pacar superganteng kayak gitu pula. Kapan lagi coba. Gila gila, Rin, lo dibawa ke dukun mana sih pas lahir, bisa beruntung banget kayak gini?"

Yorin mendengar celoteh panjang lebar Gisa sambil memijit-mijit pelipisnya. Entah sudah berapa kali temannya itu menyebut kata gila dalam satu kalimat. Pemborosan kata, simpul Yorin. Lagi pula, bagaimana bisa kejadian ini disebut keberuntungan? Yorin saja rasanya hampir gila karena omongan pangeran angkuh itu terus terngiang di kepalanya sejak kemarin. Kalau harus punya pacar kayak gitu sih, mendingan jomlo seumur hidup, pikirnya.

"Berarti bisa lah ya, Rin, deketin gue ...," Rhea mengatupkan mulutnya rapat-rapat sebelum berhasil menyelesaikan ucapannya.

"Katanya mau move on," sindir Gisa sambil tersenyum kecil. Nyatanya dia tahu, Rhea tidak mungkin semudah itu melupakan perasaannya pada Gezi, mengingat temannya itu sudah mulai suka sejak SMA. Ya memang sih move on itu masalah niat bukan bisa atau tidak. Tapi, semakin lama perasaan itu menetap, maka makin lama juga ia akan menghilang. Seperti akar pohon, makin tua umurnya, makin susah dicabut.

"That's why gue langsung tutup mulut. It's not easy, but at least I try," jawab Rhea. Matanya lagi-lagi menerawang.

Yorin yang melihat itu jadi merasa kasihan pada Rhea. Temannya itu bukan tipe orang yang gampang murung, tapi kalau sudah menyinggung Gezi, mood-nya jadi susah ditebak. Bisa melonjak mendadak tapi bisa juga langsung terjun bebas. Di lain sisi, Yorin jadi selalu berdoa dalam hati, semoga hal seperti itu tidak terjadi padanya. Melihat Rhea, dia jadi menyimpulkan kalau suka pada seseorang itu merepotkan. Kalau bisa, dia akan memilih terus hidup seperti sekarang tanpa harus terpengaruh perasaan seperti itu.

Namun, manusia tidak mungkin terhindar dari perasaan seperti itu. Dan yang tidak Yorin sadari, dia sedang berjalan menuju jalan itu.

"So sekarang lo fix nggak jomlo lagi, Rin?" tanya Rhea untuk mengalihkan pembicaraan, sekaligus berusaha keluar dari rasa sedihnya.

Yorin mendengus. "Ya nggak lah. Menurut lo ngapain gue nunggu di sini dari tadi? Si angkuh itu pikirannya mesti diperbaiki. Korslet banget jadi orang."

Mendengar itu, Rhea dan Gisa baru sadar kenapa mereka harus berada di dekat area parkir sejak tadi. Terlalu excited dengan cerita Yorin barusan sepertinya membuat mereka kehilangan kemampuan berpikir. Gisa dan Rhea saling pandang dan melempar kode. Masing-masing tahu dan sepakat dengan apa yang mereka pikirkan, hingga akhirnya Rhea mengedikkan kepala dan menyuruh Gisa bergerak.

"Rin, mending gini nggak, sih? Lo jadi beneran bisa deketin dia dan dapet banyak informasi nantinya. Emang kalau nggak, lo mau deketin dia kayak gimana coba?" tanya Gisa, mencoba membuka pikiran Yorin. Bagaimanapun dipikir, baginya ini kesempatan yang sangat bagus.

Yorin langsung menoleh sambil berkacak pinggang. "Gue nggak mau daftar mantan gue ternodai sama orang angkuh kayak gitu."

Rhea membelalak mendengarnya. Baru kali ini ada yang bilang Alard bisa jadi noda untuk daftar mantannya. "Everyone wants to be a whipped cream bahkan sekarang, Rin. Lo doang kayaknya yang nggak mau jadi pacarnya Alard," ujar Rhea sambil menunjukkan update-an Instagram Alard. My lover should be like a whipped cream, so that I can love her for the rest of my life tertulis di sana dan kini whipped cream mendadak jadi trending topic di kampusnya. Sudah beberapa kali, bahkan hampir tiap orang yang lewat membuat Rhea mendengar bisikan "gue rela jadi whipped cream biar dicintain Alard" dan dia yakin, Yorin pasti makin sebal kalau mendengar itu.

Karena Yorin tidak merespons, Rhea kembali menambahkan. "Lagian, it's only status, Rin. Lain hal kalau ntar lo jadi beneran suka sama dia." Melihat Yorin mendelik, Rhea buru-buru mengangkat tangan dan menambahkan, "Ya lo nggak mungkin suka sama dia, sih. Jadi ya udah lah, Rin. Abis dapet informasi lo bisa bebas dari status itu."

Namun Yorin tidak goyah. Dia tetap tidak terima dengan kesimpulan sepihak Alard yang seenaknya kemarin. Maka, ketika cowok itu akhirnya tiba dan selesai memarkirkan mobilnya, Yorin buru-buru menghampiri. Suara Gisa dan Rhea yang memanggil-manggil untuk menghentikannya tidak lagi dihiraukan.

"Jangan pergi dulu!" cegah Yorin sebelum Alard berlalu dan masuk ke kampus. "Soal kemarin ...."

"Gue cuma bercanda." Alard mengucapkannya sambil lalu. Sama sekali tidak acuh dengan apa yang baru saja diucapkannya.

Lagi, ucapan Alard membuat Yorin membelalak. Dia sama sekali tidak mengerti cara berpikir cowok itu. Kemarin dengan entengnya dia mengambil keputusan sepihak kalau mereka pacaran, sekarang dengan santai bilang kalau ucapannya hanya candaan. Dia pikir semua orang bisa dipermainkan dengan mudah atau apa?!

"Lo kenapa seenaknya banget, sih?! Emang lo pikir semua hal bisa dibercandain apa?" Yorin berusaha keras agar suaranya tidak menggelegar, walau nyatanya ingin sekali dia berteriak pada cowok yang semena-mena ini. Tapi kalau didengar orang-orang, ini tetap saja akan membuatnya malu, karena sudah pasti semua orang akan membela Alard dan menyerangnya.

Dengan tangan kiri yang dimasukkan ke saku celana dan tangan kanan yang bertengger di atasnya, Alard membalas santai. "Pasti lo udah keburu ngayalin seharian ya kemaren? Tapi gimana dong, gue nggak mungkin pacaran sama orang kayak lo. Niat juga nggak, tuh."

Lalu setelahnya, cowok itu melangkah pergi. Langkahnya ringan, seolah tidak melakukan kesalahan apa pun, padahal dia sudah membuat kepala Yorin hampir meledak. Dengan napas memburu, Yorin berusaha membuangnya perlahan, hingga poninya melayang-layang. Dia menoleh dan menatap tajam punggung Alard, seolah ingin menusuk cowok itu dengan tatapannya. Awas lo, pangeran angkuh!

👑👑

"Lian, beneran nggak apa-apa gue ikut club itu?" tanya Junior yang masih saja ragu setelah diajak Lian untuk masuk club Buletin Kampus. Selalu satu sekolah dengan Lian sejak SMP membuatnya sangat memercayai cowok itu, bahkan bisa dibilang terlalu bergantung. Namun kali ini dia ragu, karena rumor kalau club itu akan segera dibubarkan dan pendirinya galak.

Namun sudah beberapa detik berlalu dan tidak ada jawaban yang terdengar dari Lian. Junior menoleh dan menemukan temannya itu sedang tersenyum sambil menatap satu titik. Lian memang orang yang ramah dan sering tersenyum, tapi jenis senyum ini belum pernah Junior lihat. Apalagi sampai membuat Lian tidak mengindahkan sekitarnya seperti sekarang ini.

Junior mengikuti arah pandang Lian dan menemukan seorang cewek yang sedang membungkuk dan mencoret selebaran yang berisi larangan membuang sampah. Keningnya langsung berkerut, tidak mengerti alasan Lian tersenyum melihat hal itu. Bukankah cewek itu sedang merusak fasilitas?

"Lian," panggil Junior lagi sambil menepuk pundak Lian untuk menyadarkan cowok itu. Lian tersentak dan langsung menoleh pada Junior. "Lagi liatin apa, sih?"

Lian menggeleng lalu tersenyum lebar. Sepertinya dia terlalu terhanyut saat melihat Yorin tadi. Cewek itu memang seniornya, tubuhnya juga tinggi dan entah kenapa beredar isu kalau dirinya galak, tapi dari belakang, dia tetap terlihat mungil di mata Lian. Belum lagi dengan kebiasaannya mencoret kata-kata tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang dijumpainya di mana pun. Lian selalu merasa lucu melihat kebiasaan itu, walau baru beberapa kali menyaksikannya.

"Ayo, tuh yang kita cari kebetulan di depan," ajak Lian sambil mengedikkan dagu ke arah Yorin.

Junior menoleh dan kembali melihat cewek yang dilihatnya tadi. Ternyata itu Yorin, simpulnya dalam hati. Lalu dia melihat Lian lagi, kali ini tatapannya penuh selidik, tapi cowok itu kembali tidak menyadarinya. Satu kesimpulan mengisi pikiran Junior, tapi langsung ditepisnya. Terlalu dini untuk menyimpulkan, pikirnya.

Mereka berjalan perlahan ke arah Yorin. Lalu dengan sopan, Lian menyapa cewek itu, membuatnya menghentikan kegiatannya mencoret-coret dan menoleh ke arah mereka. Melihat Lian, senyumnya terangkat, lalu pandangannya beralih pada Junior. Alisnya terangkat, sebagai ganti pertanyaan yang tidak disuarakan.

"Ini temanku, namanya Junior, Kak. Mau ikutan club Buletin Kampus juga. Masih bisa, kan?"

Mendengar pertanyaan Lian membuat mata Yorin melebar, hingga alisnya ikut terangkat. Tidak salah memang menganggap Lian sebagai air di tengah gurun. Cowok ini memang selalu berhasil membuat hari Yorin jadi cerah seketika, padahal sebelumnya penuh api kemarahan.

Yorin kemudian mengarahkan pandangannya pada Junior. Sambil mengangguk, dia mengulurkan tangan. "Gue Yorin. Pasti orang-orang sering bilang kakak lo namanya senior, ya?"

Junior tertawa kecil lalu mengangguk antusias. "Iya banget, Kak! Semua orang sering banget pake candaan itu. Ternyata Kakak nggak galak kayak kata orang-orang, ya."

Mendengarnya, Lian segera menyikut Junior. Temannya itu memang tidak punya saringan kalau bicara. Kelewat polos dan lugu. Namun di luar dugaan, Yorin malah tertawa juga. Kalau sebelumnya dia pikir Lian anak yang polos, ternyata ada yang jauh lebih dari cowok itu. Memang benar kalau kita seringnya berteman dengan orang yang sejenis. Melihat kedua anak polos ini membuat Yorin merasa sedang berada di taman kanak-kanak.

Tiba-tiba Junior menepuk jidatnya. "Lian, HP gue ketinggalan! Gue balik ke kelas dulu, ya."

Lian mengangguk lalu menggeleng-geleng setelah Junior pergi. "Dasar ceroboh," bisiknya.

"Lian," panggil Yorin tiba-tiba. "Kenapa lo mau masuk club gue?"

"Karena Kak Yorin." Jawaban itu membuat Yorin tersentak. "Waktu itu aku liat Kak Yorin ambil-ambilin buletin yang di jalan dan bagi-bagiin flyer perekrutan. Aku salut sama semangat Kak Yorin, dan aku pengin pelajarin itu."

Selama beberapa saat, Yorin bergeming. Butuh waktu baginya untuk mencerna semua ucapan Lian. Sebagian dari dirinya merasa senang mendengar alasan itu, tapi sebagian lagi memberontak.

"Gue seneng lo gabung sama club ini, tapi harusnya alasan lo bukan gue. Gue harap lo bisa cinta sama club dan buletin ini sepenuhnya nanti."

👑👑👑

I wanna be a whipped cream too 🙈😆
Tapi kalau kalian ada di posisi Yorin, kesel banget ga sih sama Alard?

Nambah lagi dong castnya, ini lama2 kubawa semua nih anak produce 🤣

Btw yang minta cast yang lain, ini ya

Gisa:

Rhea:

Runa:

Sejauh ini segitu sih castnya, semoga ga nambah lagi hahaha bener2 ngeborong anak produce ini 🙈 kalau cast yang cowok2 udah ada kan ya di sepanjang cerita

Komen2 yak, vote juga hehehe

Follow mereka juga

Salam dari pacarnya Wooseok,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro