Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|1| 👑 Menyerah atau Berperang 👑

Tentang tak adilnya dunia

Aku tak lagi mampu berkata

Karena yang dilihat seringnya rupa

Bukan seberapa keras usaha

👑

14 Sindrom Medis Langka yang Super Unik

Yorin yang menunduk sepanjang perjalanannya kini mengernyit. Dia baru saja menemukan artikel berisi berita aneh yang memuaskan rasa ingin tahunya. Semalam, dia merasa begitu terusik dengan postingan tentang sindrom Alice in Wonderland dari salah satu akun Instagram penerbit yang diikutinya. Otaknya terus berpikir, apa mungkin sindrom aneh memiliki nama cantik seperti di kisah komik begitu, tapi kini dia menemukan jawabannya sendiri.

Gila, mana mungkin. Masa nggak bisa kena air? Terus orangnya seumur hidup nggak mandi atau minum, gitu? gumam Yorin pada diri sendiri ketika menemukan penyakit yang jauh lebih aneh dari yang dibacanya di awal. Namun kemudian dia kembali teringat dengan drama Korea berjudul God's Quiz yang pernah ditontonnya. Ternyata penyakit-penyakit langka yang aneh itu benar-benar ada. Dia sampai takjub dibuatnya saat ini.

Yorin menutup berita yang dibaca di ponselnya sambil menghela napas. Terlalu banyak asupan hal aneh membuatnya pusing. Namun, begitu mengangkat kepala, ada sesuatu yang mengganggu pandangannya. Yorin melangkah cepat, menyusul dua cewek yang berjalan santai beberapa meter di depan.

"Hei, ini. Tadi jatuh," ujar Yorin sambil mengulurkan buletin kampus yang baru dipungutnya.

Kedua cewek itu saling menatap lalu menggeleng bersamaan. "Nggak ada yang jatoh, kok. Bukan punya kita itu."

Gimana bisa bukan punya kalian, sih? Jelas-jelas tadi ini kalian yang jatuhin! omel Yorin sambil mengangkat buletin kampus di tangannya, seolah ingin memukul, ketika dua cewek itu sudah meninggalkannya. Kini buletin itu ditatapnya baik-baik. Satu helaan napas panjang kembali terdengar. Bahkan ketika mengedarkan pandangan cukup jauh, dia bisa melihat kertas dengan sampul serupa memenuhi beberapa titik jalan. Juga tempat sampah.

Apa semua orang pikir kerja kerasnya itu hanya sampah?

Yorin mengangkat bahu, memilih tidak mau terlarut dalam suasana hati yang buruk dan melanjutkan perjalanan. Namun lagi-lagi, dua cewek tadi mengganggu pandangannya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, mereka berhenti untuk menempelkan kembali poster yang sudut kanan atasnya terlepas. Lalu sebelum pergi, mereka mengelus-elus poster itu dan tersenyum lebar.

Tanpa melangkah sedikit pun, Yorin menoleh. Poster yang sama dengan yang dielus-elus kedua cewek itu juga berada di sampingnya, dengan keadaan sempurna. Terpasang rapi dan bertahan selama berbulan-bulan. Tidak ada satu orang pun yang akan menyobek, apalagi membuangnya. Mana mungkin dibuang, sih, lepas aja dielus-elus.

Ada rasa sakit di hati Yorin ketika menyadari yang dipikirkannya. Miris melihat bagaimana perbedaan buletin yang dibuatnya dengan poster ini. Satu dibuang, satu diagung-agungkan. Yorin maju perlahan, mengamati foto yang terpampang di poster. Sang pangeran kampus, lengkap dengan mahkotanya. Terkenal dengan ketampanan luar biasa hingga bisa bertahan selama dua kali pemilihan. Yorin mengakui itu. Ya ... mata siapa sih yang bisa bilang orang kayak gitu jelek? Tapi apa iya harus sampai segitunya?

"Kenapa sih semua orang penasaran dan suka banget sama lo?" tanya Yorin sambil menunjuk-nunjuk poster yang tidak akan pernah bisa menjawab. "Kenapa hidup nggak adil banget?"

Tepat setelah mengucapkan pertanyaan itu, ponsel Yorin berbunyi. Suatu pesan yang tidak pernah diharapkan mampir ke ponselnya.

Tolong ke ruang US ya, Rin. Ada berita penting.

👑👑

Sepanjang perjalanan dari ruang US—sebutan untuk ruang senat di kampus mereka--, Yorin selalu memungut buletin kampus yang ditemukannya tergeletak di jalanan kampus. Tanpa sadar buletin itu sudah membentuk tumpukan yang cukup berat. Yorin menatap tumpukan itu dan rasa iba pada diri sendiri kembali menghampirinya.

"Club Buletin Kampus kita kasih peringatan dan kesempatan terakhir ya, Rin. Anggota kalian makin sedikit. Angkatan yang baru masuk ini juga nggak ada yang daftar buat jadi anggota. Belum lagi, efek-efek negatif yang club lo timbulin, kayak sampah kertas yang terlalu banyak. Kita udah terima banyak keluhan, dan karena itu, kita kasih lo kesempatan terakhir. Kalau sampai akhir bulan depan lo masih nggak bisa rekrut anggota baru minimal sepuluh, terpaksa club itu bakal dibubarin."

Yorin mengempaskan tubuhnya pada bangku kayu di taman kampus. Rasa sakit yang timbul karena permukaan keras kayu itu segera menghantam Yorin, tapi dirinya tidak lagi bisa merasakan apa-apa. Mendengar club yang didirikannya dengan susah payah terancam dibubarkan lebih menyakitkan saat ini.

"Lo nggak punya waktu buat lemes kayak gitu, Rin. Waktu lo cuma dua bulan, nggak penuh itu juga. Mending cari cara," celetuk Gisa yang sudah mendengar keluh kesah Yorin tentang clubnya sejak tadi.

Bukannya Yorin tidak menyadari kenyataan yang diucapkan Gisa tadi, hanya saja, dia masih manusia biasa yang bisa merasa putus asa karena kerja kerasnya tidak sebanding dengan hasil di depan mata. Apalagi tidak dihargai sama sekali. Dia jadi bertanya-tanya tentang quote yang selalu orang-orang banggakan. Katanya, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Mana?

"Menurut gue sih, nama club lo kurang menarik, Rin. Buletin Kampus tuh terlalu kaku dan apa ya ... literally banget gitu loh namanya. Kayak club berita digital itu namanya LARC in your click. Catchy gitu, Rin," Rhea, teman Yorin yang lain, mulai memberi pencerahan.

"Terus buat club gue yang cocok apa? LARC in your eyes, gitu? Atau in paper?" tanggap Yorin agak serius kali ini. Dia benar-benar merasa buntu saat memikirkan jalan keluar untuk memajukan club yang didirikannya.

"Ya ... jangan ngikutin gitu juga, Rin. Entar dibilang nggak kreatif lagi," sahut Rhea cepat. Dari cara bicara Yorin, dia bisa merasakan seberapa putus asa temannya itu. Kasihan.

Selama beberapa saat, mereka kembali terdiam. Semua berusaha mencari cara terbaik untuk meningkatkan minat mahasiswa LARC pada club Buletin Kampus. Hingga Gisa menjentik kencang. "Gue tau! Lo deketin dan jadiin si pangeran kampus yang terkenal itu berita utama. Pasti nanti banyak yang minat sama buletin ini."

Yorin mendengus, hampir menggetok Gisa dengan buletin yang ada di tumpukan teratas. "Cari cara yang lebih benar kenapa, Gis. Kenapa juga harus pakai dia."

Gisa memicingkan mata. Entah sejak kapan Yorin mengibarkan bendera perang pada Alard, padahal bicara saja belum pernah. Sepertinya karena buletinnya kalah populer dengan poster pangeran kampus milik cowok itu.

Dengan sabar, Gisa menjelaskan. "Menurut gue, topik yang lo angkat tuh kurang menarik, Rin. Dari Mana Ferguso di Meme "Tidak Semudah itu, Ferguso" Berasal? Nggak semua orang tertarik sama hal yang sama kayak lo, Rin," paparnya sambil menunjuk berita utama di buletin yang baru terbit.

Lalu dia kembali melanjutkan, "Mungkin lo seneng ngulik asal-asal kata atau kalimat, semua harus jelas buat lo, tapi buat orang lain, nggak. Jujur aja, gue juga nggak penasaran dari mana si Ferguso itu. Mau Ferguso, Marimar, Maemunah, bubuk jasjus, nggak pernah gue pikirin, yang penting enak aja nyebutnya. Tapi kalau Alard, udah jelas seisi kampus ini tertarik, kecuali lo kali. Buktinya itu berita digital sukses banget karena nampilin foto-foto dia sehari-hari doang, padahal ya cuma kayak mahasiswa biasa. Tapi liat muka orang ganteng kayak gitu juga udah macem minum air di tengah gurun, Rin. Seger bener."

Bahkan dengan penjelasan sepanjang itu pun, Yorin belum bisa menerima. "Tapi kan harusnya mereka hargain dong usaha gue. Gue ini harus cari-cari sumber dulu, sedangkan dia ganteng kan nggak pakai usaha."

"Rin, manusia itu kodratnya egois. Mereka nggak akan peduli walau lo hampir mati sekalipun buat bikin buletin itu. Yang mereka pentingin cuma menuhin apa yang mereka pengen. Dan orang itu, yang jadi gula buat semut-semut di kampus kita," jawab Gisa sambil menunjuk Alard yang baru melintas dengan mobilnya.

Tepat di parkiran depan lobi kampus, porsche merah berhenti dan Alard keluar sambil menenteng ransel di satu sisi bahu. Langkahnya tegap, pandangannya lurus, sama sekali tidak terpengaruh dengan orang-orang yang mengerumun di sekitar dan membisikkan nama serta betapa tampan dirinya. Dengan langkah pasti, cowok itu membuka pintu kampus dan menghilang setelahnya, membuat cewek-cewek yang melihat adegan itu mengembuskan napas yang sejak tadi ditahan lalu menggelepar.

Yorin menyaksikan semua itu dari kursi yang sejak tadi ditempatinya. Dahinya mengernyit. Rasa geli menguasai seluruh tubuhnya ketika melihat orang-orang yang sudah memasuki usia dewasa bersikap seperti itu.

Angkuh, simpulnya dalam hati sekali lagi untuk Alard. Gimana caranya gue deketin orang kayak gitu? tanyanya dalam hati. Sekali lagi dia mendesah. Pilihannya hanya dua, menyerah atau berperang. Dan kali ini, kedua pilihan itu sama sulitnya.

👑👑👑

Haiiii aku datang lagi dengan cerita baru 😄
Kali ini hasil ngebucin Wooseok sama Mingyu huehehehe
Gimana coba kalau punya pangeran kampus macem gitu sih? Aku sih bakal betah bener di kampus 😅
Semoga betah ya sama cerita baru ini, ditunggu komen2an dan votenya 😆

Follow juga IG2 mereka ya:
Alard: gayeshalard
Yorin: yorinecia
Lian: lianpangesta
Juna: juna.bei 🙈

Salam dari noonanya Mingyu,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro