Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXI. Saling Berkaitan

Keenan menyesap kopi di kafe biasa ia bertemu dengan Sofia. Kali ini ia tidak bersama anggota tim Golden Human ataupun berniat bertemu Sofia. Huga tiba-tiba meminta bertemu dengannya karena ada hal penting yang harus disampaikan dan tidak bisa via telepon ataupun pesan. Jika sudah menggunakan alasan tersebut, ia sudah sangat percaya bahwa ini hal penting.

Duduk seorang diri di meja yang biasa ditempatinya dengan Sofia, membuatnya merindukan sosok itu. Sosok yang sebenarnya periang tapi dipaksa serius oleh keadaan. Ah, entah mengapa rasanya ia ingin bertemu Sofia. Tapi, masih ada satu hari lagi sebelum Sofia libur. Entah apa kabar perempuan itu.

Sejak pendengarannya terakhir kali mengenai Sofia yang diangkat sebagai asisten Jenar, ia tidak mendengar kabar tentang perempuan itu sama sekali. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Namun, berdasarkan beberapa alat penyadap yang dipasang Sofia di rumah tersebut, semua aman terkendali. Sesekali terdengar suara Sofia dan itu membuatnya tenang.

"Sejak kapan kamu duduk di daerah ini? Sangat jauh untukku menemuimu" sapa Huga menepuk pundaknya dari belakang.

"Coba cicipi kopinya, kamu akan ketagihan." Keenan menyodorkan cangkir berisi kopi hitam miliknya. Ia sama sekali tidak berbohong. Awalnya ia datang ke tempat ini ia hanya meminum teh hangat, tapi suatu kali Sofia merekomendasikan teh hitam dan ia menjadi candu. Sebagai manusia yang tidak gila kafein, kopi pilihan Sofia ini berhasil membuatnya berpaling.

"Kopinya atau pelayannya? Kamu pasti ada target di sini, kan?" goda Huga sembari cekikikan dan melirik pada pelayan yang lewat mengantarkan pesanan meja-meja lain.

"Ngawur," cetus Keenan.

Keenan tidak melihata apa pun yang dibawa Huga untuknya. Huga datang dengan tangan kosong. Tanpa tas. Tanpa berkas. Lantas hal penting apa yang mau diberikan?

"Penasaran ya?" Huga mengerti dengan ketidaksabaran Keenan yang mencari tahu di mana letak sesuatu tersebut.

Sesuai saran Keenan, Huga juga turut memesan kopi yang sama. "Tim Morfin agak kacau sekarang nggak ada kamu." Huga memutar topik sebelum pada inti pembasahan mereka.

"Kenapa? Bukannya Pak Prakas bisa meng-handle semua?" sarkas Keenan tanpa menatap sama sekali.

"Ayolah, kamu pasti tahu beliau nggak bermaksud begitu dengan kamu. Kamu itu orang kepercayaan Pak Prakas. Dia nyinyir karena kamunya yang suka lupa waktu kalau udah berkaitan dengan musik." Huga benar-benar tidak dalam posisi berpihak pada salah satu. Dia menunjukkan bahwa dari masing-masing pihak ada kekurangan.

Keenan hanya bergumam singkat, tidak tahu mau menanggapi seperti apa. Sebenarnya, ia bukan kecewa pada Prakas yang melepaskannya pada tim Golden Human begitu saja. Melainkan, dia kecewa kenapa tidak diberitahu terlebih dahulu. Kenapa dia harus mendengar langsung dari Pak Levi, atasan mereka. Seolah pendapatnya tidak penting sama sekali. Seolah Prakas memang benar-benar ingin dia pergi dari Morfin.

"Kami lagi-lagi kehilangan jejak mereka," ungkap Huga menunduk malu. Merasa dirinya tidak becus dan tidak pantas ada dalam tim Morfin karena tidak dapat bekerja sebaik Keenan. Ia selalu saja mengadu pada Keenan untuk meminta bantuan lelaki tersebut. Entah apa sebenarnya tugas dia sampai kewajibannya pun tidak dapat dijalani dengan baik.

"Bod*h!" umpat Keenan. "Apa aku harus kembali ke Morfin setelah kalian membuangku?"

"Ayolah. Aku tahu kamu juga pasti bersemangat untuk menangkap mereka. Udah lama kita incar mereka. Ini udah di penghujung, Nan," bujuk Huga. "Kamu juga malam itu bisa-bisanya kehilangan mereka di depan mata sendiri padahal aku bersusah payah memberitahumu tempat mereka bertemu," ungkit Huga mengeluarkan kekesalannya.

Kini Keenan gelagapan, terlihat dari caranya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Huga tahu itu. "I-itu ada kendala tiba-tiba."

Huga mencibir tanpa bertanya lebih jauh. "Jadi, kali ini kamu akan membantu?"

"Dengan satu syarat." Huga menunjukkan ekspresi ingin tahu, dan saat inilah Keenan memanfaatkan akal liciknya. "Biarkan Pak Prakas yang meminta tolong padaku," ucapnya sambil tertawa jahat.

Huga geleng-geleng kepala mendengar itu. Keenan benar-benar tidak akan pernah selesai bertengkar dengan Prakas. Tom & Jerry tim Morfin ini memang sulit akur. Selalu ada asas memanfaatkan di antara keduanya.

"Akan aku sampaikan nanti." Huga menyerah.

"Sekarang, berikan hal penting itu," pinta Keenan sembari mengulurkan tangannya di atas meja.

Huga mencari sesuatu dalam saku jaketnya. Sebuah foto diselipkan pada telapak tangan milik Keenan. "Berdasarkan pengakuan salah satu tersangka, dia termasuk pelanggan paling loyal. Namanya Putra. Kami sudah berusaha melacak alamatnya, tapi nggak ada yang pasti. Akhir-akhir ini dia terlihat di daerah Kalideres."

Mata Keenan seketika membola saat mendengar nama daerah yang disebutkan oleh Keenan. Itu adalah daerah di mana Sofia sekarang berada. Apa ini semua saling berkaitan? Si*al. Semakin rumit aja.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro