Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XIX. Tawaran Jabatan

Ini hari kedua keberadaan Jenar di rumah. Keberadaannya di rumah membuat Sofia sulit melihat pergerakan Mirza, karena perempuan tersebut selalu meminta Sofia menemaninya. Sofia sampai heran, apa ia tidak memiliki asisten pribadi?

"Sofia, apa kamu tahu betapa berharganya Bunny bagi saya?" tanya Jenar tiba-tiba.

Tanpa menunggu jawaban Sofia, Jenar memberikan jawabannya. "Dia anggota keluarga saya. Dia anak saya. Maka, saya nggak akan segan kalau ada orang lain yang tega menyakitinya."

Jika biasanya Jenar berbicara dalam eskpresi wajah tersenyum, kali ini wajahnya datar. Sofia sendiri tidak bisa menafsirkan ekspresi tersebut.

"Orang-orang di luar sana sering kali mencemooh kita yang nggak punya anak. Mereka nggak tahu seberapa besar usaha kita untuk memiliki anak. Mereka hanya bisa bergunjing untuk hasrat tersendiri dengan mengorbankan kisah hidup orang lain," lanjutnya dengan emosi yang sangat terkontrol.

Sofia semakin kebingungan. Jika pernyataan barusan bermaksud sama dengan apa yang disampaikan oleh Tim Golden Human, bahwa mereka tidak memiliki anak, lantas foto siapa yang dilihatnya hari itu?

Sofia masih belum menanggapi sama sekali cerita dari Jenar. Hingga ia pun mendapatkan pertanyaan, "Kamu sudah menikah?"

Sofia tersenyum simpul mendengar pertanyaan tersebut. "Belum, Nyonya."

Tampak keterkejutan dari raut wajah Jenar. "Bukankah kamu telah berada di usia matang untuk menikah? Pasti sulit sekali berada di posisimu sekarang. Lingkungan akan membicarakanmu yang belum menikah di usia sekarang. Padahal mereka nggak pernah tahu apa yang kamu rasakan, apa yang kamu alami sampai kamu memutuskan hal itu."

Jenar seolah puas dengan kesimpulan yang dibuatnya sendiri. Tidak sepenuhnya salah apa yang disampaikan. Selama ini memang benar lingkungan sering melemparkan hinaan pada Sofia. Bukan sebatas karena belum menikah, tapi karena memiliki anak di luar nikah dan hidup berdua dengan sang anak tanpa ada yang bertanggungjawab.

Sofia bahkan pernah mendapat hinaan paling pedas dari mulut salah satu tetangganya yang menuding ia tidur dengan banyak pria sehingga tidak tahu siapa yang harus dimintai pertanggung jawaban. Sungguh tak tahu diri. Padahal anaknya setiap malam pulang dalam keadaan mabuk dan membuat keributan di komplek perumahan.

"Maaf, jika saya lancang menanyakan hal ini. Jadi, Nyonya hanya tinggal bersama Tuan di rumah besar ini?" Tentu Jenar seharusnya tahu arah pertanyaan Sofia.

Jenar yang suka memberi senyum kini kembali. Senyuman kembali menghiasi wajahnya. Ia mengangguk. Tetapi, sorot matanya tidak benar-benar menunjukkan kesedihan seorang perempuan yang tidak memiliki anak. Entah ia yang sudah terbiasa dengan pertanyaan tersebut. Atau sudah tidak tahu lagi bagaimana lagi menyampaikan ekspresi kesedihan dengan takdir menyedihkan itu. Atau memang ia tidak menginginkannya sehingga bersikap biasa saja.

Ingin sekali Sofia menanyakan foto yang dilihatnya tempo lalu, tapi ia merasa terlalu tergesa-gesa. Pesan Keenan kemarin masih diingatnya, ia belum tahu pasti ini jebakan atau bukan. Bagaimana jika sebenarnya ini adalah uji tersembunyi atas kesetiaannya sebagai pelayan di rumah ini? Andai ia melakukan kesalahan karena keingintahuannya, itu bisa berakibat fatal.

"Sofia, melihat jenjang pendidikanmu, bukankah kamu seharusnya memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada ini?"

Sofia tersenyum samar. "Apa yang lebih baik daripada menikmati sesuatu yang disenangi, Nyonya?"

Jenar tertawa mendengar hal tersebut. "Saya suka kalimatmu. Menikmati sesuatu yang disenangi. Saya mengenal seseorang yang seperti itu. Lucu sekali," respons Jenar dengan masih tertawa kecil.

Sofia yang tidak mengerti maksud Jenar, tidak terlalu memikirkan hal tersebut karena mungkin itu bukanlah hal penting yang berkaitan dengan pencariannya.

"Ah, saya sampai lupa. Saya ingin menawarkan kamu pekerjaan yang lebih menyenangkan." Jenar berhenti sejenak. Ia melihat wajah Sofia yang menunggu kelanjutan dari penawarannya. "Jadilah asisten saya. Saya baru memecatnya kemarin karena ia bertindak kasar pada Bunny."

Sofia bergegas menolak hal tersebut. Bukan itu yang diincar saat menapaki kaki di rumah ini. "Maaf, Nyonya, sepertinya saya tidak layak. Saya anak baru yang masih beradaptasi. Saya bahkan belum mengenal area rumah ini dengan baik. Saya juga masih melakukan kesalahan saat bekerja."

"Tugas menilai pekerjaan karyawan itu bukan hak kamu. saya udah mendapat laporannya. Mulai besok, kamu bekerja sebagai asisten saya." Jenar tidak memberi kesempatan bagi Sofia untuk membantahnya lagi. Ia kembali bermain dengan Bunny yang sedang menggigit wortel.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro