Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XIV. Pelarian

Sofia sedang menenggak cocktail di gelas keduanya. Sedari tadi ia duduk diam di meja bar sembari menatap kosong ke langit bar yang dipenuhi bola kristal warna-warni yang menyilaukan mata.

"Kamu kuat dengan alkohol?" Keenan yang duduk di sampingnya sedari tadi diabaikan. Apapun yang ditanya oleh Keenan tak mendapat tanggapan sama sekali dari Sofia.

Sofia sudah berulangkali menyuruh Keenan berhenti mengikutinya, tapi lelaki berambut mullet itu sangat keras kepala. Ia mengikuti langkah Sofia sampai pada bar tempat Sofia bekerja dulunya. Harus diakui Keenan, kakinya sangat sakit di bagian betis dan belakang lutut. Biasanya ia kemana-mana mengendarai mobil mewah ataupun motor gedenya. Kali ini entah apa yang merasuki pikirannya untuk mengikuti langkah Sofia berjalan kaki.

"Kamu tahu betapa berusahanya aku menemanimu sampai di sini? Kamu malah mengabaikanku dan asik menikmati minuman beralkohol itu. Kamu tahu aku ini dulunya di bagian narkoba? Aku bisa menangkapmu karena mengonsumsi minuman keras," ancam Keenan berusaha menarik perhatian Sofia.

Berhasil. Perempuan dengan penampilan yang mulai kacau itu menatap Keenan sembari mengembangkan senyum mengejek. "Tenang. Nggak ada narkoba dalam minumanku. Kamu nggak perlu menghabiskan waktu untuk menangkapku."

"Oh, ternyata mengajakmu berbicara adalah dengan mengeluarkan omong kosong. Sepertinya kamu tahu banyak tentang hukum, tugas kepolisian, dan semacamnya. Kamu dulu kuliah di bidang hukum?" Keenan tidak peduli dengan Sofia yang kembali mengalihkan pandang darinya, ia hanya terus mengajak Sofia berbicara agar tidak kehilangan kesadarannya.

"Untuk menangkap para penjahat kita harus mengetahui dasar hukumnya, jangan sampai kita malah terjebak dalam permainan hukum itu sendiri," sahut Sofia sekenanya.

Keenan bertepuk tangan memberi apresiasi atas jawaban Sofia yang dinilai sangat luar biasa. "Tapi kamu tahu minuman keras juga salah satu hal buruk bagi manusia, kan? Kenapa kamu memilih melampiaskan amarahmu dengannya?"

Sofia menggenggam pundak Keenan. Matanya yang mulai sayu ditekankan untuk melekat pada netra Keenan. "Kalau aku melampiaskan pada laki-laki ber*ngs*k itu, apa dia akan mengakui kejahatannya? Apa dia akan berbuat baik padaku? Apa kesialanku selama ini akan berubah menjadi keajaiban? Apa segala rasa sakitku akan sembuh? Apa dia akan mengerti semua yang terjadi padaku selama ini? Nggak! Kamu bisa lihat sendiri seperti apa arogannya lelaki nggak bertanggungjawab itu tadi." Sofia menyeringai licik, "Dia lupa bahwa dialah penyebab semua ini."

Keenan menepuk pundak Sofia pelan-pelan. "Menunggu seseorang untuk berubah memang nggak semudah mengucapkan keinginan untuk berubah. Kita bahkan nggak perlu menunggu perubahan itu pada diri seseorang. Dia nggak akan pernah berubah untuk orang lain. Berubah demi kebaikannya sendiri pun belum tentu dilakukan, karena dia belum tahu di mana letak salahnya.

"Melampiaskan semua amarahmu pada minuman keras juga nggak akan menyelesaikan masalah. Kamu tahu betapa bahayanya minuman keras itu dalam merusak organ tubuhmu? Kamu mau, saat bertemu Diana nanti dia mendapati ibunya udah nggak sesehat dulu? Jangan buat kesalahan yang nggak ingin kamu sesali nantinya, Sof," peringat Keenan dengan penuh perhatian.

Tumpah. Sofia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Keenan. Perempuan itu menangisi kesialan yang menimpa hidupnya. Menangisi betapa malangnya dirinya yang harus berpisah dari Diana. Menangisi ketidaktahuannya atas menghilangnya Diana. Menangisi perpisahannya dengan Diana selama tiga tahun ini.

Keenan terus menepuk-nepuk tubuh Sofia dalam pelukannya. Ia tidak tahu seperti apa kacaunya Sofia sekarang. Kebenaran yang diketahuinya hari ini saja sudah sangat mengejutkan untuknya, apalagi untuk Sofia yang bisa disebut sebagai korban pelantaran.

Keenan awalnya mengira posisi Sofia sama seperti mamanya yang kehilangan anak. Nyatanya ia salah. Sofia tidak punya suami ataupun keluarga seperti mamanya. Sofia menanggungnya seorang diri. Sofia sudah sangat tegar tiga tahun ini. Wajar jika ia hanya bisa mengalihkan diri pada minuman keras. Mungkin di saat seperti itulah ia bisa lupa betapa kejamnya takdir hidup atas dirinya.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro