Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I. Menangkap Bandar

"Anda bisa menjelaskannya di kantor polisi nanti atau tetap diam dengan memanggil pengacara Anda sebagai perwakilan."

Seorang polisi memborgol lelaki paruh baya berjas setelah mendapatkan surat perintah panggilan dari atasannya. Beberapa bukti mengenai kejahatan yang dilakukannya sudah ada di tangan mereka. Lelaki bertubuh kurus tersebut yang diduga melakukan transaksi jual-beli narkoba tidak mengelak apa pun yang polisi lakukan terhadapnya. Ia hanya pasrah saat borgol mengikat kedua pergelangan tangannya.

"Hei, Keenan, apa yang kamu lakukan di sana? Bawa dia ke mobil," titah Prakas, ketua Tim Morfin.

"Sebentar, aku sedang mengunduh lagu milik Ariel. Dia baru saja merilis single terbaru. Sungguh luar biasa," jawab Keenan dengan wajah berbinar menatap layar ponsel.

Ketika Keenan mengalihkan wajahnya menghadap Prakas, yang ia dapati adalah wajah masam dari ketua timnya tersebut. Keenan merespons dengan cengiran tanpa rasa bersalah dan segera mendekat untuk membawa tersangka masuk ke dalam mobil.

Menangkap pelaku kejahatan sudah menjadi hal biasa yang dilakukan Keenan sejak beberapa tahun belakangan. Saat dipilih menjadi salah satu anggota tim satres narkoba, Keenan benar-benar bahagia. Ia sudah mengimpikan posisi tersebut sejak masih duduk di bangku SMA. Menangkap orang-orang yang candu dengan obat terlarang menurutnya adalah salah satu bentuk kebaikan. Karena dengan penangkapan tersebut, para pecandu akan digiring untuk rehabilitasi hingga sembuh.

Banyak anak-anak muda yang sudah menggunakan obat-obat terlarang sejak dini, dan itu sangat meresahkan. Mereka hanya memikirkan ketenangan sesaat, menjadikan barang haram tersebut sebagai pelarian, tanpa berpikir bagaimana nasib tubuh mereka, bagaimana masa depan mereka. Padahal, banyak solusi atas kemalangan yang terjadi dalam hidup, tidak perlu melarikan diri dengan mengonsumsi narkoba. Sungguh, itu hanya jebakan yang akan membuat penggunanya tidak akan lepas begitu saja. Rasa ingin lagi dan lagi akan menggerogoti mereka secara perlahan.

"Selama lima tahun kamu bergabung dengan tim ini, apa nggak bosan, Nan?" tanya Huga, teman seangkatan Keenan.

"Bosan kalau yang ditangkap itu-itu aja," sahut Keenan tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan. Ia memerhatikan anak-anak sekolah yang saling tertawa di depan pagar sambil bercengkerama. Masa-masa sekolah memang masa paling menyenangkan. Walau pun ketika di kelas diberikan tatapan tajam dari guru dengan segenap perasaan deg-degan, khawatir akan ditunjuk guru untuk menjawab segenap soal-soal, tapi terbebas dari itu semua sekolah adalah tempat yang penuh dengan tawa. Berkumpul dan berbagi cerita dengan teman, menambah ilmu pengetahuan dengan banyaknya mata pelajaran, dan yang pasti tidak banyak kekhawatiran seperti saat sudah berusia seperti sekarang.

Semakin berusia, semakin banyak beban hidup yang harus ditanggung. Kesulitan demi kesulitan akan datang, dan mau tidak mau harus bisa menyelesaikan. Ini tidak seperti soal mata pelajaran anak SMA yang jawabannya sudah pasti ada di pembahasan sebelummnya. Jawaban mengenai perjalanan hidup seringkali tidak terduga.

"Kamu nggak tertarik untuk masuk dalam Tim Golden Human? Aku mendengar kabar bahwa tim itu baru dibentuk dan masih mencari satu anggota lagi. Sepertinya kamu cocok untuk bergabung dengan mereka," tanya Huga dengan nada menawarkan.

Keenan bukan tidak tahu mengenai dibentuknya Tim Golden Human. Ia sudah tahu sejak seminggu yang lalu, bahwa pusat telah membentuk tim tersebut untuk mengatasi kasus yang sedang marak di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya sangat ingin bergabung dengan tim tersebut untuk mencari jawaban atas hal yang selama ini dipertanyakannya, tapi terlalu banyak pertimbangan yang membuatnya tidak mengajukan diri.

"Mereka akan menemukan orang yang lebih layak," jawab Keenan tanpa penjelasan.

"Keenan lebih suka bermain di posisi aman. Nggak lihat kamu, dalam situasi seperti tadi, dia masih sempat-sempatnya unduh lagu. Kalau dia masuk tim penting itu, dia akan ketinggalan banyak lagu nantinya," sindir Prakas yang duduk di depan.

Keenan tertawa renyah mendengar ledekan yang ditujukan untuknya tersebut. Seluruh tim satres tahu kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkannya itu. Di mana pun dan kapan pun ia selalu mendengarkan musik yang terkadang mengalihkan fokusnya. Ini termasuk salah satu hal yang membuat orang-orang di sekitarnya sering kesal.

Mereka pernah kehilangan salah satu pemasok tepat di depan mata, hanya karena Keenan mendapatkan notifikasi rilis lagu terbaru dari penyanyi favoritnya. Tidak jauh berbeda seperti kejadian tadi. Semua anggota memakinya, tapi yang dilakukannya hanya menyengir ringan, dan kembali bekerja seperti biasa. Berulangkali peringatan diberikan padanya, seperti sudah tidak ada guna. Ia akan tetap sama.

Meski demikian, dia bukan orang yang bisa dikeluarkan dari tim begitu saja. Dia memiliki keahlian dalam membaca gerak-gerik orang lain, dan dengan mudah menebak pelaku. Selama ini tebakannya tentang siapa pelaku yang mereka cari tidak pernah meleset. Selalu tepat sasaran. Karena itulah ia tetap dipertahankan walau sangat menyebalkan. Matanya yang tajam seperti elang dapat menangkap hal-hal ganjil dari kelakuan orang-orang.

Begitu tiba di kantor, Keenan yang ingin membawa si tersangka ke ruangan penyelidikan, mendapat panggilan dari Kasatreskrim. Menimang-nimang telah melakukan kesalahan apa, Keenan menghadapi sang kepala dengan gugup.

"Gimana kerjamu hari ini? Mulus?" tanya Levi begitu melihat Keenan memasuki ruangannya dan memberikan salam hormat.

"Lancar seperti biasanya, Pak Komisaris," jawab Keenan dengan penuh percaya diri.

Levi tersenyum puas. Ia mendekati Keenan dan menepuk bahunya pelan. "Kamu memang sangat bisa diandalkan. Saya telah mengusulkan namamu untuk bergabung dengan Tim Golden Human, dan disetujui. Mulai besok, kamu akan bekerja bersama mereka," ungkap Levi dengan keyakinan penuh bahwa ia telah memberikan kabar gembira untuk Keenan.

"Saya, Pak? Bapak ganti aja nama saya dengan nama Kapten Prakas, itu lebih baik. Beliau bertanggung jawab dan pekerja keras, cocok dengan tim itu. Saya nggak mau meninggalkan tim ini," tolaknya dengan cepat.

Levi tertawa. "Karena bertanggungjawablah makanya kami membutuhkan Kapten Prakas di sini. Dia nggak bisa meninggalkan anggotanya begitu saja. Dia juga setuju ketika saya menginginkan kamu yang pergi ke sana."

Keenan merasa dikhianati. Pantes aja tadi nyindir gitu. Sialan. Senang sekali dia aku pergi dari tim ini.

"Kamu bergabung dengan tim penting itu bukan berarti kamu nggak bisa menangkap lagi pengedar atau pecandu narkoba seperti biasanya. Mereka membutuhkanmu untuk meringkus para penjahat itu. Indonesia sedang nggak baik-baik aja. Kita harus menyelamatkan rakyat, khususnya anak-anak, yang diperlakukan semena-mena oleh orang-orang yang nggak kita ketahui dalangnya siapa. Kamu mendapat peran penting di sini," ujar Levi berusaha meyakinkan Keenan untuk menerima keputusan ini. Sebenarnya, Keenan tidak bisa menolak apa pun. Ketika hal tersebut sudah diputuskan, maka hal itu adalah perintah. Namun, Levi selalu saja memberikan keyakinan terhadap para anggotanya saat harus berhadapan dengan sebuah keputusan baru. Ini demi kenyamanan anggotanya saat bekerja dengan hal baru.

"Baiklah." Satu kata ituyang bisa lolos dari bibir Keenan. Apalagi yang bisa dikatakannya? Padahalhatinya sangat kesal karena harus bergabung dengan tim yang diketuai oleh orangyang sangat tidak disukainya, Dewa.

👀👀👀
Untuk chingu yang mau baca lebih cepat, bisa langsung ke akun Karyakarsa ya 🔎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro