Spoiled
Klek!
“Goo, aku sampai.. eh? AC-nya menyala?” ucap [Name] pelan sambil memasuki kamar Goo, suara dengkuran halus menyapa telinganya saat pintu terbuka.
Gadis itu terdiam sejenak setelah memasuki kamar dengan AC menyala itu, untuk kesekian kalinya lagi setelah sekian lama ia memasuki kamar sahabatnya itu. Terakhir kali ia masuk ke dalam kamar Goo dua tahun yang lalu. Mengedarkan matanya kesekitar menelisik seisi kamar, banyak sekali yang berubah.
Nuansa di dalam kamar pemuda itu tak jauh dari kamar seorang wibu.
Action figure berjejeran rapi di dalam sebuah lemari kaca yang nampak memang disediakan khusus untuk benda-benda bernilai mahal itu.
Buku komik bertumpukan di atas sebuah meja, banyak sekali. Ada beberapa yang jatuh dan berserakan di atas lantai.
Banyak sekali poster anime menempel, menghiasi dinding kamar yang bercat putih polos. Hampir seluruh bagian dinding kamar wibu pirang itu tertutup oleh poster manusia-manusia dua dimensi.
Sejauh [Name] menelisik kesekitar, ia tertarik pada sebuah objek, di dekat ranjang yang kini sedang ditiduri oleh Goo. Tepatnya atas meja nakas yang bersebelahan dengan kasur pemuda itu.
Ada sebuah foto, berwarna hitam putih. Dari jaraknya sekarang dengan meja nakas itu lumayan jauh, foto itu terlihat samar-samar.
[Name] yang semula masih berdiri di ambang pintu mulai melangkahkan kakinya, mendekatkan dirinya ke aras meja nakas itu. Membungkukkan dirinya lalu menatap foto itu lekat.
“Eh? Ini-”
“[Name]?”
[Name] menoleh cepat kearah samping, “Pusing?” gadis itu menaruh sebuah paperbag yang sedari tadi ia jinjing ke atas meja nakas, semangkuk bubur, air mineral dan obat tersimpan di dalamnya.
Goo yang semula bergelung selimut sambil rebahan langsung mendudukkan dirinya lalu melempar selimut yang membelit tubuhnya ke sembarang arah.
“Dingin~ peluk dong!”
[Name] nampak mencari sesuatu, menghiraukan rengekkan Goo, “Remot AC mana?”
“Aish! Kok cari remot AC sih? Peluk aku dong!” mata Goo sayu.
“AC-nya kau nyalakan, bodoh! Makanya dingin!” ucap [Name], gadis itu telah menemukan remot AC, tergeletak mengenaskan di atas karpet.
Memencet tombol off, langsung saja AC pun mati.
Goo mengerucutkan bibirnya, “Kau galak sekali, aku sedang sak-” pemuda itu tiba-tiba terdiam, ia tak menyelesaikan ucapannya, membuat [Name] menatap pemuda itu sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Kok berhenti ngomel?”
Melirik kaku ke samping, kearah meja nakas. Lalu menatap wajah [Name] dengan sorot khawatir.
“K-kau sudah lihat?”
[Name] mengerjapkan matanya, “Apa?”
Goo diam, [Name] mengeryitkan keningnya, “Maksudmu.. foto itu?” tunjuk [Name] kearah foto hitam putih di atas meja.
Jantungnya berdebar-debar, keringat dingin mulai muncul membasahi pelipis.
“Itu siapa?”
•••
“B-bukan siapa-siapa.”
“Oh.”
Goo menelan bubur yang disuapi oleh [Name] dengan raut datar, raut gadis bernetra merah di hadapannya kini juga tak jauh berbeda dengannya.
Pikiran si pirang itu melayang jauh ke masa lalu.
Tak!
Grep!
Tiba-tiba tangan [Name] terulur memegang jidat Goo, mengecek suhu pemuda itu, setelah beberapa detik menempelkan telapak tangannya pada jidat pemuda itu langsung saja ia mendesis, “Panas sekali! Heh! Kau ini demam atau habis makan kompor sih?” omelnya, terselip rasa khawatir.
Goo terkekeh, ia membuka mulutnya kembali menerima suapan bubur dari gadis pujaannya itu.
“Batuk tidak?”
Goo mengangguk lalu menggeleng, “Tidak, sudah tidak.”
“Awalnya iya?”
“Hm..”
[Name] menyipitkan matanya, ia menodong Goo dengan sendok di tangannya, “Pasti gara-gara begadang main ponsel nonton anime! Iya kan?! Kau ini! Nonton anime itu secukupnya! Jangan berlebihan! Jadi sakit kan!”
“Kalau sudah sakit begini, siapa lagi yang mau merawatmu selain aku? Waifumu?” [Name] menyuapkan bubur terakhir ke dalam mulut Goo sambil mengomel.
“Minum air lalu telan obatmu!” [Name] merogoh paper bag, mengeluarkan sebotol air mineral beserta pil obat.
“Jangan bilang tiba-tiba lupa cara telan pil!” selidik [Name], Goo menggeleng, “Bisa kok..” suaranya serak.
“Bagus! Minumlah!”
[Name] menyerahkan obat dan minuman di tangannya pada Goo, “Habis ini kau pergi..?” lirih Goo setelah menelan obatnya.
“Kau mengusirku?”
Goo melotot, “TIDAK!” teriaknya sontak, ia malah sangat berharap [Name] menetap dan memanjakannya, gadis itu tahu sekali tingkahnya saat sakit.
[Name] tertawa, “Tenang saja, aku tahu kalau kau sakit akan manja.. jadi aku akan menetap sebentar untuk merawatmu,” gadis itu berjalan kearah pintu, hendak keluar dari kamar.
“Mau kemana?!” Goo menuruni kasur, mengikuti gadis itu pergi keluar dari dalam kamar.
“Cuci mangkuk, jangan ikut!”
“Ikut~!”
“Tidur di kasurmu, Goo! Istirahat! Kau sedang sakit!”
“Peluk aku~!”
Ya, sangat manja.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro