
3. "Gue bukan pecinta binatang"
Dengan tampang ceria, saat akhir SMA Staffon berkumandang, Viola tak segan-segan melangkahkan kaki di tengah keramaian menuju kelas Darco berada menunggu kedatangan lelaki yang kini berstatus menjadi couple goals-nya.
Hawa-hawa tidak nyaman dengan posisinya saat ini berada, selalu Viola rasakan. Desas-desus mengenai dirinya hanya karena gosip yang beredar beberapa waktu lalu mengenai pernyataan cintanya ditolak oleh Darco. Oh, shit!
"Darco!"
Tak segan-segan, Viola berteriak dengan lantang melambaikan tangan kepada seseorang yang telah menjadi tujuannya menginjakan kaki disini.
Darco, seseorang yang dipanggil Viola dengan suara lantangnya itu hanya menghentikan langkahnya di tengah keramaian. Detik itu juga, Viola menghampirinya lalu menjauhinya dari deretan keramaian.
Jangan lupakan fakta, bahwa kedua remaja itu telah menjadi salah satu deretan couple goals SMA Flarest. Bukan seperti gosip yang menyatakan bahwa cinta Viola tak terbalaskan. Rupanya berita-berita tersebut belum update.
Viola memperhatikan murid-murid disekitarnya. Berapa banyak murid berpasangan yang telah mendapat julukan couple goals di SMA Flarest itu lebih menunjukkan adegan uwu dihadapannya.
Bagi mereka yang mengenakan tipekal bergandeng tangan, Viola mengomentari ...
"Emang mau nyebrang?" batin Viola dalam hati.
Ada pula mereka-mereka yang menunjukkan adegan uwu dengan saling menujukkan gurau disetiap langkah.
Tidak seperti yang Viola rasakan saat ini. Hanya menyamakan langkah dengan langkah Darco. Viola juga ingin melakukan hal seperti mereka. Saling bergandeng tangan? Sayangnya, lengan tangan jemari Darco telah berada di saku. Membuat Viola kembali menyembunyikan lengan tangannya kembali.
"Darco, nggak suka binatang?"
Pada akhirnya, Viola pula terlebih dahulu membuka topik.
"Nggak." Tak lama, Darco melanjutkan ucapannya dengan sedikit mengantung, "Gue sukanya ..."
Ayolah! Viola sedang menunggu apa yang akan dikatakan lelaki itu.
"Gue bukan pecinta bintang," ujar Darco tejeda, "Tapi, gue punya anjing."
Terlihat menarik jika obrolan mereka saling menyambung. Inilah yang sedari Viola tunggu. Meski Darco memiliki tatapan dingin. Akan tetapi, ia juga yakin dalam dirinya tak sedingin tatapannya.
"Meski lo anjing, gue tetap sayang." Eak! Viola mulai bereaksi, bung!
Tin!
Sebelum suara klason dari supir pribadi gadis itu menghentikan pembicaran mereka. Viola melambaikan tangan kepada Darco sebelum mobil yang ditumpanginya meninggalkan area SMA Staffon.
***
Usai kepergian Viola, Darco mengembalikan langkahnya memanjat dinding tinggi SMA Staffon hanya untuk mencari jalan tikus lebih cepat menuju kediaman rumahnya.
Yang pertama kali dilihatnya saat ini seusai mendarat usai memanjat adalah jenis kucing kampung yang tidak jauh berbeda dengan jenis kucing yang ia temui di area sekolah beberapa waktu lalu.
Senyum merengkah menyambut kedatangan kucing tersebut. Darco belahan menghampirinya dengan langkah engendap-endap.
Pyar!!!
Suara decitan itu menghalangi langkah Darco. Sebagaimana, orang baik memberikan makanan kepada kucing tersebut menumpakan sisa makanan kepada kucing-kucing kelaparan diikuti oleh beberapa kucing lainnya yang mempunyai tujuan yang sama.
Melihat banyaknya kucing saling berebut makanan, bagi Darco mereka sangatlah rakus.
Detik itu juga, Darco beralih. Meninggalkannya dengan alih-alih berjalan normal kembali. Sesampai ponsel di saku celananya bergetar, ia segera memperlihatkan notifikasi terbaru.
Lagi-lagi nama gadis yang belakangan ini melekat padanya itu mengirimkannya pesan. Darco hanya membaca pesannya. Ia pula tak mengerti harus membalas dengan kalimat seperti apa.
Disana, Viola berulang kali mengintip roomchatnya dengan Darco. Display name, yang telah diubahnya menjadi 'TipeIdeal' sampai saat ini berakhir dengan centang biru yang menghiasi pesan terkahir darinya.
Selagi memperhatikan kalender hari ini, Viola melingkarinya dengan spidol bold. Menuliskan keterangan bahwa hari ini 2 agustus memperingati hari jadinya dengan Darco.
Senyum mengembang. Hasilnya juga tidak terlalu jelek-jelek amat. Rupanya, Viola akan membuat kalender pribadi selagi memperingatinya setiap harinya bersama Darco. Viola, sebucin itu kah?
Viola merebahkan badannya di tempat tidur onesize-nya. Ruangan kamar bernuasa peach pastel dengan hiasan dekorasi lampu led beragam aneka benda langit disetiap sudut, Viola sangat mencintai kamarnya. Membuatnya, terlalu sulit untuk beranjak dari ruangan kamar.
Viola tersenyum mengembang memperhatikan coretan kalender buatannya. Hasilnya juga tidak terlalu jelek-jelek amat. Rupanya, Viola akan membuat kalender pribadi selagi memperingatinya setiap harinya bersama Darco.
Viola, sebucin itu kah?
Mengingat momen penting apa salahnya, coba?
"Yah, sayangnya dia enggak suka binatang." Viola berdialog sendiri memukul boneka bintang lautnya selagi menatap langit cerah hari ini.
Tiba-tiba rightone panggilan mengalihkan pandangan gadis itu. Viola segera mengeser tombol hijau tanpa memperlihatkan si penelpon seseorang yang sedari ditunggunya kini tertera di layar ponsel.
"Halo!"
"Halooo!"
"Haloooo! Hai! Hai! Hai!"
Tak kunjung ada jawaban, Viola bangkit dari posisi tempat tidurnya memperlihatkan display name si penelpon.
'TipeIdeal' is calling ...
Hampir saja, Viola tersedak. Ia tak menyangka jika target tipe idealnya itu menghubunginya. Atau karena si penelpon merasa bersalah karena tak membalas pesannya?
"Apa? Apa? Apa?"
"Ada apa?" Darco bertanya di sambungan telepon.
Viola mengerutkan kening. Bagaimana lawan bicaranya itu bertanya balik? Jelas-jelas dia dulu yang menghubungi.
"Kamu kenapa nelpon?"
Viola mencoba terdengar manis. Rupanya, ia juga yang terlihat salah tingkah.
"Kouta pulsa gue masih banyak."
"Karena lo tadi kirim pesan. What's wrong ...?"
Viola menepuk jidatnya. Lalu berkata, "Iya .. Tapi ... gue, 'kan gue kirim via chat."
"Kalau gue chat, balas. Ketik. Kalau gue telepon, angkat. Kalau gue mau video call, gue mau lihat gantengnya tipe ideal Viola, kayak apa."
So, gombalan Viola mendapat predikat berapa dari angka 10?
Bukan hanya berakhir disitu, Viola tak berhentinya mencari topik membuat obrolan mereka memiliki waktu yang terbilang panjang.
Sambungan telepon dari Darco berakhir hanya karena lelaki itu berada di panggilan alam dengan tergesa-gesa. Sesampainya di toilet, Darco melepaskan apa yang telah menjadi bebannya. Kini rasanya sedikit ringan. Ck.
"Guk ...!"
Gonggongan anjing miliknya kini terdengar tidak jauh dari tempatnya berada. Darco rasa Bar, anjing peliharannya berjenis 'pengikese' itu telah menunggunya di depan toilet.
"Guk ...!"
"Guk ...!"
Bar tanpak tak sabaran menunggu si pemilik keluar dari area toilet.
"Diem!" sentak Darco berteriak lantang.
Tak lama, Darco keluar dari kamar mandi dengan mengendong Bar. Sesuai dengan dugaannya, anjing peliharaannya itu menunggu di depan toilet selama ia melakukan panggilan alam. Lalu, ia menuangkan makan sireal. Sebagaimana, Bar memakannya dengan lahap selagi bersandar di pangkuannya.
Darco, mengelus Bar dengan lembut. Tak segan-segan anjing peliharannya itu mengajaknya bermain. Ia pun mengabdikan foto Bar dengan kamera ponselnya.
Ckrek!
Ckrek!
Ckrek!
Bar yang imut. Bahkan anjing itu telah berpose di hadapan kamera. Memamerkan aktivitas yang dilakukannya.
Darco memang tak menyukai binatang. Terkecuali, bagi jenis anjing yang berhasil menarik perhatiannya.
💅 TBC 💅
-
-
-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro