Bayangan di Jendela (bagian 4)
Setelah kejadian malam itu, Fira merasa rumahnya lebih tenang. Tidak ada lagi bayangan di jendela, tidak ada bisikan di telinganya. Namun, pikirannya masih dipenuhi pertanyaan: siapa yang mengubur barang-barang Damar di bawah pohon itu?
Keesokan harinya, Fira membawa buku harian yang ditemukan kepada Bu Sari, tetangga tua yang sudah lama tinggal di desa. Saat melihat buku itu, wajah Bu Sari langsung pucat.
"Ini… ini milik Damar. Dia anak Pak Surya, pemilik rumah sebelum keluargamu," kata Bu Sari dengan suara gemetar.
Fira mendengarkan dengan saksama saat Bu Sari menceritakan tragedi yang terjadi sepuluh tahun lalu. Damar sering diperlakukan kasar oleh ayahnya. Suatu malam, badai besar melanda desa, dan sejak saat itu Damar menghilang. Pak Surya mengaku anaknya lari dari rumah, tapi banyak yang merasa ada yang tidak beres.
“Pak Surya pindah tak lama setelah itu,” lanjut Bu Sari. “Tapi kami semua tahu ada sesuatu yang dia sembunyikan.”
Jantung Fira berdegup kencang. Apakah mungkin Damar tidak sekadar hilang, tapi…?
Dengan tekad bulat, Fira melaporkan temuannya ke kepala desa. Polisi datang dan mulai menggali di sekitar pohon tua itu. Tak butuh waktu lama sebelum mereka menemukan sesuatu yang lebih mengerikan—tulang belulang seorang anak kecil.
Suasana desa berubah mencekam. Pak Surya, yang kini tinggal di kota lain, akhirnya ditangkap. Misteri Damar terungkap, dan arwahnya kini benar-benar tenang.
Namun, di malam yang sunyi, Fira terkadang masih menatap jendela. Ia tidak lagi takut, tapi dalam hatinya, ia selalu bertanya-tanya… apakah ada jiwa-jiwa lain yang masih menunggu untuk ditemukan?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro