Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cuplikan Chapter 28

Green River Medical Center, Distrik 13.

"Masuk," ujar Abraham ketika mendengar pintu ruang kerjanya diketuk dari luar.

Pintu terbuka, Allan menampakkan diri dan menegur. "Direktur mencariku?"

"Ah, kau sudah datang? Kemarilah, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

Allan menutup pintu dan menghampiri Abraham. Dia kemudian duduk di depan meja kerja Abraham, berhadapan langsung dengan sang Direktur.

"Coba kau lihat ini," Abraham menyodorkan sebuah berkas yang sudah terbuka ke hadapan Allan yang langsung memeriksanya.

Dahi Allan langsung mengernyit begitu ia disuguhkan dengan sebuah grafik yang belum bisa mengerti.

"Apa ini, Direktur?"

"Itu adalah grafik pasien dari Departemen Bedah Umum. Coba kau lihat, sejak awal tahun ini, departemen itu mengalami pelonjakan pasien. Dan pelonjakan yang paling besar terjadi pada bulan ini."

Selagi mendengar penjelasan dari Abraham, Allan memeriksa berkas di hadapannya. Karena dia telah menjadi Dokter Spesialis, maka ia tidak tahu tentang apa yang terjadi di departemen lain.

Allan kemudian bergumam, "transplatasi ginjal dan pencangkokan hati. Dari semua pasien yang masuk tahun ini, kebanyakan dari mereka menjalani dua prosedur pembedahan itu dan kebanyakan dari mereka adalah pasien lanjut usia."

"Itu benar. Meski ada segelintir orang berusia tiga puluh tahunan yang baru-baru ini juga menjalani prosedur pembedahan itu. Coba kau perhatikan kembali grafik itu. Dimulai tahun ini, orang-orang dengan keluhan yang sama terus datang ke rumah sakit kita. Dan jumlah mereka semakin meningkat dari bulan sebelumnya."

Allan memandang Abraham dengan penuh pertimbangan. "Direktur berpikir bahwa wabah itu telah kembali ke Distrik 13?"

Abraham langsung menggeleng. "Tidak, bukan begitu. Tapi mungkin ada penyebab lainnya, atau mungkin hanya sekedar kebetulan."

Allan berucap penuh pertimbangan, "jika dikatakan sebagai sebuah kebetulan, ini terlalu ..."

Abraham menyahut dengan hati-hati, "mungkinkah ... ini ada hubungannya dengan sebuah wabah lainnya?"

"Aku tidak mengharapkan hal seperti itu terjadi lagi. Tapi kita harus membuat perkiraan untuk bisa mencegah sesuatu. Tapi dari pengamatanku sejauh ini, tidak ada tanda-tanda adanya virus baru yang bermutasi di Distrik 13 sejak tiga tahun yang lalu."

"Lalu, apakah grafik itu adalah sesuatu yang normal?"

"Jika diperhatikan dengan lebih teliti, tentu saja ada yang janggal dari grafik ini. Tapi aku tidak berpikir bahwa ini terjadi karena adanya mutasi dari virus baru. Untuk bisa mengambil kesimpulan, bisakah rumah sakit kita meminta kerja sama dengan seluruh rumah sakit atau pun klinik di Distrik 13?"

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Kita hanya memerlukan daftar penyakit yang diderita oleh setiap pasien yang mereka rawat di sana. Terutama untuk pasien dengan permasalahan organ dalam. Mungkinkah Direktur bisa melakukannya?"

"Itu bukanlah sesuatu yang sulit, tapi mungkin akan membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya."

"Itu bukanlah masalah besar. Saat aku memiliki waktu senggang, aku akan mengunjungi Departemen Bedah Umum."

Abraham tersenyum lega. "Rumah sakit ini sangat beruntung memiliki dirimu, Anderson. Seandainya Dokter Daniel bersedia bekerja di sini, rumah sakit ini pasti tidak memiliki kekurangan apapun."

"Aku juga perlu mendiskusikan hal ini depan Daniel. Jika sudah tidak ada yang ingin Direktur bicarakan, bolehkah aku pergi sekarang?"

"Tentu saja, kau boleh pergi."

"Aku permisi."

Allan kemudian meninggalkan ruang kerja Abraham. Dan dalam perjalanan kembali ke ruangannya sendiri, Allan menghubungi Daniel.

"Kau sedang sibuk?" tegur Allan ketika telepon sudah tersambung.

"Sedikit," sahut Daniel di seberang, terdengar lebih kaku dari sebelumnya dan hal itu membuat Allan langsung mengerti bahwa saat itu Daniel berada dalam situasi di mana ia tidak bisa berbicara terlalu banyak.

"Kita bicara lagi jika kau tidak sibuk. Mampirlah jika kapan-kapan kau singgah di Distrik 13."

Allan memutuskan sambungan. Dan tepat setelah ia menurunkan ponselnya, pandangannya menemukan sosok Rick yang datang dari arah berlawanan. Rick melambaikan tangan ke arahnya.

"Kau baru saja bertemu dengan Direktur?"

Allan tak menjawab teguran Rick dan mengabaikan pria itu. Rick kemudian langsung berbalik dan mengekori Allan dengan pertanyaan lain.

"Ada apa? Apakah terjadi sesuatu? Kau mendapatkan promosi atau dipindahkan?"

Allan tetap tak peduli. Sebenarnya hubungan mereka menjadi sedikit canggung sejak Rick menolak untuk berhenti bekerja pada Hilton. Tak peduli apapun alasan Rick, Allan sedikit bersikap dingin pada teman lamanya itu.

Rick kemudian menghentikan langkahnya dan berbicara dengan lebih lantang. "Dokter Anderson ... aku melihat istrimu di Distrik 1."

Langkah Allan langsung berhenti. Dia menoleh dan berbalik, memandang Rick dengan tatapan menghakimi. Allan sedikit terkejut karena sebelumnya ia menolak memberitahu Lianna di mana Reygan tinggal. Tapi jika istrinya telah berada di Distrik 1, itu berarti seseorang telah mengatakan pada wanita tentang alamat tempat tinggal Reygan.

"Kau memberitahunya?"

Rick mengendikkan bahunya. "Aku harus bagaimana lagi? Istrimu terlalu menakutkan jika sedang menginginkan sesuatu. Mungkin dia pergi ke sana untuk melihat putra ke duanya."

Rahang Allan mengeras, ia langsung memperingatkan Rick atas ucapannya barusan. "Jaga bicaramu."

"Ah, maaf. Aku hanya bercanda," Rick tersenyum lebar.

Allan memberikan tatapan peringatan sebelum meninggalkan Rick. Sementara Rick justru tersenyum pahit. Dia tidak ingin membuang peluang besar dengan meninggalkan posisinya saat ini. Karena dari tempat itu, dia bisa mengetahui apapun yang dilakukan oleh Hilton.

Rick bergumam, "setiap hari kebenciannya padaku semakin bertambah besar. Apakah dia akan bisa memaafkan aku suatu hari nanti? Ck! Seperti ini lah hidup. Jika tidak ada pengkhianat, tidak akan ada yang namanya kemenangan mutlak."

Rick kemudian melanjutkan perjalanan, mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang diambil oleh Allan.

\\ BATTLE OF HEALER : CHAPTER II [JACK THE RIPPER] //

Distrik 9.

Daniel dan Steve sampai di tempat tujuan selanjutnya. Dan tempat tujuan mereka kali itu adalah rumah yang kini ditinggali oleh Felix dan juga Jason. Mengambil resiko besar, Daniel justru membawa musuh mereka ke tempat persembunyian mereka.

Turun dari mobil, Steve memandang sekitar. Merasa sangat asing dan cukup heran karena terdapat bangunan layak huni di tengah lahan kosong yang luas. Setelah cukup puas dengan rasa penasarannya, Steve kemudian mendatangi Daniel.

"Tempat apa ini?"

"Rumah lama kami."

Sebelah alis Steve sekilas terangkat. Sungguh di luar dugaan, sikap transparan Daniel benar-benar berhasil menjadi kejutan besar baginya.

Daniel kemudian melangkahkan kakinya lebih dulu mendekati bangunan rumah miliknya diikuti oleh Steve yang berjalan sembari memperhatikan sekitar.

Memasuki bangunan rumah, Steve kembali dikejutkan oleh ruangan yang tampak bersih dengan semua barang yang tertata dengan rapi. Sama sekali tak terlihat seperti bangunan yang telah ditinggalkan sejak lama. Steve kemudian memisahkan diri dari sang pemilik rumah. Sejenak melihat-lihat seisi ruang tamu.

Berhenti pada salah satu sudut, Steve menemukan sebuah kamera pengawas dengan ukuran yang sangat kecil berada di tempat yang tidak akan bisa ditemukan oleh orang yang kurang berpengalaman.

Steve kemudian berkata, "rumah ini terlalu bagus untuk bangunan yang sudah lama ditinggalkan."

"Aku kembali sekitar dua bulan yang lalu dan kembali mengurus rumah ini."

Steve memandang Daniel. "Tapi bukankah kau jarang sekali meninggalkan Distrik 2?" Steve kemudian berlalu.

Tak perlu menutup-nutupi hal itu. Steve yakin bahwa Daniel juga sudah mengetahui bahwa NCA telah mengawasinya selama ini. Steve kemudian berkeliling, dan Daniel menyusul di belakang tanpa memberikan peringatan pada sang tamu yang terkesan kurang sopan.

Berhenti pada ruangan di dekat dapur, Steve menemukan satu set meja makan yang terbuat dari kayu. Steve menarik salah satu kursi dan duduk di sana. Tangannya menyentuh permukaan meja selama beberapa detik sebelum kembali memberikan komentar.

"Meja ini masih terasa hangat, sepertinya kau memiliki kenangan yang bagus di tempat ini." Steve kembali mengarahkan pandangannya pada Daniel dan menegur, "jika kau tidak keberatan, temani aku duduk di sini, sebentar saja jika itu membuatmu merasa terganggu."

Daniel tak menyahut. Namun, ia berjalan menghampiri Steve dan duduk berseberangan dengan pria itu. Steve kemudian tersenyum tanpa sebab dan Daniel tidak tertarik dengan hal itu.

Steve kemudian memulai pembicaraan tanpa harapan yang tinggi bahwa Daniel akan memberikan penjelasan yang ia inginkan. "Aku sudah menahan pertanyaan ini sejak kita sampai di Gereja Saint Mikael sebelumnya. Tentang bangunan itu ... bangunan itu terlihat sangat luas, tapi kenapa aku hanya melihat dua orang sejak aku datang sampai pergi? Bagaimana penjelasanmu?"

"Karena hanya ada dua pengurus gereja yang tinggal di sana," jawab Daniel, tak berusaha untuk bersikap ramah.

Steve menatap heran. Namun, ketika ia ingin menuntut penjelasan lebih dari Daniel, suara panggilan masuk di ponsel Daniel sejenak menghentikan pembicaraan mereka.

Daniel mengambil ponselnya dan melihat nama 'Dokter Anderson' sebagai identitas dari sang pemanggil. Tanpa mengatakan apapun pada Steve, Daniel menjawab panggilan itu.

"Kau sedang sibuk?" suara Allan langsung terdengar begitu telepon tersambung.

"Sedikit," gumam Daniel.

Allan sempat terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menyahut. "Kita bicara lagi jika kau tidak sibuk. Mampirlah jika kapan-kapan kau singgah di Distrik 13."

Sambungan telepon terputus oleh pihak Allan. Daniel menyimpan kembali ponselnya dan kembali ke pembicaraan yang sempat terinterupsi.

Tak ingin basa-basi, Daniel segera memberikan klarifikasi. "Di tahun pertama Pastor Peter ditugaskan di tempat ini, gereja itu tidak berbeda dengan gereja-gereja lainnya pada umumnya. Wilayah ini dulunya memiliki banyak anak muda, tapi seiring berjalannya waktu, mereka memilih meninggalkan kota kelahiran mereka dan hidup dalam perantauan. Satu-persatu orang pergi. Para pengurus gereja ditugaskan ke daerah lain. Dan hingga saat ini, hanya tersisa Pastor Peter serta Suster Emma yang mengurus Gereja Saint Mikael."

Steve tak bisa berkata-kata. Sikap Daniel yang terlalu jujur itu membuatnya sulit untuk menaruh kecurigaan terhadap pria dengan sikap yang dingin itu. Steve kemudian mengalihkan topik pembicaraan.

"Kau memasang kamera pengawas di sini? Aku juga sempat melihat beberapa di depan rumah tadi."

Daniel tak merasa terkejut dan tetap menjawab dengan tenang. "Seperti yang kau ketahui, tidak ada bangunan lain di sekitar sini. Aku harus mengamankan asetku."

"Benar, itu alasan yang masuk akal. Tapi ... bagaimana pertemuanmu dengan Pastor Alexander?" Steve kembali memancing Daniel guna menemukan celah untuk mencurigai pria itu.

"Dia adalah seorang pendatang di sini. Dia adalah orang pertama yang aku temui ketika aku datang ke tempat ini. Kau berpikir bahwa dia adalah saudaraku? Nama Alexander adalah nama yang diberikan padanya ketika dia menerima pembaptisan."

"Aku hanya perlu memastikannya. Kau juga sangat memahami apa pekerjaan kami. Tapi satu hal yang membuat aku tidak mengerti."

Daniel tak memberikan respon di saat ia merasa tidak tertarik pada apapun yang diucapkan oleh Steve.

Steve kembali berbicara, "sikapmu yang terlalu transparan. Kenapa kau mengungkapkan kehidupan pribadimu seakan-akan kau tidak memiliki satu pun rahasia?"

"Kau sudah mengetahuinya. Tidak, bahkan mungkin kalian sudah mengetahuinya."

Dahi Steve mengernyit. Sekarang, dia lah yang merasa telah dipermainkan oleh Steve. "Tentang apa?"

"Dokter Rachel Ananta Hilton ..."

Kedua netra Steve memicing.

"... bukankah kalian sudah memulihkan pesan di ponselku yang sudah aku hapus. Tapi kenapa kalian tidak menanyakan tentang hal itu padaku?"

Steve berusaha untuk tetap bersikap santai dan menjawab dengan tenang. "Itu adalah kehidupan pribadimu. Kami tidak ikut campur dengan hubungan emosional seseorang."

"Tapi bukankah selama ini kalian menganggap bahwa kehidupan pribadiku adalah sesuatu yang ingin diketahui oleh negara?"

Steve terbungkam oleh fakta yang diucapkan oleh Daniel. Dan karena hal itu garis wajahnya terlihat sedikit canggung.

Daniel kembali berbicara. "Tentang penangkapan di Distrik 5 ... aku pikir kalian telah gagal setelah melihatmu datang padaku."

Steve menyahut tanpa minat. "Saudaramu itu diberkahi oleh Tuhan. Tidak peduli sedekat apa kami dengannya, dia selalu berhasil melarikan diri."

"Sepertinya kau belum juga menyadarinya."

"Tentang apa?" Tak lagi merasa penasaran, Steve bersikap apa adanya karena dia juga tidak bisa menebak apa yang akan diucapkan oleh Daniel setelah ini.

"Tuhan selalu mengirimkan perantara bagi seseorang yang diberkahi."

Steve tersenyum tipis dan menyandarkan punggungnya. "Perantara bagi seseorang yang diberkahi? Itu mungkin akan menjadi kisah yang menarik."

"Kau benar-benar ingin menyelesaikan kasus ini?"

Sebelah alis Steve terangkat. "Aku tidak berpikir bahwa itu sebuah pertanyaan."

"Jika kau benar-benar berniat menyelesaikan masalah ini, kau harus memulai dari tempat yang benar. Tapi ... tempatmu memulai sekarang sudah salah. Kau tidak akan pernah bisa menutup kasus ini jika kau tidak merubah jalanmu."

Steve kembali menegakkan tubuhnya. Tiba-tiba saja ucapan Daniel terdengar sangat serius. "Tempat yang salah untuk memulai? Di manakah itu?"

"Kau sedang mencoba menyelesaikan kasus Distrik 13. Tapi ... pernahkah sekali saja kau memastikan kebenaran apa yang terjadi di Distrik 13 empat tahun yang lalu?"

Dahi Steve mengernyit. Dia bergumam, "empat tahun lalu."

"Kembali ke titik awal di mana semua dimulai. Pikirkan sekali lagi, bukankah selama ini kalian hanya mengejar saudaraku berdasarkan rumor yang sudah menjadi konsumsi publik. Kalian tidak pernah berniat menyelesaikan kasus ini ... kalian hanya butuh tersangka untuk menutup kasus ini." Daniel tersenyum miring di akhir kalimat. Menekankan bahwa kekalahan telah dialami oleh Steve ketika apa yang ia ucapkan telah berhasil membungkam orang dari NCA itu.

"Jadi menurutmu. Dibandingkan dengan menangkap tersangka, bukankah seharusnya kita mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di Distrik 13 empat tahun yang lalu?"

"Entahlah, bukankah itu pekerjaan kalian?"

"Lalu apakah yang terjadi di Distrik 13 empat tahun yang lalu? Bukankah kau sedang membicarakan hari di mana wabah Distrik 13 berakhir? Adakah insiden besar yang terjadi hari itu?"

Daniel tersenyum simpul, seakan-akan tengah menantang Steve untuk mengungkap fakta yang sebenarnya tentang proyek Distrik 13.

Daniel berkata, "aku tidak akan pernah jatuh sebelum kau membawa fakta itu ke hadapanku."

Sorot mata Steve yang semula ramah kini terlihat lebih tajam. Menolak untuk dipermainkan. Namun, Steve menemukan sebuah keyakinan dalam ucapan Daniel. Putra bungsu Alexander Lim itu benar-benar serius akan perkataannya.

\\ BATTLE OF HEALER : CHAPTER II [JACK THE RIPPER] //

Note Penulis : November Daily Update.

Judul : INDEPENDENT NORTH
Status : On Going.
Platform : Innovel
Genre : Suspense/Thriller.
Disclaimer : Kisah Daniel Lim si Pembunuh Bulan yang menjadi ketua dari divisi gabungan Independent North dan juga Noh Tae Hyung, agen terbaik NIS yang dipertemukan untuk mengungkap fakta di balik batalnya penandatanganan pakta damai antara Korea Selatan dan Korea Utara. Namun, sejak awal Daniel memiliki niatan lain. Bukan untuk bekerja sama dengan pihak Korea Selatan, Daniel Lim bergabung ke divisi gabungan untuk menyusup ke NIS.

Apakah yang tengah dicari oleh Daniel di NIS sebenarnya?

Dan bagaimana nasib Noh Tae Hyung, di agen terbaik NIS yang harus terlibat konflik dengan si pembunuh berdarah dingin dari Korea Utara?

Kisah lengkapnya bisa kalian baca di akun Innovel saya. Dan cerita ini akan mulai menggunakan sistem Daily Update pada tanggal 1 November.

Dan juga, cerita ini sedang saya ikutkan dalam sebuah kontes. Jadi, jika kalian memiliki waktu luang, tolong tinggalkan komentar kalian di setiap chapter yang kalian baca karena hal itu juga termasuk dalam penilaian.

Mohon dukungannya semuanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro