Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25. Penantian Terbayar

Seratus hari berjalan dengan sangat cepat. Semua telah berubah, semua tidak sama. Seperti ada satu yang hilang, namun seribu kebahagiaan yang tumbuh. Itulah yang saat ini dialami oleh Mario dan Randu serta Tasya yang telah mengalami naik turunnya kehidupan.

Banyak kejadian yang terjadi tanpa dapat diprediksikan pasca Randu keluar dari rehabilitasi. Semua memang berubah, iya, Randu menyerahkan diri. Dia tidak dihukum karena memang hanya sebagai seorang pemakai dan Randu direhabilitasi dengan sabar. Pemuda berwajah pucat itu menjalani hari-harinya yang panjang ditemani Tasya yang selalu ada di sampingnya.

"Kita hari ini jadi pergi nggak?"

"Jadi dong, kan sudah lama banget direncanakan," sahut Randu dengan cepat.

"Apa yang harus kita bawa?"

"Kita bawa makanan kesukaannya mama, setelah aku direhab dan keluar, aku belum pernah bertemu mama sekalipun. Aku juga mau ke makam ayah."

"Iya, Ndu, aku tahu gimana perasaanmu. Kita akan ke makam ayah untuk sama-sama berterima kasih tentang kisah ajaib ini."

"Tidak pernah terbayangkan jauh pergi ke mana-mana mencari Kakak kandungku, tapi ternyata dia ada di depan mata. Rasanya rahasia Tuhan teramat indah untuk kita pahami satu persatu."

"Apaan sih, kamu selama ini juga menganggap Randu kayak adikmu sendiri kan, ternyata dia akan jadi adik iparmu."

"Jadi Kak Mario mau nikah sama Tasya?"

Tatapan Mario dan Tasya saling berpaut.  Mereka menyimpan sebuah kebahagiaan yang akan segera terungkap. Hubungan mereka memang bukan lagi hubungan yang main-main lantaran sudah terlalu lama kebersamaan itu terjalin. Keseriusan pun menjadi jalan dan kunci terakhir untuk menjalin sebuah ikatan yang lebih kuat.

"Kamu tunggu aja ya kabar baiknya, tapi yang pasti Tasya akan menjadi milikku selamanya." Mario tersenyum menatap sang kekasih.

"Kalian ini ngomong apa sih, puitis banget, tapi aku senang deh akhirnya Randu aka Gaga bisa bertemu sama kakak kandungmu dan ternyata adalah Mario. Rasanya konyol sekali." Tasya berusaha mencairkan suasana dengan kenyataan yang sebenarnya.

***

Kisah hidup Sofi tidak seindah yang ada di dalam film. Dia tidak dapat mendapatkan apa yang diinginkan. Sepeserpun harta tidak dia peroleh. Keserakahan membuatnya tenggelam duka semakin dalam. Hari-hari Sofi hanya dihabiskan untuk menghitung berapa lama dia bisa bertahan hingga dapat keluar dari jeruji besi itu.

Benar, Sofi dinyatakan bersalah. Dia telah melukai dengan sengaja sang putra, Mario, lalu semua terungkap, jika Mario bukan anak yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Ini berat untuk dijalani, tapi inilah kisah yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya.

"Mohon maaf, Ibu Sofi tidak mau bertemu dengan kalian," ucap seorang sipir dengan tegas.

"Kenapa apa Mama Sofi, sedang sakit Kami cuma ingin melihat kondisinya dan membawakan beberapa makanan kesukaannya." Mario menjelaskan kedatangannya ke lapas.

"Anda bisa menitipkan makanan ini di kami. Biar nanti kami sampaikan ke Ibu Sofi, untuk alasan Ibu Sofi tidak ingin menemui kalian hari ini karena mungkin beliau sedang ada kepentingan, tetapi Ibu Sofi sehat kok."

Pemaparan dari sipir itu membuat Mario, Randu, dan Tasya merasa senang lantaran kondisi wanita paruh baya itu baik-baik saja. Sekalipun di dalam penjara ini memang sulit untuk dijalani, tapi ini adalah ganjaran yang Sofi terima dengan berbagai kejahatan yang telah dia lakukan. Nyatanya, Mario dan Randu telah memaafkan istri ayah mereka itu, namun sulit untuk Sofi bisa paham dengan situasi yang ada.

"Baiklah saya tinggal di sini ya, sampaikan kalau kami datang dan membawa makanan kesukaan ini. Berharap jika dikunjungan selanjutnya mama Sofi mau menerima kami," ucap Mario sambil menyerahkan makanan yang telah mereka bawa.

"Baik, nanti akan kami sampaikan. Saya terima makanan ini," sipir itu mengambil makanan-makanan yang telah ditaruh di dalam tas untuk segera diantar ke tahanan Sofi."

Mereka pergi meninggalkan lapas dengan nelangsa. Ingin hati bertemu dan menjelaskan semua yang terjadi, tetapi Sofi menolaknya dengan mentah-mentah. Biarlah, namanya juga hidup pasti ada naik turun tidak perlu lagi di sesali. Ini memang kesalahannya.

"Ibu Sofi, ini ada makanan dari anak-anak Ibu, mereka sangat menyayangmu dengan segala kesalahan yang terjadi, mereka masih bisa menerima Ibu."

Sofi tidak berkata sepatah kata pun lalu sipir itu menaruh makanan-makanan di meja di depannya. Sipir pergi meninggalkan wanita paruh baya itu dengan segera. Sofia hanya menatap makanan-makanan, itu pikirannya melayang ke masa ketika dia bisa melakukan segalanya dengan tangannya sendiri, tapi sekarang semua telah berlalu dan hilang. Dia tidak dapat mengubah kebahagiaan atas kemurkaannya.

"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan kalian yang telah membuatmu sengsara seperti ini. Terlebih kamu, Mario, percuma aku merawatmu sejak kecil. Nyatanya, kamu menduakanku, membuat cinta seorang Ibu terasa hampa."

Sofi mengambil garpu yang ada di depannya. Dia menatapnya dengan tatapan kosong lalu mengambil telur gulung yang ada di depannya dengan garpu itu. Memasukkannya ke dalam mulut mengunyahnya dengan cepat, Sofi tersenyum tipis, "Selamat tinggal Mario sayang, Mama akan selalu menyayangimu sampai kapan pun hingga mata ini tertutup selamanya." Dia kembali menatap gardu itu, dengan gerakan cepat Sofi menusuk lehernya.

***

Mario dan Randu datang ke pemakaman sang ayah dengan tatapan penuh kebahagiaan. Mereka bersama-sama memeluk nisan Putro. Saudara itu dalam kehangatan saling memahami. Seakan ada Putro yang memeluk kedua putranya. Ini sungguh pemandangan yang sangat indah yang ingin Putro lalukan sebelum dia pergi selamanya.

"Pa, aku minta maaf atas segala kesalahpahaman ini. Ternyata aku ini anak kandungmu yang tidak pernah terungkap karena keserakahan mama Sofi. Aku janji akan selalu menjaga Randu selamanya."

Randu memberikan semua berkas dan wasiat dari ayahnya. Hatinya lega sejauh ini dapat mewujudkan misi dari ayahnya sebelum meninggal. "Kak Mario, maaf ya, aku enggak bisa mengenalimu. Aku sangat ingin mengulang masa kecil kita dulu."

"Iya, Ndu, aku janji akan ada untukmu. Menjadi Kakak terbaik untuk dirimu."

Mario memeluk sang adik, dia merasa beruntung sejauh ini dapat selalu ada untuknya. Mario dari awal memang menyayangi Randu, tetapi karena Sofi terus mencuci otaknya, sikapnya naik turun kepada Randu.

Randu dan Mario saling menggenggam. "Kita akan selalu bersama," ucap mereka bersama.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro