Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3| Pertemuan

Mulmed: Farezky Nuno

--


3| Pertemuan


KERUTAN DI DAHI KILA sudah menumpuk menyertai bibirnya yang ditekuk. "Gue nggak terima GLYN batal manggung!" geramnya usai mendengar pengumuman. Raymon dan Cantika yang menjadi pembawa acara masih meminta maaf saat Kila melirik sekilas ke panggung. Penonton ramai, saling berbicara. Kila juga bisa merasakan seperti apa kekecewaan yang dialami mereka.

Isell berkacak pinggang. "Apa-apaan sih GLYN?! Gue udah nggak ikut makan bareng anak-anak di Dago Pakar dan mereka batalin seenak jidat?! Acara makan itu penting, tau! Itu kegiatan bareng rapat himpunan! Dasar, cowok-cowok PHP!"

Kila tahu seorang Isella Nurriska sekarang sedang merasa kesal. Ia pun sama. Baginya, hal ini terlalu menyebalkan! Apa-apaan?! Membatalkan seenaknya di saat ia bahkan selalu memikirkan acara ini dari hari ke hari. Percuma saja Kila sekarang menata rambutnya rapi, percuma saja Kila memoles bibirnya dengan lipstik tipis. Ia tidak bisa memperlihatkan itu pada Banananya. Batal sudah niatnya untuk menemui Bana di belakang panggung usai acara.

"Kalian mau minum?" Nuno yang sejak tadi diam, melemparkan penawaran.

"Gue kesel, No! Keseeel!" Isell mencubit lengan Nuno kuat, membuat Nuno terlihat kesakitan. Bukan Isell namanya kalau marah tidak bertindak kasar. Bukan umpatan segala isi kebun binatang yang ia keluarkan, tapi kasar sejenis memukul, mencubit, mencengkeram, bahkan menggigit. Nuno itu yang biasanya sering menjadi sasaran pelampiasan Isell.

"Iya, iya. Gue tau lo kesel. Tapi tangannya lepas dulu heh!" Farezky Nuno hanya bisa mengigit bibirnya, menahan linu. "Mau pulang aja atau lanjut nonton?" tanya Nuno. Seingatnya, malam ini ia memang bertugas menemani dua temannya itu. Ia sudah biasa diminta Isell mengantar dan menjemput mereka jika ada acara malam-malam seperti ini.

Perasaan kesal dalam hati Kila tiba-tiba berubah menjadi perasaan tak enak. Isell dan Nuno ada di sini karena rencananya, karena egonya. "Maaf ya, kalian." Kila menunduk. "Gara-gara gue nih."

Nuno mengulas senyumnya. "Udah nggak usah lo pikirin. Isell biar ntar gue aja yang ngurus," ujarnya dengan tepukan ringan pada bahu Kila. "Isell ngamuk sih udah biasa."

"Kalau kayak gini caranya, gue jadi bisa beneran benci sama GLYN, La!" seru Isell. "Gue nggak ngerti ya ini akal-akalan yang ngadain acara pake nama GLYN buat narik penonton atau emang GLYN yang seenaknya. Tapi, dengan fakta acara ini gratis, gue rasa nggak banyak juga untung yang bisa didapet panitia kalo emang mereka yang licik. Kayaknya ... ini emang GLYN yang nggak bener!"

Perkataan Isell masuk akal, tetapi Kila merasa berat untuk mengiyakan. Mungkin karena dirinya suka GLYN, rasa percaya masih kuat membalutnya dengan keyakinan GLYN tidak seburuk itu. Pasti ada alasan yang membuat mereka membatalkan lagi penampilannya. Mengiyakan tak ingin, menyanggah pun tak mampu. Akhirnya, Kila memilih diam.

"Lo mau ke mana, Sell?" tanya Nuno panik melihat Isell berbalik tiba-tiba.

"Ke toilet bentar. Cuci muka!" ujarnya masih bernada kesal. "Lo nggak usah ikut, No. Gue nggak akan ke toilet cowok!"

Setelah Kila dan Nuno saling tatap mendapati perkataan Isell, keduanya terkikik pelan.

"Temen lo galak," ujar Nuno di sela tawanya.

+++++


Beberapa menit berlalu dengan Kila dan Nuno yang akhirnya memilih menikmati acara. GLYN memang tak hadir, tetapi banyak juga penampilan dari band dan penyanyi lain yang tak kalah menghibur. Demi terlihat Isell saat nanti kembali dari toilet, Kila dan Nuno akhirnya berdiri di samping, lebih dekat ke bagian sisi kanan panggung dan menghindari tertelan keramaian.

"Isell lama ya!" teriak Nuno di telinga kanan Kila. Ia harus teriak atau suaranya akan kalah oleh dentuman lagu yang keras dan kadang menusuk telinga.

Kila sedikit berjinjit, mendekatkan mulutnya ke telinga Nuno yang lebih tinggi. "Sembelit kali!" serunya juga berteriak.

Nuno tergelak.

"Dia pasti balik kok!" teriak Kila lagi, berjinjit lagi. "Soalnya kesayangan dia ada di sini. Elo!"

Nuno tersenyum sebelum sedikit menunduk. "Kesayangan buat dianiaya!" ujar Nuno yang kemudian menarik tawa dari mulut Kila.

Isell dan Nuno tidak berpacaran. Namun jika dibandingkan Kila, Isell jauh lebih dekat dengan Nuno. Meskipun Isell sering kasar, tetapi ia tidak pernah kasar pada perempuan—termasuk Kila. Karena itulah ia lebih berani melampiaskan rasa kesalnya selalu pada Nuno. Kata Isell, kasar pada perempuan itu sama dengan banci. Isell seperti lupa jenis kelaminnya sendiri ketika mengatakan itu.

Saat masih mengobrol dengan Nuno dan menunggu Isell, Kila melihat sosok yang tak asing berdiri tepat di samping panggung. Ia merasa kenal sosok itu. Pria tinggi, berkacamata, dengan rambut mohawk berantakan tengah berdiri di dekat sound system menghadap penonton. Pria berekspresi datar itu seperti sedang mengunyah permen karet dan mengangguk-angguk menikmati musik yang mengalun.

Mata Kila terbelalak sempurna saat otaknya berhasil mengingat. Itu cowok yang, yang ... nyium gue! Kila berseru dalam hati. Perasaannya campur aduk. Kila ingin sekali langsung lari ke sana dan marah-marah di depan wajahnya, mengamuk, atau bahkan langsung menampar. Bayangkan saja, laki-laki itulah yang pernah menciumnya di depan umum tanpa pikir panjang. Orang gila!

"No, lo tunggu di sini ya!" teriak Kila ke arah Nuno yang sibuk menikmati acara.

Nuno menoleh dengan dahi bertautan seolah bertanya: mau ke mana?

"Lo jangan ke mana-mana!" perintah Kila tanpa menjelaskan. "Lo di sini aja. Gue takut Isell nanti nyariin kita. Hape dia mati tadi. Abis batre katanya. Gue ke sana bentar." Jari telunjuk Kila mengarah pada sound system. "Bentar doang kok! Ya, No, ya?!"

"Lo bawa hape?"

"Ada!"

"Yaudah, hati-hati!" ujar Nuno pada akhirnya.

Setelah meraih persetujuan dari Nuno, Kila mengangguk dan langsung tergesa melangkah ke arah laki-laki tadi berdiri. Ia masih bisa menangkap sosok pria itu sampai tiba-tiba beberapa penonton menyenggol Kila dan menghalangi pandangannya. "Duh! Bisa keburu ilang dia!" gumam Kila khawatir seraya mendongakkan wajahnya berkali-kali.

Usai bersusah dulu, Kila akhirnya tiba di tempat diamnya laki-laki tadi. Hal yang mengherankan adalah laki-laki itu tidak ditemukan. Kila menoleh ke sana ke mari, masih mencari-cari. Tidak ada. Sejauh matanya memandang, si Kacamata itu tidak ada. Padahal Kila ingat bajunya: kaos putih dibalut jaket jeans hitam.

"Argh! Bener ilang kaaan?!" Kila geram. Ada apa dengan hari ini? Kenapa semua terasa menyebalkan? Tadi ia harus kecewa karena batal bertemu dan menikmati suara Bana. Sekarang ia harus kecewa juga karena gagal menampar pencium itu! Sudah dua orang yang batal ia temui hari ini, dan itu membuatnya kesal. Sangat amat kesal.

Di tengah kekesalan yang merundung, Kila melihat sosok lain yang juga dikenalnya. Laki-laki berwajah oriental itu sedang tersenyum dan mengobrol dengan Raymon tepat di sisi panggung. Itu Dipayana Samudra, kakak tingkat yang pernah menjadi tentornya saat ospek pusat dulu. Kila masih ingat dengan Kak Dipa. Baginya, Kak Dipa adalah tentor yang paling baik.

Berhati-hati, Kila mendekat ke arah Dipa. Ia ingin menyapa Dipa. Mungkinkah Dipa masih ingat padanya? Padahal Dipa anak jurusan Teknik Material, gedung kuliahnya hanya terpaut satu gedung dengan program studi Astronomi. Namun entah mungkin karena belum jodoh, baru kali ini lagi Kila melihatnya lagi.

"Gue kecewa sih sebenernya. Tapi mau gimana lagi." Kila yang sudah dekat dengan tempat Dipa dan Raymon mengobrol, menguatkan indera pendengarannya. Barusan itu, Raymon yang bersuara.

Dipa tersenyum dengan wajah tenang yang Kila kenal. "Sori, Ray. GLYN seneng sebenernya dapet kesempatan manggung kayak gini. Penontonnya banyak, yang antusias juga banyak. Acaranya seru. Anak Teknik Mesin nggak salah milih kerja sama bareng I-Radio buat bikin acara ini."

Apa Kila tidak salah mendengar? Panggung sedang tidak seberisik tadi karena acara sedang break sekitar lima menit. Sepertinya panitia tengah menyiapkan penampilan selanjutnya di atas sana. Karena itulah Kila yakin tadi telinganya benar-benar menangkap nama GLYN dari mulut Dipa. Ada hubungan apa antara GLYN dan Dipa?

"Gue merasa lo manajer mereka banget. Atau mungkin lebih dari manajer?" Raymon terasa menyindir dengan senyuman. "Gue doain deh masalah kalian cepet selesai biar GLYN akhirnya bisa nampil."

Benar bukan? Tidak salah lagi. Dipa memang memiliki benang merah yang terhubung dengan GLYN. Apa kata Raymon barusan? Manajer? Apa Dipa memang manajer GLYN? Benarkah? Kila yang penasaran masih bertahan mencuri dengar obrolan dua laki-laki itu.

"Kang Dipa!" Seseorang memanggil Dipa dari arah luar lapangan.

Kila menoleh dan mendapati dua laki-laki berambut mangkuk serupa berdiri di sana. Kila menduga salah satu dari mereka yang mengangkat tangannya itu yang memanggil Dipa. Setelah pamit seadanya pada Raymon, Kila melihat Dipa melangkah ke arah mereka. Hal itulah yang membuat Kila mengurungkan niat menyapanya. Takut ganggu deh. Ntar aja. Kila membatin.

Saat Kila berbalik dan memilih kembali ke tempat Nuno berada, matanya menangkap tak sengaja lagi laki-laki tinggi berkacamata dengan jaket hitam tadi. "Ih! Cowok itu!" seru Kila bersiaga. Jangan sampai Kila kehilangan lagi jejaknya. Jangan sampai. Kila harus mengejar, menarik, dan memarahi laki-laki itu detik ini juga!

Kila menyelinap di antara kerumunan penonton yang mulai bersorak sorai menyambut penampilan selanjutnya. Mata Kila tak sedikit pun beralih dari si Kacamata itu. Kila yakin itu dia. Kila masih ingat wajahnya. Dulu, jaraknya dengan orang itu terlalu dekat untuk Kila lupakan. Terlalu dekat dan terlalu memalukan! Kila terus menerobos kerumunan, mengharapkan pelampiasan.

"Kila!" panggil seseorang dari samping.

Kila menoleh sebentar dan mendapati Nuno memanggilnya. Isell sudah ada di sebelah Nuno. "Sini, La. Di sini!" tambah Nuno dengan gerakan tangan.

Kila mendengus pelan. "Bentar, No! Gue ngejar orang!" teriaknya.

Saat itulah Kila ingin mencubit lengan Nuno keras seperti yang biasa Isell lakukan karena panggilan Nuno membuat Kila kehilangan jejak si Kacamata. Kila mencari-cari, melebarkan pandangannya ke sekitar dan berharap dapat melihat lagi rambut mohawk berantakan orang itu. Namun nyatanya nihil. Ia tak bisa menemukannya. Nuno nyebelin! Kila geram dalam hati.

Kila merasakan seseorang manarik lengannya. "La, lo abis dari mana?" tanya Isell. "Pulang aja yuk. Kita makan bareng aja. Laper nih gue."

"Yuk makan! Gue juga laper banget nih!" aku Nuno.

Kila mengembuskan napas pasrah saat ditatapnya Isell dan Nuno yang sudah di sampingnya. Kalau bukan karena dirinya merasa bersalah mengajak mereka ikut dan mendapatkan kekecewaan malam ini, Kila akan kesal. Si Kacamata hilang karena Kila menoleh pada dua temannya itu. "Ya udah. Ayo deh kita makan aja! Mau makan di mana?"

Saat Nuno dan Isell sibuk berdebat menentukan tempat makan, Kila tidak ikut-ikutan. Ide liar tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Bukan. Ini bukan tentang pencium itu. Ini tentang idolanya. Ia boleh batal bertemu dengan personil GLYN hari ini. Namun dengan mengetahui kemungkinan Dipa memiliki hubungan dengan GLYN, Kila tersenyum miring. Sepertinya ia tahu cara bertemu dengan GLYN.

+++++


---------------

Part 3, yeay!

Udah ada cukup bayangan sama tokoh-tokoh BassKiss? sementara udah ada Kila, Isell, Bana, Dipa, Nuno, Faldi, sama Andra. Untuk yang merasa tidak cocok dengan cast-nya, silakan gunakan imajinasi sendiri ^^

aku nggak hiatus, tapi aku berhenti dulu rutin update di hari yang sama. sementara hari update-nya suka-suka dulu. ini berlaku untuk Splash juga. maaf ya, aku cukup sibuk ya ampun banyak hal yang sedang kulakukannn bzzz /sok sibuk/

yang pasti, aku tidak akan membiarkan cerita ini tidak bertemu endingnya~


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro