Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16| Cemburu?


16| Cemburu?


The more that I know you, the more I want to

something inside me's changed

(Starving - Hailee Steinfeld, Grey, Zedd)


BANDUNG di Jumat malam ini jauh dari kata sepi. Jalanan padat. Beberapa menit, mobil hanya bertahan diam di tempat. Mungkin itu alasan wajah Nuno ditekuk sejak tadi. Namun tetap saja. Kila tidak terima berlama-lama didiamkan seperti ini.

"Nooo," panggil Kila setengah merajuk.

Tak ada jawaban. Hanya ada lagu Starving milik Hailee Steinfeld di radio yang tertangkap telinga Kila. Pandangan Nuno lurus ke jalanan. Entah apa yang tengah memenuhi pikirannya. Mendapati itu, Kila langsung saja badmood. Kenapa jadi Nuno yang terlihat marah? Padahal, kalau Nuno tahu apa yang sebenarnya terjadi, seharusnya Kila yang mendiamkan Nuno. Betul, bukan? Iya, bukan?

Nuno baik sih udah jemput, tapi kan gue ... errr!

Daripada memikirkan diamnya Nuno, Kila memilih untuk mengalihkan pandangan ke luar jendela. Pikirannya langsung kembali pada kejadian di parkiran kafe tadi. Kalau saja Nuno tidak datang, kalau saja ia menang saat berebut dengan Isell, kalau saja Bana menahannya, mungkin Kila masih bersama Bana sekarang.

Teringat itu lagi, Kila langsung menghela napas berat.


+++++


"La, Sell, gue chat nggak ada yang respons! Untung kalian masih di sini. Gue udah buru-buru tadi pamit rapat buat jemput kalian."

Kila dan Isell langsung menghampiri Nuno. Usai mati-matian berusaha mengerti niat kebaikan Nuno, Kila dan Isell sepakat untuk melipir sebentar dan berunding di tempat yang cukup jauh dari mereka. Kila dan Isell membiarkan GLYN dan Nuno menunggu. Entah apa yang diobrolkan para lelaki itu.

"Lo aja yang ikut Nuno, La. Gue bareng Dipa. Kasihan Dipa. Barusan, dia udah pinjem helm ke temennya." Dipa memang sempat menyapa temannya di parkiran sembari sengaja meminjamkan helm untuk Isell.

Kila memberengut. "Kok ... gitu? Masa lo bareng Dipa, tapi gue nggak bareng Bana?"

Kila merasa ini harus diputuskan secara adil. Kalau Isell akhirnya bersenang-senang dengan Dipa, Kila juga mau.

Sebentar.

Kata 'bersenang-senang' kalau diucap ulang ternyata menggelikan! Memang mereka berdua mau melakukan apa sampai istilahnya 'bersenang-senang'? Bukannya hanya diantar pulang saja?

"Kan tadi lo udah ngobrol lama sama Bana! Sekarang, giliran gue ngobrol sama Dipa. Gue butuh penjelasan langsung dari mulut Dipa tentang identitas dia. Lo tahu sendiri, gue shocked banget begitu tahu Dipa itu GLYN!" cerocos Isell.

"Lo tanya Dipa lewat Line aja deh, Sell. Gue juga masih penasaran sama Bana."

"Nggak mau ah, La. Niat banget kalau gue sampe bela-belain tanya lewat chat. Lo aja yang pulang sama Nuno. Kasihan Nuno udah dateng."

"Lo sih ... pake acara minta Nuno jemput. Gue lihat chat kalian di grup LGBT tadi." Kila menekuk bibirnya sebal. "Gue sama Bana aja. Nuno sama lo. Kan elo yang janji mau tunggu Nuno dengan setia di chat itu!"

Gantian Isell yang memberengut. "Kok gue?! Itu becanda, kali! Kan elo juga yang sejak awal minta Nuno ikut. Itu tuh ... yang ganti nama grup jadi 'Nuno Baik Deh'!"

Beberapa menit berlalu untuk Kila dan Isell mendebatkan hal yang sama. Bahkan dinginnya Bandung jam sepuluh malam sama sekali tidak berhasil mendinginkan panasnya pertengkaran mereka. Kila menyalahkan Isell, Isell pun sebaliknya. Betapa seorang Nuno ternyata juga begitu mudah membuat Kila dan Isell bertengkar.


+++++


Kila cemberut.

Jalanan di luar begitu padat. Banyak mobil saling mengantre untuk maju. Banyak pula motor yang saling berebut tempat. Mereka saling selip. Banyak yang sama-sama tak sabaran. Padahal ini sudah hampir pukul sebelas malam, tetapi ramainya jalan tak jauh beda dengan pukul tujuh sore.

"Nooo," panggil Kila lagi. Kila tak betah diam berlama-lama. Kalau ia diam, bisa-bisa ia juga memikirkan lagi respons Bana tadi. Kalau boleh jujur, respons itu begitu jauh dari ekpektasi.

Iya, betul.

Kila kalah debat dengan isel.

Selain karena Isell pandai meyakinkan Kila tentang Dipa yang kasihan sudah meminjam helm, Kila juga kasihan pada Nuno. Nuno sudah sangat berbaik hati mau pamit duluan di tengah rapat himpunan hanya untuk menjemput dua sahabatnya. Isell benar. Dirinyalah yang sejak awal meminta bantuan Nuno. Dirinyalah yang sering melibatkan Nuno dan Isell di pengejarannya pada Bana.

Namun, kalau diingat-ingat lagi apa yang diucapkan Bana tadi....


+++++


"Kak, gue sama Nuno. Kami mau ke suatu tempat dulu," ujar Kila pada Dipa. "Isell katanya pengin cepet-cepet pulang. Tolong Kakak anter dia ya."

Begitulah kesepakatan antara dirinya dan Isell. Katanya, akan mengherankan jika Isell tetap ikut Dipa ketika Kila dan Nuno sama-sama langsung pulang. Pada akhirnya, Kila yang mengalah. Biarlah kali ini giliran Isell dekat dengan Dipa. Kila setuju kalau nantinya Isell akan benar-benar suka Dipa. Kila percaya, Dipa orang yang baik.

"Oh. Boleh, boleh. Bareng aja," Dipa menjawab.

Walaupun sekitaran remang, Kila tahu kalau Dipa mengucapkan itu sembari tersenyum. Dipayana Samudra yang dikenalnya memang selalu ramah kapan saja.

"Eh? Emang lo capek banget, Sell? Abis ngapain? Padahal lo ikut aja dulu. Biasanya juga kita barengan," Nuno angkat bicara.

"Iya nih, No." Isell memijit-mijit kepalanya yang tentu saja sembari berpura-pura.

Kila langsung meyakinkan Nuno dengan memberikan alasan kalau Isell lelah dan mengantuk, sedangkan Kila butuh pergi ke mini market untuk belanja keperluan perempuan-yang langsung dimengerti Nuno. Hanya itulah yang bisa Kila pikirkan mengingat mini market berkemungkinan masih buka sampai tengah malam. Isell butuh cepat pulang, sedangkan perjalanan akan lebih cepat dengan motor. Kila hafal kalau Bandung di akhir pekan selalu ramai.

Ketika yang lain sudah berjalan ke kendaraan masing-masing, Kila sempat-sempatnya mencolek lengan Bana. "Aku nggak ikut dulu ya," kata Kila. Kila mengucap itu sembari menunduk. Dalam hati, ia berharap Bana menahannya. Mungkin, dari situ, Kila jadi merasa diinginkan.

"Oke," jawab Bana santai sembari tersenyum dan mengangkat satu jempol tangan.

Hening.

Kila hanya bisa mengembuskan napas berat sembari melangkah pasrah ke mobil Nuno.


+++++


Kila cemberut.

Jalanan di luar masih padat walaupun mobil Nuno sudah sedikit berpindah tempat. Mereka masih mengantre untuk maju. Motor-motor masih saling berebut tempat. Mereka masih saling selip. Mereka masih sama-sama tak sabaran. Jam tangan kuning Kila sudah menunjukkan waktu hampir setengah dua belas.

"Nooo," panggil Kila lagi.

Tak tahan didiamkan Nuno terus-terusan, Kila memilih untuk melipat tangannya di dada sembari bertanya, "Kalau ya, No, ini kalau. Ini gue tanya lo karena penasaran aja sama reaksi cowok. Kalau mereka lihat cewek yang..., ng...., mereka su--ka," Kila berdeham sebentar, "pergi bareng cowok lain, cowok ... biasanya ... cemburu, nggak?"

Tak disangka-sangka, Nuno menoleh.

Wow, dia ngerespons! Jerit Kila dalam hati.

"Kenapa gitu?" tanya Nuno dengan nada datar.

Sepertinya mood Nuno saat ini benar-benar buruk. Tidak biasanya Nuno seketus itu. Nuno yang Kila kenal, walaupun tidak seramah Dipa, tetapi kebaikannya sangat teruji nyata. Nuno tak akan ketus tanpa alasan.

"Nanya aja, No. Nanya aja," terang Kila berhati-hati.

Bukannya bersuara memberikan jawaban, bibir Nuno justru semakin rapat dan ditekuk.

"Lo kenapa sih?" tanya Kila tak sabaran. Ia heran dengan Nuno sekarang. Nuno ini kenapa sebenarnya? Kenapa terlihat kesal? Kenapa terlihat marah? Kenapa terlihat kalut? "Lo marah sama gue? Gue kan cuma tanya. Kalau cewek yang disuka si cowok pergi bareng cowok lain, cowok itu bakal cemburu apa nggak? Ih, pertanyaan gue simpel gitu."

"Nggak tuh!" jawab Nuno dengan nada tiba-tiba tinggi. "Gue nggak cemburu. Kenapa gue harus cemburu? Pergi sama dia kek, sama siapa kek. Ya udah sih. Gue nggak cemburu, La. Nggak sama sekali," tambah Nuno penuh dengan penekanan.

Kila diam.

"Emangnya cowok nggak akan cemburu ya?" Kila terlihat kecewa. "Bukannya kalau nggak cemburu artinya emang sama sekali nggak ada rasa?" Kila jadi teringat pada Bana yang bereaksi biasa saja ketika Kila menjawab asal tujuannya ke taman belakang itu karena ingin bertemu Dipa. Bana sama sekali tak memberikan tanda-tanda cemburu karena Dipa. "Emang ... nggak kerasa panas-panas gimanaaa gitu?"

"Nggak ah! Panas apaan?" Kali ini Nuno mencoba tertawa, tetapi jelas sekali terdengar sumbang. Tawa buatannya terdengar semakin aneh di telinga Kila.

Sayangnya, Kila memang orangnya kadang kurang perhatian. Kalau kata-kata polos terlalu berlebihan, sebut saja bahasa halusnya; kurang bisa menangkap cepat tingkah laku Nuno sekarang. Kila merasa Nuno menjawab karena benar-benar menjawab pertanyaannya. Kila merasa respons Bana sama dengan jawaban Nuno.

Bana sama sekali tidak cemburu.

Kenapa rasanya menyebalkan sekali mendapati kenyataan Bana tidak cemburu?

Tadi, dia bilang 'jangan pergi' ke gue. Katanya 'di sini aja'. Padahal gue becanda doang pas mau pergi dari pintu taman itu. Giliran gue beneran mau pergi, malah nggak ditahan. Bana maunya apa sih? Nggak cemburu sama sekali ya? Tadi dia tahan gue karena bercanda doang ya? Ih, bikin baper orang. Rese!


The more that I know you, the more I want to

something inside me's changed

(Starving - Hailee Steinfeld, Grey, Zedd)


Starving-nya Hailee Steinfeld mengalun lagi di radio. Malam itu, Hailee Steinfeld menjadi saksi dua manusia yang masing-masing berkalut ria di dalam mobil--di tengah macetnya kota Bandung, ditemani dugaan-dugaan yang terbendung.

+++++


===============

Fun Fact!

Pilih jawaban yang benar:

a. Kila punya mantan

b. Kila nggak punya mantan

Aku bikin moodboards Bana sama Kila di Instagramku: rezzadwiecha

Jadi, nanti, aku akan memasukkan hal-hal yang ada di moodboards itu ke cerita BassKiss bab-bab selanjutnya.

Adegan di Cafe Aroma ini kayaknya lambat banget ya sampe makan 4 parts. Ya udah nggak papa deh mumpung masih draft di Wattpad. Nanti aku benerin aja pas revisian hehe.

SEE YOU!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro