Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15 ° 《 Pembicaraan 》

Sekuat apa manusia bisa menyangkal sebuah rasa?

~•~

Barga mengiyakan saat Ranya mengatakan akan pulang dijemput oleh Abyan. Sahabatnya itu begitu sumringah sampai membuat Bayu dan Niko tak hentinya mengejek. Sekali lagi. Barga berusaha tidak melarang. Ada batas tak kasat mata yang memang tidak boleh dilanggar seorang sahabat. Selama Abyan memperlakukan Ranya dengan baik, selama Abyan tidak membuat Ranya menangis, tidak masalah. Barga akan mendukung.

"Jadi, gue langsung ke tempat les, ya?"

"Iya."

"Beneran nggak perlu gue anter balik ke rumah dulu, kan?"

Ranya memutar kedua bola matanya malas. "Daritadi siang lo udah nanyain mulu," gemasnya. "Iya! Lo langsung berangkat les aja. Gue balik sama Abyan," cengirnya.

"Emang Abyannya udah dateng?"

"Katanya udah di parkiran daritadi."

Bayu dan Niko langsung berjalan lebih dulu ke arah parkiran. Mereka bersikeras ingin melihat seorang Abyan, yang berhasil membuat Ranya membalas mau mengenal cowok lebih dari sekadar 'teman'.

Melihat tingkah kedua orang itu, Ranya hanya mendengus. Memang benar-benar nasib bila memiliki lebih banyak teman dekat cowok daripada cewek. Lebih banyak mendapat celaan daripada dukungan. Ranya bukannya tidak memiliki teman cewek. Dia cukup dekat dengan beberapa anak cewek di kelas mereka. Bahkan ada beberapa juga dari kelas lain. Karena selain menyebalkan, Ranya juga bukan tipe cewek yang sulit bergaul. Hanya saja, diantara orang-orang yang berlalu lalang dalam hidupnya, hanya Barga, Bayu dan Niko-lah yang paling 'beruntung' bisa amat dekat dengannya. Terutama Barga.

"Abyan!" Ranya melambaikan tangannya saat melihat Abyan yang sudah lebih dulu melambai-lambaikan tangan di udara, menyapa Ranya.

Barga menatap Ranya dengan decakan sedikit tidak percaya. Bisa-bisanya cewek itu memekik begitu girang? Mereka baru dekat beberapa bulan ini, kan? Dasar norak!

"Bar, ayo, deh. Gue kenalin secara resmi sama Abyan," ajak Ranya sambil menarik tangan Barga.

"Biar apa?"

Ranya berdecak. "Ya biar kenal sama dia lah!"

Barga menghela napasnya. "Ya udah, nggak usah narik-narik tangan gue. Ntar dia ngiranya gue pacar lo, kasian ntar dia kabur duluan."

Mendengar penuturan bernada cuek itu, Ranya langsung melepaskan genggaman tangannya sambil mencak-mencak. Membuat Barga terkekeh geli.

Berdiri di depan seorang Abyan Prakasa, yang sudah dideklarasikan Ranya sebagai cowok yang berpotensi menjadi gebetan sahabatnya itu, Barga menegakkan tubuh. Menilai tanpa berusaha menatap angkuh.

"Jadi, Bar. Ini Abyan-"

"Iya. Gue tau."

Ranya langsung menggerutu dalam hatinya.

Sedangkan Abyan tersenyum kecil. Dia tidak tahu sedekat apa Ranya dengan cowok di depannya ini. Pun dengan dua cowok yang sudah lebih dulu berdiri beberapa meter dari dirinya. Tapi Abyan tidak bodoh untuk menyadari bahwa ketiga cowok ini, lebih dari sekadar teman biasa untuk Ranya. Karena itu yang diperhatikannya dari beberapa vlog Ranya dan juga postingan di instagram cewek itu.

"Abyan." Lebih dulu Abyan menyapa. "Abyan Prakasa."

"Barga Gavriel." Barga membalas perkenalan itu. Sama santainya dengan Abyan. "Mau ke mana sama Ranya?"

Ranya sudah mendelik.

"Oh. Nganterin pulang?"

Sebelah alis Barga terangkat. Kemudian tersenyum kecil. "Kalo mau makan siang, jangan dibawa ke tempat mahal, ya. Bangkrut lo ntar. Makan dia kayak kuli soalnya."

"Barga, sial!" Ranya memukul punggung Barga dengan keras, yang langsung mengaduh.

Dan Abyan sudah terpingkal karena kalimat Barga. "Thanks infonya. Gue emang mau ngajak makan juga, sih. Tapi mungkin gue ajak ke pecel ayam deket sini aja kali, ya, biar murah?"

Barga terkekeh. Sedangkan Ranya sudah memaki-maki kedua cowok itu dengan bibir yang komat-kamit tanpa suara.

"Kita nggak dikenalin, Nya?"

Tambahan dua orang lagi membuat Ranya menarik napasnya keras, lalu menoleh ke kanan dengan tajam. Menutup mata sesaat, Ranya mengumpat dalam hati.

"Abyan."

"Ya?"

"Ini Bayu sama Niko," Ranya memperkenalkan kedua cowok yang baru bergabung bersama mereka. "Katanya pengin kenalan. Kayaknya mereka suka deh, sama lo."

Abyan menggelengkan kepalanya. Barga mendengus geli. Sedangkan Bayu dan Niko sudah mencak-mencak tidak terima.

"Sakit, Bayu!" sentak Ranya sambil memukul bahu Bayu saat cowok itu menjitak kepalanya.

"Ulululu.. sakit, ya?" Bayu bertanya lucu sambil mengusap-usap kepala Ranya lembut.

Niko menyeringai dalam hati. Sengaja sekali si Bayu. Jelas cowok itu tidak pernah selembut ini pada Ranya.

Sedangkan Barga kembali menaikkan sebelah alisnya.

Hanya Abyan yang menatap pemandangan itu dalam diam. Entah, mungkin si Bayu-bayu ini memang sengaja menunjukkan keabraban dengan Ranya.

"Udah, awas, ah! Gue mau pulang!" Ranya menyentak tangan Bayu. Lalu tersenyum pongah dan berbisik di dekat Bayu dan Niko. "Gue duluan ya, jomblo."

"Wanjir!" Niko langsung terbahak.

Dan Bayu langsung tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mending lo buruan ajak Ranya pergi. Mereka bertiga emang nggak waras kalo kelamaan bareng." Barga mengajak Abyan berbicara.

"Gitu, ya?" Abyan bertanya sambil tersenyum kecil.

Barga mengedikkan bahunya. "Ya, gitulah," ujarnya. Lalu tatapannya beralih ke Ranya. "Nya, balik sana! Biar pulangnya nggak sore-sore banget."

"Iya, ih! Bawel." Ranya berdecak. Kemudian mengajak Abyan beranjak pergi.

Setelah berpamitan pada tiga teman Ranya itu, ada satu pertanyaan yang tercetus dalam benaknya; salahkah bila dirinya mendekati seorang cewek yang memiliki sahabat cowok?

~•~

"Lo ngasih Ranya jalan sama tu cowok, Bar?" tanya Bayu.

Kening Barga mengerut. Langkahnya terhenti sesaat. "Bokapnya aja nggak larang, kenapa gue mesti nggak ngasih Ranya jalan sama tu cowok?"

"Ya, mungkin bokapnya nggak tau." Niko mencari pembenaran.

"Nah. Bener, tuh. Lagian ya, kemaren-kemaren aja, pas tu cowok ngajakin Ranya nonton, lo nggak setuju. Kenapa sekarang lempeng aja."

Barga menarik napasnya. Menjelaskan darimana pun bingung. "Lo berdua kan tau, si Ranya nggak gampang baper. Cuma sama tu cowok, dia keliatan suka," balasnya. "Jadi, ya udahlah. Kasian juga tu anak kenalnya sama kita mulu."

"Kalo ntar si Ranya kenapa-kenapa gimana?"

"Maksudnya kenapa-kenapa ini, apa?" Barga balik bertanya pada Niko.

"Ya, apa pun itulah. Lo nggak kasian sama Ranya?"

"Bar," panggil Bayu. "Ranya itu, cewek langka. Mesti dibudidayakan."

"Lo pikir, Ranya badak bercula satu!" balas Barga. "Lagian, kenapa kalian yang repot?"

Bayu terkekeh. "Bukan gitu.. cuma.. gimana, ya? Gue ngerasa aneh aja sih, tu anak punya gebetan. Agak nggak ikhlas aja," cengirnya.

Niko menggaruk kepala belakangnya. Sedangkan Barga hanya diam, berhenti dengan pintu mobil yang baru saja dibukanya.

"Selama ini kan, tu anak bareng kita terus. Ntar kalo dia punya cowok, pasti nggak bakal bisa sering kumpul bareng kita lagi. Ya, kan?"

Niko hanya cengengesan. Tidak menambahkan. Tapi dalam hati, berterima kasih pada Bayu yang menyuarakan isi hatinya.

Dalam hati, Barga meresapi setiap perkataan Bayu. Ternyata, bukan hanya dirinya yang berpikir seperti itu. Mungkin memang karena sudah terbiasa. Tapi selama ini, mereka bertiga pernah memiliki pacar, dan Ranya sepertinya tidak pernah bertingkah seperti mereka sekarang. Jadilah akhirnya, Barga berdecak kecil lalu menatap Bayu dan Niko dengan malas. "Jijik ya, lo berdua," makinya. "Kita aja pernah jadian sama orang lain, tapi si Ranya biasa aja. Biarin ajalah tu bocah seneng. Cari pengalaman. Tugas kita, cuma jagain aja. Jangan apa-apa dilarang, apa-apa dilarang."

Iya. Barga memang berusaha. Sekali lagi, setelah melihat binar mata Ranya saat menceritakan Abyan, membuatnya mau tidak mau menyadari bahwa sahabatnya itu memang sedang dalam taraf menyukai. Dan lagi-lagi, bagiannya memang sudah seharusnya hanya mendukung tanpa lupa menjaga, dari tempatnya.

Baik Bayu maupun Niko, akhirnya bungkam. Jika Barga yang sudah jauh lebih dulu mengenal Ranya saja sudah memberikan persetujuan, mau tidak mau, mereka pun harus menyadari tempat mereka. Karena dari awal, mereka memang hanya orang luar. Yang tidak sengaja ikut masuk dalam persahabatan dua orang itu.

"Gue cabut dulu, ya."

"Bar." Niko bersuara. "Kalo ternyata.. Abyan nggak sebaik yang Ranya pikir, gimana?"

Tatapan Barga menajam. "Gue sendiri yang bakal ancurin dia."

~•~

Kenapa pada benci Abyan, sih? Dia baik taukk :(

Kalian yang pernah suka sama temen sendiri, angkat tangan dong wkwk. Ada kesan pesan gak sih :v

Doakeun saja, besok bisa update lagi. Haha.

Salam,

yennymarissa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro