Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EPISODE 2: Gracie Ikut Zumba

"Pa." Gracie, istri Kenzie, tersenyum semanis mungkin pada suaminya.

Kenzie tahu, istrinya pasti ingin meminta izin untuk sesuatu. Tapi, Kenzie memilih untuk pura-pura tidak peka.

"Kenapa?"

"Anu, hehe. Boleh gak kalau Mama ikut kelas zumba istrinya Calvin? Calvin Hendrawan itu lho, Pah. Temenmu dari SD sampai SMA." Gracie cengar-cengir.

"Jam berapa?" Kenzie meletakkan jam tangannya di bedside table lalu, masuk ke selimut tebalnya.

"Jam lima sampai jam enam sore. Tiap hari, liburnya Kamis. Di rumahnya Calvin. Bayarnya boleh setiap pertemuan, boleh tiap bulan. Boleh 'kan pastinya?" Gracie memeluk suaminya dengan manja.

Kenzie menahan tawanya sambil meletakkan tangannya di bawah tengkuk leher Gracie.

"Papa mikir dulu ya, semoga boleh." Kenzie sengaja menggoda istrinya.

"Ih, boleh dong. Please, boleh. Mama bosen di rumah terus."

"Yaudah, boleh. Pulangnya dijemput siapa? Papa kan praktek."

"Bareng Allena."

"Allena juga ikut?" tanya Kenzie.

"Iya, awalnya Thalia yang ngajak. Terus, Allena ikut. Eh, kata si Allena seru banget gak kayak di tempat lain."

"Yaudah, iya. Mau mulai kapan?"

"Besok, ya?" Gracie mengecup singkat bibir suaminya.

"Kamu kalo ada maunya so sweet, romantic, cute banget. Robert kalah jauh. Tapi, kalau ada maunya, sih." Kenzie tertawa. Robert adalah karakter Justin di film Last Girl yang booming beberapa tahun belakangan karena keromantisannya.

"Makasih sudah mau izinin ya, Suamiku. Oh iya, Mama lupa." Gracie mengambil ponselnya dan mencari foto yang sudah ia simpan dari Twitter.

Kenzie menunjukkan wajah penasarannya.

"Ini kapan? Tadi? Papa foto sama Ruby? Ruby check up di Papa? Kok Papa gak cerita? Justin ikut gak, Pa?" Gracie melemparkan pertanyaan yang bertubi-tubi sambil memberikan ponselnya pada Kenzie.

Kenzie mengambil ponselnya dan menunjukkan fotonya yang bersama Justin juga.

"Ini?"

"IH, PAPA." Nada bicara Gracie terdengar kesal.

"Kenapa?"

"KOK MAMA GAK DIPANGGIL?"

"Dipanggil?"

"MAMA JUGA MAU FOTO SAMA JUSTIN KASEP."

"Ya ampun, Ma. Itu tadi aja yang ngajak Ruby." Kenzie menjelaskan.

"Humble banget ya emang si Ruby, kalo ada orang minta foto dan lagi pakai collection-nya pasti dia upload di Twitter. Ih, gak tau ah. Mama envy banget sama Papa. Bodo amat." Gracie ngomel.

"Dulu dia check up dimana ya, Ma?"

"Gak tau lah, Dokter Nila mungkin. Pasien dia kan kebanyakan artis kata Papa."

"Oh iya, Nila. Kenapa pindah ke sini ya, Ma? Nila kan gak lagi studi, gak lagi kemana-mana."

"Gak tau, ih. Tanyain sendiri lah, Pa. Mama lagi sebel ya, Papa foto bareng Justin Kasep gak ajak-ajak." Gracie mengembalikan ponsel Kenzie.

Kenzie pun kembali meletakkannya di meja.

"Sekarang tidur aja, yuk. Ayo, cantiknya Papa sedunia. Papa nyanyiin, yuk," ucap Kenzie sambil memeluk pinggang istrinya.

"Gelarnya dokter spesialis kandungan tapi, kalau sama aku kok tetep aja error."

"Timang-timang, Gracie ku saying. Jangan menangis, Papa di sini."

"Pa, minta duit."

"Bobok dulu."

"Pa, minta iPhone."

"Bobok."

"Pa, minta vespa."

"Timang-timang, Gracie ku matre." Kenzie mengganti liriknya.

"Pa, minta lambo."

"UPH, Nak."

"Aku mau dikuliahin di UPH?"

"Bukan, uang papa habis."

Gracie tertawa hingga bengek dan terbatuk-batuk.

Mereka berdua bersenda gurau hingga tertidur pulas satu per satu.

<//3<//3<//3

Keesokan harinya, sesuai perjanjian, Kenzie mengantar Gracie senam perdana. Asik.

Mereka berdua bingung saat sampai di sana, rumahnya besar sekali meski di perumahan.

Mereka berjalan menuju ke pintu yang bagian atasnya ada tulisan Ellen's Studio. Mata mereka melihat seorang anak yang sedang bermain Nintendo di balik meja, seperti meja resepsionis.

"Halo, Tante. Mau ikut zumba ya?" tanya anak yang sedang duduk itu saat Gracie dan Kenzie mendekat.

"Iya," jawab Gracie.

"Namanya siapa, Tante?"

"Gracie."

Anak itu mengetik nama Gracie di komputernya. "Gracie Tjahyo, Te?"

Gracie dan Kenzie agak kaget, "Kok kamu tau?"

"Yang ngajak Tante Allena ya? Dapet diskon seumur hidup sebesar lima ribu dan sebotol minum gratis, Te. Ajak banyak orang, Te. Nanti orangnya dapet diskon, Tante juga dapet." Anak itu membuat Gracie dan Kenzie tertawa.

"Nama kamu siapa?" tanya Kenzie.

"Sean, Om." Sean menerima uang pas yang diberikan oleh Gracie dan menukarnya dengan sebotol air mineral dan sebuah buku tipis.

"Ini, Te. Jurnal absen. Kalau poin Tante Gracie banyak bisa dituker sama hadiah-hadiah itu. Tapi, kalau mau disimpan aja sampai cukup buat tuker sama hadiah besar juga gapapa, Te." Sean menjelaskan dengan rinci.

"Wih, keren banget." Gracie menerima kedua barang itu.

"Tapi, kalau Tante gak sabaran maunya beli langsung juga gapapa, Te. Hehehe, itu ada tempat minum lucu-lucu, ada yang collab sama RPP lho, Te. Boleh banget diborong, Te. Pengurangan plastik untuk mencintai planet bumi kita." Sean menunjuk etalase di belakangnya.

"Yang collab sama RPP berapa tuh, Sean?" tanya Kenzie.

"Di sini pasang harga paling murah, Om. Cuma enam ratus dua puluh lima, di luaran biasanya kadang beli banyak sampai sold out terus dijual lagi pakai harga tinggi. Makanya bisa tembus sejuta."

"Wih, ngeri. Itu sisa model apa aja?" tanya Kenzie.

"Yang collab sama RPP sisa dua model, Om." Sean membuka lemari dinding yang ada di sebelah etalase tersebut.

"Kamu mau warna apa?" Kenzie menoleh pada istrinya.

"Hah? Mau beli? Asik. Aku warna apa ya? Putih emas itu aja, deh."

"Yaudah, Sean. Putih emas satu, hitam emas satu, biru tua silver satu, merah silver satu."

Sean membuka laci di bawah lemari itu dan meletakkan empat kardus berisi tempat minum dengan warna dan model yang diinginkan Kenzie, "Dicek dulu ya, Om."

Sean mengeluarkan tempat minum itu dari kardusnya dan mempersilakan Gracie dan Kenzie untuk melihat detail botol-botol itu.

"Wih, bagus banget detailnya," ujar Gracie.

"Iya, Te. Tante Ruby desain apa aja tetep bagus, heran Sean."

"Oke, Sean. Om bungkus ya." Kenzie mengeluarkan dompetnya yang tipis dan memberikan kartu debitnya pada Sean.

"Siap, Om." Sean mengambil mesin gesek yang sesuai dengan kartu debit milik Kenzie. "Silakan, Om. PIN-nya."

"Sean, kamu kok pinter banget jualan sama jaga kasir. Yang ngajarin siapa? Mama atau papa?" tanya Gracie.

"Mama, Te. Katanya kalau llagi nganggur terus gak mau jaga kasir, Nintendo-ku disita."

"Tapi, kamu pinter banget jualannya, Sean. Kamu kelas berapa, sih?"

"Baru masuk SMA, Te. Udah jadi kasir dari kelas lima makanya udah gak punya malu, Te."

Setelah Sean selesai mencetak struk transaksi, ia hampir memasukkan tempat minum yang sudah Kenzie beli ke kantong plastik.

Kenzie langsung mencegah, "Om bawa tote bag, Sean."

"Oh, oke. Ini, Om struknya." Sean memberikan dua lembar struk pada Kenzie.

"Udah, sana senam. Aku pulang dulu. Sean, Om pulang dulu ya." Kenzie berpamitan.

"Iya, Om. Makasih banyak."

Gracie menengok lagi ke arah Sean, "Senamnya dimana, Sean? Di atas ini ya?"

"Iya, Tante. Langsung belok kanan, pintu pertama."

"Oke, Sean. Makasih."

Gracie memasuki ruangan yang dimaksud Sean. Sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul di sana.

"Halo, selamat datang. Baru pertama kali ya?" Ellen menyambut Gracie dengan hangat.

"GRACIE!" seru Allena yang sedang duduk bersama Thalia dan yang lainnya.

"Ya Gusti, Allena. Congormu." Ellen mengajak Gracie bergabung dengan Allena.

"Ini bukannya istrinya Dokter Kenzie?" tanya Zara.

"Betul sekali, Hyung." Michelle menjawab.

"Loh, iyakah? Istrinya Dokter Kenzie? Cantik ya." Ruby bersuara.

"Eh, ya ampun. Ruby? Ruby lebih cantik, lah." Gracie agak syok saat dibilang cantik oleh Ruby.

"Ruby jarang muji orang, lho. Berarti kamu cantik beneran." Avelynn ikut nimbrung.

"Ini bukannya istrinya selebgram itu, ya?" tanya Gracie.

"Nathan maksudnya? Iya, betul." Allena menjawab.

"Rose Garden itu isinya artis, Grace." Thalia member tahu.

"Hoo, gitu."

"Aku bukan artis," kata Zara.

"Yo, tapi bojomu yang punya artis." Ellen menambahi.

"HAHAHA, CONGORMU."

"Sudah, teman-teman. Berdiri semua, kita mulai senamnya!"

<//3

200807

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro