EPISODE 1: Ruby Check Up
"Ruby dimana?" tanya Justin yang baru pulang kepada para asisten rumah tangganya.
"Kayaknya lagi di perpustakaan, Pak." Salah satu dari mereka menjawab.
"Oke, makasih ya." Justin melangkahkan kakinya ke perpustakaan rumahnya yang berada di belakang.
"By?" panggil Justin sambil berkeliling perpustakaan.
Salah satu asisten rumah tangga yang sedang membersihkan rak-rak buku menyadari kehadiran majikannya, "Pak Justin, Nyonya lagi di pinggir kolam renang."
"Oh iya, makasih ya, Mbak." Justin meninggalkan perpustakaan dan berjalan ke kolam renang yang tak jauh dari situ.
Ia melihat istrinya sedang berbaring di atas kursi di pinggiran kolam renang dengan mengenakan outfit yang tak asing di matanya.
Swimsuit putih yang dipadukan dengan cardigan merah muda dan sunglasses berwarna sama.
"By." Justin berjalan ke arah istrinya dengan agak bingung.
"Eh, ada Pak Bosku tercinta." Ruby menoleh ke arah suaminya.
"Kamu ngapain?"
"Aku lagi cosplay Sharpay Evans." Ruby tersenyum riang.
"Kamu habis nonton High School Musical?" tanya Justin sambil duduk di sebelah Ruby.
"Iya, sambil makan kentang rebus! Enak banget, aku habis banyak." Ruby melepas kacamata hitamnya. "Tapi, sekarang aku pengen bolu oreo-nya Happytummy."
Ruby memang sedang mengandung anak pertamanya dengan Justin, usia kehamilannya sudah memasuki empat bulan.
"Iya, tapi habis check up ke Dokter Nila ya? Ayo sekarang ganti baju, yuk." Justin mengajak istrinya untuk berdiri.
"Aku gak mau check up di Dokter Nila, aku maunya di Dokter Kenzie." Ruby manyun.
"Lho, mau ke Dokter Kenzie? Dulu katanya gak mau, soalnya Dokter Kenzie galak. Kenapa sekarang mau ke Dokter Kenzie?" Justin bertanya dengan nada yang lembut sambil merapikan poni rambut Ruby.
Ruby masih manyun.
"Yaudah, kita ke Dokter Kenzie. Tapi, nanti kalau antri gak boleh marah-marah ya? Soalnya kan, belum janjian sama Dokter Kenzie." Justin merangkul pinggang istrinya dan menuntunnya ke kamar mereka untuk berganti pakaian.
"Iya!"
<//3<//3<//3
Justin dan Ruby sudah sampai di Blooming Flower Town House, kediaman sekaligus tempat praktek pribadi Dokter Kenzie.
Justin melihat ada dua mobil terparkir di lahan parkir Dokter Kenzie.
"Kayaknya masih ada dua pasien, kita nggak telat berarti." Justin memarkirkan mobilnya dengan hati-hati.
"Aku nanti mau foto sama Dokter Kenzie kalau dia beneran ganteng."
Justin melepaskan sabuk pengaman Ruby, lalu melepas miliknya sendiri. "Buat apa?"
Mereka berdua turun dari mobil, Justin mengunci mobilnya.
"Biar kalau anak kita cowok, gantengnya kayak Dokter Kenzie."
Justin merangkul pinggang Ruby sambil masuk ke ruang tunggu, "Ampun, By. Perasaan gantengan aku, ah."
"Kan kita belum tahu? Pede amat, sih?"
Justin mengambil nomor antrian yang tersedia di meja yang berada di dekat pintu masuk ke ruang praktek, "Ya iyalah, pede. Aku kan pernah jadi nomer satu World Most Handsome Faces."
Semua mata tertuju pada Justin dan Ruby.
"Pah, itu bukannya Justin Purnama?"
Justin dan Ruby duduk di kursi yang telah disediakan, masih sambil berdebat soal wajah.
"Justin Purnama 'kan? Saya boleh minta foto bareng nggak? Saya fans berat sejak film Castle Fall." Salah satu ibu yang sepertinya sedang hamil muda, meminta dengan sopan.
"Oh iya, boleh. Silakan, Bu." Ruby menjawab dengan ramah. "Sana, foto dulu." Ruby menyuruh suaminya berdiri.
Setelah mengambil beberapa foto, ibu muda itu berterima kasih dengan sungguh-sungguh.
"Iya, gak masalah. Makasih udah dukung saya, ya. Semoga anak dan ibu sehat terus," ucap Justin sambil tersenyum.
"Iya, makasih banyak, Mas."
Justin kembali duduk. "Keren, sejak film Castle Fall. Film keduaku."
"Aku aja nonton film itu gara-gara kamu mirip Theo James." Ruby tertawa.
"Gantengan aku."
"Diem, deh."
Sepasang suami istri baru saja keluar dari tempat praktek, mereka mengenakan kaos Ruby P. X Gucci seri kelima yang diluncurkan dua tahun yang lalu.
Ruby senang sekali melihat mereka berdua mengenakan baju rancangannya.
Sepasang suami istri itu menyadari kalau Ruby sedang menatap mereka, mereka berdua langsung kaget.
"Ruby? Designer itu 'kan?" tanya mereka.
"Iya." Ruby tersenyum.
"Boleh foto bareng, nggak? Please, mumpung bajunya juga rancangan Ruby."
"Iya, boleh." Ruby mengangguk. "Sayang, fotoin."
Justin mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa gambar.
"Nanti aku upload kok."
"Hah? Abis ini kita masuk sosmed-nya Neng Cakep, Pah?"
Justin dan Ruby tertawa mendengar ungkapan wanita itu.
Mereka berempat berbincang sebentar hingga sepasang suami istri itu sadar kalau mereka harus segera pulang.
"Ruby, Justin, makasih banyak ya. Sukses terus. Aduh, we love your works pokoknya."
"Aw, my pleasure."
"Duluan ya, Ruby. Duluan, Justin. Aduh pasti anaknya cakep."
"Anak kalian juga pasti cakep kok, hati-hati di jalan ya." Ruby tersenyum lebar.
"Makasih banyak, Ruby!" Mereka melambaikan tangan pada Ruby.
Ruby membalas lambaian tangan mereka masih dengan senyuman lebar, "Iya."
Pasien lain keluar dari ruang praktek, kini giliran Ruby.
Saat hendak masuk ke ruang praktek mereka disambut oleh perawat yang membukakan pintu.
"Silakan," kata perawat itu.
Ruby tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
"Silakan," kata Dokter Kenzie dengan wajah datar. Justin dan Ruby pun duduk.
Ruby mengamati ruang praktek Kenzie yang terbilang luas.
"Silakan, timbang berat badan dulu," ujar Kenzie. "Usia kandungannya berapa?"
"Empat bulan pas, Dok." Justin yang menjawab.
"Masuk trisemester kedua ya? Udah tes urin sama tes darah apa belum?" tanya Kenzie sambil sibuk mengetik data pasien.
"Belum, Dok."
"Yaudah, besok tes dulu. Hasilnya nanti difoto aja nanti saya kasih nomer saya," ucap Kenzie. "Silakan." Kenzie menunjuk ke ranjang pasien.
Ruby berbaring. Kenzie mengecek tensi dan detak jantung Ruby. Setelah menjalankan itu, Kenzie melakukan USG dan mencetak hasilnya.
Ruby kembali duduk di sebelah Justin sambil senyam-senyum. Perasaan Justin langsung tidak enak.
"Ini anak pertama ya? Ada keluhan apa nggak?" tanya Kenzie.
"Nggak ada, Dok." Ruby yang menjawab.
"Udah nggak mual-mual? Pusing mungkin?"
"Nggak, Dok. Dok, kalau hamil gini boleh ikut zumba nggak?" tanya Ruby.
"Boleh, tapi gerakannya jangan dipaksain ya. Gak boleh kecapekan." Kenzie menyodorkan buku check up baru dan foto USG tadi.
"Dok, daritadi kok gak nanyain nama?" Ruby kepo.
Kenzie tertawa, "Kalian kan pasangan selebriti paling hot tahun ini."
"Ya ampun, Dok. Bisa aja." Ruby dan Justin ikut tertawa.
Setelah Justin membayar nominal yang harus dibayar, Ruby langsung menjalankan misinya. "Dok, foto bareng yuk."
Perawat yang ada di situ tertawa.
"Boleh," kata Kenzie.
"Sini, biar saya fotokan." Perawat tadi menawarkan diri.
Justin pun memberikan ponselnya pada perawat itu.
"Satu..dua.." Perawat itu mengambil gambar beberapa kali.
"Sekarang kamu pergi dulu, aku berdua aja sama Dokter Kenzie." Ruby mengusir suaminya agar menyingkir.
"Satu.. dua.."
Setelah mengambil banyak gambar, perawat tadi mengembalikan ponsel Justin.
"Makasih banyak, Dok. Makasih juga udah mau pakai koleksi saya yang collab sama Gucci." Ruby tersenyum lebar.
"Eh, koleksi kamu juga ya ini? Kemeja favorit saya ini." Kenzie juga tersenyum.
"Wah, makasih banyak, Dok. Mari, Dok. Saya pulang dulu."
"Iya, mari."
"Mari, Dok." Justin tidak tersenyum tapi, tetap berusaha ramah.
"Iya."
'Semoga Justin gak nyewa pembunuh bayaran kayak waktu di film Connection,' ucap Kenzie dalam hati. Ia tahu betul wajah cemburu seorang pria. Milik Justin yang paling seram.
<//3
Thank you for supporting me, guys!
Love you.
200804
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro