Perjamuan
Jangan salah loh, ia senang saja, hanya ia tak begitu tertarik untuk menjadi bagian darinya.
Ia senang melihat Ibunya tertawa bersama Ratu Rosehearts, Ayahnya yang membahas hubungan perdagangan dengan Raja Farena. Dan Kakaknya yang tengah bertukar pendapat dengan Pangeran Riddle dan Pangeran Malleus terkait hubungan politik antar kerajaan.
Entah dari siapa sifat turunan ini tertanam padanya. Padahal semua anggota keluarganya begitu piawai dalam memadu kata. Bahkan kakaknya yang terkenal pendiam bisa seprofesional ini ketika dibutuhkan.
Namun ia?
Rinnian menyantap hidangan penutup dalam diam.
Ia tiba-tiba menghela napas kecil, lagi, berusaha supaya tak terdengar oleh siapa pun. Namun sial, terdapat satu orang yang kini langsung meliriknya.
"Merasa lelah? Nona Gareth?"
Suara yang memanggilnya membuat pundak sang puan kaku. Ia menoleh ke samping, mendapati putra mahkota dari Kerajaan Pomefiore tengah tersenyum kepadanya.
"Oh, maaf, Yang Mulia, saya tidak bermaksud ...."
Belum sempat Rinnian selesai menjawab, pemuda itu sudah tertawa pelan.
"Daritadi wajahmu terlihat tegang. Ada apa?"
Mendengarnya sontak membuat Rinnian tersenyum miring, bimbang apakah ia harus berkata yang sejujurnya. Pasalnya ia sendiri merasa tak bisa seenaknya dengan sosok itu.
Vil Schoenheit, sang pangeran yang sedari tadi selalu mengajaknya berbincang. Bahkan sejak mereka berdua memasuki aula makan.
Sosok yang dibicarakan akan menjadi tunangannya di masa depan. Jika keduanya setuju.
Menyadari Rinnian yang semakin gelisah, Vil tersenyum dan mendekat padanya, membisikan sesuatu yang hanya keduanya dapat dengar.
"Mau pergi dari sini?"
Ajakan itu spontan mendapat reaksi terkejut dari Rinian. Ia mengibaskan tangannya pelan, memberi isyarat bahwa Vil tidak perlu repot-repot untuknya.
"Eh? A ... ah, tidak, bukan begitu maksud saya ...."
"Baiklah. Karena jamuannya sudah selesai, bagaimana kalau kita semua pergi ke ruang dansa? Pesta dansa akan diadakan sebentar lagi."
Tanpa disadarinya, sang ayah, Adipati Gareth sudah bangkit dari kursi dengan menggandeng lembut tangan istrinya. Rinnian lihat juga beberapa hadirin sudah ikut berdiri mengikuti ayahnya.
"Kalau begitu kami berdua permisi," kata Vil seraya bangkit dan menepuk pelan pundak Rinnian.
"Nona Rinnian berjanji padaku untuk membawaku keliling tamannya," ia melanjutkan.
Ia tidak pernah bilang begitu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro