° Drable of 7 Ship •
#1. Moseok
Sejak tadi, lelaki pemilik hidung lancip itu memasang wajah datar. Ekspresinya sama sekali tidak terlihat bercahaya seperti biasanya, justru terlihat mendung hingga membuat Momo yang selalu cerewet mendadak hanya terdiam sembari memainkan kukunya dengan gugup.
"Kamu ngapain nyetujuin berita dating sama Heechul hyung?" tanya Hoseok pada akhirnya. Momo semakin menunduk takut. "I-itu—"
Momo menggigit bawah bibirnya takut. Sungguh, Hoseok jika sedang marah seperti ini terlihat sangat menyeramkan. Apalagi dengan model rambutnya yang mengekspos jidatnya sungguh membuat gadis itu salah fokus—antara harus mengagumi atau justru mengatainya.
"Kenapa? gak bisa jawab ya? Jadi kamu beneran suka sama dia?"
"Bukan gitu!" Momo langsung protes, tapi dia nunduk lagi, membuat Hoseok gregetan. "Itu—perintah agensi. Lagi pula, keadaannya akan semakin buruk jika malah berita dating kita yang muncul. Oppa—tahu maksudku, kan? Pasti berita itu akan sangat mempengaruhi karir kita, terutama oppa."
Hoseok terdiam, ia menyibak rambutnya ke belakang, lantas mengusap wajahnya lelah. Guratan kekesalan tercetak jelas di dahinya, membuat Momo semakin merasa bersalah. "Hah—maaf, aku egois, ya? Padahal aku gak punya hak melarangmu," lirih Hoseok.
Momo menggeleng, "Aniya oppa, itu hanya untuk kepentingan publik. Aku—aku hanya menyukaimu oppa."
Hoseok menarik sudut bibirnya tak percaya, "Benarkah? Tapi aku juga melihat banyak momen kau dengan Heechul hyung yang tersebar di berbagai media, kalian juga terlihat serasi, kok."
"Oppa … geunde—"
"Sudahlah Momo, hubungan ini sebaiknya kita hentikan saja. Heechul hyung juga terlihat sangat tulus padamu." Hoseok itu memasang senyumnya tapi Momo dapat melihat guratan kesedihan pada raut wajahnya. Air matanya tanpa sadar menetes, begitu merasakan kecupan hangat pada keningnya. "Selamat ya. Maaf, selama ini aku hanya bisa menghubungimu diam-diam seperti ini."
Andai saja itu bukan yang terakhir kalinya, mungkin Momo akan merasa sangat bersyukur.
—————-
#2. Yoonghyo
Jihyo mengepalkan tangannya, berusaha menahan getaran pada tubuhnya yang selalu bereaksi seperti ini jika sedang gugup dan takut. Akhir-akhir ini, kesehatan fisik dan mentalnya agak teranganggu. Apalagi semenjak berita datingnya bersama Kang Daniel mencuat, gadis itu semakin mendapat banyak komentar negatif.
Kepalanya mendongak, begitu sebuah jaket tiba-tiba saja bertengger manis di bahunya. Air matanya langsung menetes begitu menyadari siapa lelaki di hadapannya saat ini. "O-oppa?"
Yoongi menatapnya dengan datar. Kelewat datar hingga dapat menyembunyikan rasa sakitnya setiap melihat manik bulat gadis di hadapannya ini. "Sedang apa disini? Tidak memberikan sambutan kemenangan?" tanyanya tanpa basa-basi.
Jihyo gelagapan, entah kenapa ia merasa sangat gugup sekarang dan rasa cemas yang dirasakannya tadi menguap begitu saja. "Ahh—aku hanya merasa tidak fit saja. Kalau sunbae kenapa ada disini?"
Yoongi berdecih manis, ketika mendengar kata ‘sunbae’ yang keluar dari bibir gadis itu alih-alih sebutan ‘oppa’ yang dulu sering di dengarnya. "Aku habis dari toilet."
"—Oh."
Selanjutnya, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Baik Yoongi maupun Jihyo sama sekali tidak berniat untuk kembali ke acara karena waktu tampil mereka masih lama. Keduanya hanya duduk bersisian di sebuah ruangan tak terpakai di backstage.
"Hubungan kalian—bagaimana?" Jihyo menoleh pada Yoongi sekilas, tapi langsung mengalihkan pandangan saat menyadari lelaki itu juga sedang melihat ke arahnya.
"Ekhm … ya, begitulah. Rasanya semakin tidak nyaman setelah rumor itu dikonfirmasi."
Yoongi mengangguk-ngangguk saja, ia menyandarkan kepalanya pada dinding. "Syukurlah, kau berpacaran dengan Daniel, karena jika denganku, kau pasti memiliki lebih banyak tekanan."
"Nde?!" Jihyo memekik kaget, matanya yang besar semakin terlihat besar hingga membuat Yoongi mengusak rambutnya gemas. "Aku menyukaimu, bodoh!"
Jihyo mematung, maniknya masih menatap lelaki yang kini tengah tersenyum lebar hingga memperlihatkan gummy smile-nya yang sangat menawan itu tanpa berkedip. Gadis itu bahkan tidak menyadari akan datangnya rasa asing yang perlahan muncul hingga membuat jantungnya memompa darah lebih cepat. Tidak, seharusnya tidak begini, ia sudah memiliki Daniel.
Menyadari ekspresi gadis itu yang terlihat kaget, membuat Yoongi terkekeh pelan. Gadis itu memang bodoh atau bagaimana, padahal sudah sejak dulu ia memperhatikannya hingga sering berkirim chat, tapi sepertinya gadis itu benar-benar baru menyadari kalau perhatian yang ditunjukan dulu bukan hanya sekedar perhatian yang diberikan seorang sunbae kepada hoobae, melainkan seorang lelaki terhadap perempuan.
Jujur, begitu mendengar berita dating itu dikonfirmasi, ia sempat marah pada dirinya sendiri karena tak bisa menjadikan gadis itu miliknya. Tapi kini, ia sadar kalau keputusannya untuk mundur itu jauh lebih tepat untuk Jihyo, karena ia tak ingin gadis itu harus menanggung begitu banyak tekanan dan komentar dari berbagai pihak akibat keegoisannya. Melihat gadis itu dari jauh saja sudah cukup untuknya walupun terkadang, rasa tak rela itu masih bersarang hingga saat ini.
—————
#3. Namjung
Namjoon terus menatap kearah gadis itu dengan lurus. Sejak tadi, sikap gadis itu sangat menguras emosinya. Bagaimana tidak, mata gadis itu selalu saja jelalatan menengok ke arah Jimin berulang kali sedangkan tatapannya diabaikan.
Selama acara berlangsung, Namjoon terus memasang raut wajah yang biasa saja. Mungkin, tidak ada yang pernah menyadari, kalau leader boygrup yang tengah mendunia itu sudah menjalin hubungan dengan Jungyeon sejak dating ban yang ditetapkan Twice berakhir.
"Ya! Sepertinya kau benar-benar berhasil membuat para netizen salah paham, ya?" Namjoon langsung menghadang tubuh gadis itu saat di backstage begitu acara telah selesai. Jungyeon menghela napas, ia melepaskan lengan Namoon yang menyentuh bahunya. "Bukankah itu sudah menjadi kesepakatan kita? Kau tidak ingin membuat hubungan kita terlihat jelas, kan?" belanya.
Namjoon berdecak, ia langsung menutup pintu ruangan dan menguncinya dari dalam. "Tapi apa harus dengan cara seperti itu? kau tahu, tatapanmu pada Jimin itu selalu membuatku—"
"Membuatmu apa?" sela Jungyeon tak sabaran. Wajahnya berbinar ketika melihat lelaki itu yang tampak kebingungan melanjutkan perkataannya barusan. Ia emang gemar sekali mengerjai Namjoon, baginya, wajahnya yang terlihat kebingungan itu sungguh lucu.
"Aku—tak suka! Pokoknya aku tak suka kalau kau berdekatan dengan Jimin!"
Jungyeon berdecak, "Tinggal bilang cemburu saja sulit sekali."
"Iya-iya! Aku cemburu! sangat!" aku Namjoon pada akhirnya. Tangannya lantas meraih bahu polos gadis itu. menatapnya tajam seolah gadis itu adalah buruannya. "Apa aku perlu membuktikannya sekarang?"
"Membuktikan apa?"
Namjoon mendekatkan kepalanya ke telinga Jungyeon, lalu berbisik. "Membuktikan kalau kau hanya milikku."
Tubuh Jungyeon menegang saat merasakan sapuan hangat di lehernya. Tangannya mencengkram lengan baju yang dikenakan Namjoon semakin erat seiring dengan hisapan memabukan yang diberikan Namjoon di lehernya.
Ini memang bukan yang pertama kali, tapi sungguh, sampai sekarang Jungyeon tak bisa mengimbangi libido lelaki itu. "Kau tidak ada jadwal apapun di bulan januari, kan?" bisik Namjoon dengan sensual. Jungyeon mengangguk, seraya mengatur napasnya yang berantakan sehabis berciuman.
Namjoon mengulas senyum tipis, "Malam ini, kau tidur di apartemenku ya. Aku sudah meminta izin pada managermu tadi."
—————
#4. Taetzu
Pada awal tahun 2020, Taehyung kembali mendapat omelan dari manager bts—Sejin Hyung—karena artikel terkait dirinya dan Tzuyu yang kembali beredar. Sebelumnya, pihak koreaboo telah diminta untuk menghapus artikel tak berdasar itu, tapi sekarang, tak ada angin tak ada hujan, artikel yang sama kembali dirilis, membuat banyak orang berspekulasi kalau keduanya tengah menjalin hubungan khusus.
Sepanjang acara penghargaan berlangsung, Taehyung berusaha tak melirik gadis itu. Sesuai kesepakatan, keduanya akan bersikap seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain. Tidak boleh ada lagi momen saling melirik, memperhatikan, apalagi memberikan reaksi berlebihan saat menonton penampilan satu sama lain.
Jika dilihat, tentu Tzuyu lah yang paling bisa melakukan semua itu tanpa tekanan, sementara Taehyung, justru sangat tersiksa. Padahal, ia sudah menahan diri untuk tidak bertemu dengan gadis itu selama berbulan-bulan karena terhalang jadwal tour. Biasanya, saat acara penghargaan seperti ini, ia akan terus mencari kesempatan untuk dapat melihat gadis itu dari dekat, tapi kali ini sudah tidak bisa ia lakukan.
Maniknya menatap tajam ke arah Jungkook yang terlihat curi-curi pandang ke arah Tzuyu. Hatinya terasa panas, apalagi ketika menyadari kalau bukan hanya Jungkook yang demikian, Mingyu, Eun Woo dan Jaehyun juga sama saja.
Begitu acara telah usai, Taehyung langsung mencekal tangan Tzuyu yang hendak pergi menuju ruangan Twice. Tanpa banyak bicara, ia menarik gadis itu menuju basement lalu membawanya masuk ke dalam mobil Sejin Hyung—yang telah ia pinjam sebelumnya.
Selama beberapa saat, keduanya sama-sama terdiam—sibuk dengan pikiran masing-masing, sedang Tangan Taehyung masih betah menggenggam tangan Tzuyu. "Tzuyu-ya."
Tzuyu mengangkat wajahnya untuk menatap ke arah Taehyung. "Ne Oppa?"
"Jangan melirik lelaki lain," ucap Taehyung penuh penekanan. Tzuyu mengerutkan dahinya bingung, "Nde?"
"Kau tahu, aku sudah mati-matian menahan diri untuk tidak melihat ke arahmu sepanjang acara, tapi kau selalu saja menebar senyum pada siapapun. Kalau saja aku tak memikirkan konsekuensi, pasti aku sudah menarikmu ke sini sejak tadi!" seloroh Taehyung panjang lebar. Mukanya terlihat serius sekali, membuat Tzuyu yang semula bingung menjadi mengulum senyum menahan gemas.
"Oppa—kau cemburu?"
"Kau masih bertanya, huh?" Taehyung langsung menarik Tzuyu ke dalam pelukannya, menghirup wangi tubuh gadis itu yang sangat dirindukannya itu kuat-kuat. "Neomu bogoshipo."
Tzuyu tersenyum tipis, ia balas memeluk lelaki yang lebih tua empat tahun darinya itu dengan erat. "Nado oppa."
Taehyung meregangkan pelukannya hanya untuk menatap wajah gadis itu. "Kau tahu? Saat rehersal lagu dimple, aku yang menyarankan posisi di depan huruf T karena lagu itu aku nyanyikan untukmu."
"Jinjja?"
Taehyung mengangguk, ia mengusap pipi Tzuyu lembut, tepatnya pada lesung pipi gadis itu. "Aku sangat menyukai ini. Kau kenapa semakin cantik, sih?"
"Itu menggelikan!" Walaupun menolak, pipi Tzuyu tetap merona, membuat Taehyung semakin gemas. Ia tersenyum lebar, lalu mencuri kecupan tepat di lesung pipi gadis itu. Mengecupnya berkali-kali hingga membuat Tzuyu tertawa geli. "Oppa geumanhe."
Sementara tak jauh dari mobil yang dinaiki keduanya, Sejin Hyung melipat kedua tangannya di depan dada seraya menggeleng tak habis pikir. Taehyung itu terlalu ceroboh, untungnya, big hit telah memiliki seorang mata-mata di dispatch, jadi hubungan mereka tidak akan terungkap. Walaupun tak menutup kemungkinan jika lelaki itu terus berulah, publik tetap akan mengetahuinya, cepat atau lambat.
——————
#5. Dahmin
Sepertinya julukan Elsa yang belakangan ini disematkan untuk Dahyun itu benar adanya. Selain memiliki wajah putih pucat dan rambut berwarna blonde terang, raut wajahnya juga sedingin es. Siapa yang tahu, kalau Dahyun si ratu variety show juga bisa memasang wajah super datar yang membuat siapapun segan melihatnya.
Apalagi ketika melihat lelakinya itu tebar pesona pada gadis lain. Sudah cukup dengan sikap manisnya pada Mina tahun lalu, sekarang giliran pada Jungyeon eonni yang notabenenya juga merupakan teman Jimin. Gadis itu mendengus lelah, ia lebih memilih fokus menonton penampilan saja daripada memperhatikan buaya darat itu.
Di sisi lain, Jimin juga merasa dongkol karena setiap lelaki itu curi-curi pandang pada Dahyun, gadis itu selalu melengos atau mengalihkan pandangan pada lelaki lain. Apalagi ketika melihatnya tersenyum lebar pada setiap lelaki yang menyapanya membuatnya marah. Mana Dahyun hari ini terlihat sangat cantik sekali.
Niatnya, saat di backstage, Jimin akan menemui gadis itu. Tapi Dahyun tak terlihat dimana pun, katanya, gadis itu pulang ke hotel duluan saat acara telah usai. Setelah meminta izin, Jimin langsung menancap gas menuju hotel.
"Dahyun-ah, kau di dalam?" Jimin mengetuk kamar nomor 159 itu dengan tidak sabaran. Setelah beberapa saat menunggu, pintu itu akhirnya terbuka, tanpa basa-basi, Jimin langsung masuk ke dalamnya lalu kembali menutup pintu.
Lelaki itu menyapu seisi kamar, hingga mendapati Dahyun yang tengah memunggunginya. Gadis itu tengah melepaskan semua aksesoris yang dikenakannya. Jimin melipat kedua tangannya, berdiri di belakang tubuh Dahyun seraya menatap gadis itu lewat pantulan cermin di depannya. "Kenapa kau pulang kesini duluan? Tidak menunggu member lain?"
Dahyun tak merespon, saat ini, ia tengah mencoba melepaskan antingnya, tapi sialnya, antingnya itu menyangkut pada rambutnya. Sebuah ringisan keluar tat kala gadis itu tak sengaja menarik rambutnya sendiri, "Aww—sshh."
Tanpa banyak bicara, Jimin langsung mengambil alih. Lelaki itu berusaha melepaskan anting yang menyangkut di rambut Dahyun itu dengan lembut. Sangat hati-hati hingga membuat Dahyun tanpa sadar hanya berdiri mematung seraya memperhatikan gerak-gerik lelakinya.
"Gumawo," ucap Dahyun datar. Gadis itu kembali di sibukkan dengan membereskan beberapa aksesorisnya, mencoba mengabaikan eksistensi Jimin. Lelaki itu menghela napas jengah, ia mencekal lengan Dahyun, lantas menariknya hingga tubuh gadis itu menghadap ke arahnya dengan jarak yang cukup intens. "Kau kenapa? apa aku melakukan kesalahan?"
Dahyun memalingkan wajahnya, tangannya yang dicekal terus berontak supaya dilepaskan. "Pikir saja sendiri. Asshh—lepas!"
Alih-alih dilepas, justru tangan Jimin yang satunya lagi menyantuh dagu Dahyun hanya supaya ia dapat melihat wajahnya. "Dahyun-ah, tatap aku. Sebenarnya kau sekarang kenapa? sampai kapanpun aku tidak akan tahu kalau kau tidak mengatakannya padaku."
Manik Dahyun tanpa sadar mulai berkaca-kaca. Ia benci dirinya yang selalu lemah seperti ini, tapi rasanya selalu sakit setiap memikirkan kemungkinan terburuk kalau Jimin tak lagi—mencintainya.
"Aku … membencimu."
Cekalan di lengan Dahyun melemah dan terlepas. Jimin menatap gadis itu tak percaya, "Mwo?!"
"Aku—" Napas Dahyun semakin sesak. "Aku membencimu, Oppa! Aku sangat membenci tatapanmu yang selalu melirik gadis lain. Aku benci kau yang terus tersenyum pada gadis manapun. Apalagi aku sang—mmpphh."
Jimin langsung membungkam bibir Dahyun dengan bibir tebalnya. Bibir Jimin memang hanya menempel, tapi hal tersebut sukses membuat pertahanan Dahyun runtuh. Gadis itu mulai memejamkan matanya saat merasakan pergerakan dari Jimin yang mulai memangut bibirnya lembut.
"Kalau kemarahanmu sekarang karena hal yang kau ucapkan barusan, kau salah besar. Sejak acara dimulai, fokusku hanya padamu. Aku tak pernah melihat wanita lain, sebagaimana aku melihatmu. Tapi jika kau merasa sakit hati, aku minta maaf," sesal Jimin disela kegiatannya yang mengusap lembut bibir Dahyun yang kian merekah karena ulahnya. Napas keduanya masih berantakan, tapi Jimin sama sekali tak berniat menjauhkan wajahnya.
"Lagipula aku juga merasakan hal yang sama. Kau pikir aku juga tak marah saat melihatmu bercengkrama dengan lelaki lain?" ujar Jimin lagi, membuat Dahyun mengerutkan dahinya, "Mwo?"
"Iya, kau tahu? Kau itu begitu populer dikalangan pria. Kalau saja aku bisa berbuat semauku, pasti aku sudah mengumumkan hubungan kita."
"Tapi bukankah itu terlalu beresiko untuk karir kita?"
"Itu sebabnya, aku menahannya sampai sekarang. Jadi, ayo kita berjanji untuk saling percaya satu sama lain." Tangan Jimin bergerak mengusap pipi Dahyun lembut. "Tunggu sampai kita sama-sama siap, untuk mengungkapkannya pada publik."
Dahyun balas menatap manik yang menatapnya lekat itu. Senyumnya tercetak dan ia mengangguk. Bodoh, seharusnya ia tahu siapa kekasihnya itu, Jimin tidak akan berpaling darinya semudah itu. Dan perkataannya barusan kembali menyadarkannya, kalau ia tak berjuang sendirian.
——————
#6. NayJin
Nayeon mengusap kakinya yang terasa nyeri itu seraya meringis. Kaki jenjang putihnya itu telah diberi salep pereda nyeri, tapi ngilu itu masih terasa. Saat acara penutupan tadi, ia terlalu bersemangat hingga hampir tergelincir. Beruntung Momo dan Chaeryoung langsung sigap menolongnya—tapi, pergelangan kakinya agak terkilir.
Nayeon langsung menegakkan tubuhnya begitu seseorang tiba-tiba saja meraih kakinya. Jin mengangkat kaki kanan Nayeon ke pangkuannya, lantas memijat pergelangan kaki Nayeon dengan pelan. "Dasar, kalau berjalan tuh lihat-lihat. Sudah tahu sakit, kau masih nekat lari-larian di atas panggung. Dasar nakal," cerocos Jin mirip seperti orangtua yang memarahi anaknya.
Nayeon mempoutkan bibirnya lucu, sementara maniknya tak lepas memerhatikan Jin yang begitu telaten mengurut kakinya. Beruntung, di ruangan ini hanya ada mereka berdua saja, jadi mereka tidak perlu khawatir akan menjadi bahan pembicaraan orang,
Setelah beberapa menit diurut, pergelengan kaki Nayeon sudah membaik—tidak sengilu tadi. Jin yang sejak tadi berjongkok di hadapan Nayeon mendongak untuk melihat wajah gadisnya. "Bagaimana? Sudah baikan?"
Nayeon mengangguk, "Eoh, gumawo Oppa."
Jin berdiri, ia meraih tangan Nayeon, menyuruhnya untuk berdiri. "Coba kau gerakan.”
Nayeon menurut, ia berdiri dari duduknya. Tapi baru beberapa detik berjalan, rasa sakitnya kembali terasa. Bukan rasa ngilu, melainkan perih. Jin yang menyadarinya lantas melirik kearah high heels yang dikenakan Nayeon. Ia berdecak pelan saat melihat lecet di kaki kiri Nayeon.
"Cepat lepaskan sepatumu, kakimu sepertinya lecet."
Jin kembali membalut bagian yang lecet itu dengan plester. Sejak tadi, pandangan Nayeon tak pernah lepas dari Jin. Untuk beberapa alasan, ia merasa sangat beruntung memiliki kekasih seperti Jin. Karena kaki Nayeon yang belum sepenuhnya sembuh, Jin menggendong gadis itu di punggungnya.
Sepanjang perjalanan menuju parkiran, Jin terus mengomeli Nayeon, sedang gadis itu hanya mengulum senyum saja. Ia sudah hapal dengan sikap Jin yang cerewetnya melebihi ibunya, namun justru, hal itulah yang membuatnya menyukai lelaki ini.
Ia tak hanya mendapatkan seorang pacar, melainkan lelaki yang selalu siap untuk melindungi dan merawatnya.Nayeon melayangkan sebuah kecupan di pipi Jin, "Saranghae, Oppa."
——————
#7. Sakook
Minatozaki Sana. Entah sejak kapan, nama itu terus melekat di benaknya. Mungkin, semua itu bermula saat ia menjadi MC spesial bersama Sana beberapa tahun yang lalu? Atau justru sejak Twice debut? Jungkook tidak tahu.
Bisa dibilang, ia menyukai gadis itu sebegaimana ia mengagumi IU. Tapi, selama ia menyukai pelantun Love Poem itu, ia tak pernah merasakan debaran ini. Ia tak pernah merasakan perasaan ingin dekat atau sekedar curi-curi pandang ke arahnya.
Tinggal menunggu hitungan menit, acara akhir tahun ini akan selesai. Jungkook melihat ke arah membernya yang masih asik melambai-lambai pada penggemar. Maniknya menyapu keadaan panggung hingga mendapati beberapa member Twice yang tengah berjalan menuju backstage. Tanpa dikomando, kakinya lantas berjalan mengikuti dari belakang. Sesekali ia akan berbalik untuk melambai pada penggemar, sementara fokusnya masih mengikuti Sana.
Jungkook lengah, buru-buru ia berjalan menuju backstage. Ia bahkan harus bersinggungan dengan Tzuyu saat diperjalanan, tapi kakinya terus melangkah cepat mengejar pelantun sha-sha-sha itu yang berjalan tak jauh di depannya. "Noona!"
Sana menoleh saat seseorang menyentuh pundaknya, "Jungkook-ssi?"
Jungkook terlihat gugup, ia tak tahu kalau Sana akan langsung memanggilnya seperti itu. "Ah—aku—"
Matanya membola ketika Sana tiba-tiba saja mendorong tubuhnya hingga masuk ke dalam sebuah ruangan kosong yang gelap. Selanjutnya, rombongan staf yang mengangkut beberapa pelaratan panggung terlihat berjalan berjejer sibuk dengan segala urusan mereka. Yang jadi masalah adalag saat ini, gadis itu dengan santainya masih menyentuh dada bidangnya sedang tubuh mereka benar-benar menempel.
Hanya berlangsung sepuluh detik, sampai Sana akhirnya menjauhkan tubuhnya dan Jungkook membuang napas yang sempat ia tahan tadi. "Uhm—mian, tadi aku refleks mendorongmu."
"Ah—tak apa."
"Oh ya, kau mau mengatakan apa tadi?"
Jungkook kembali dilanda gugup, batinya makin kacau saat melihat binar menyenangkan dari manik gadis itu yang menatapnya inosen. "Ah … tidak jadi."
"Nde?" Sana terlihat kecewa, entah kenapa Jungkook merasa kalau gadis itu sudah mengharapkan ia mengatakan sesuatu yang spesial. Jungkook mengulum senyumnya, "Kenapa Noona terlihat kecewa? Memangnya noona mau mendengar aku mengatakan apa?" goda Jungkook.
Kali ini, giliran Sana yang salah tingkah. Gadis itu menggigit bibir bawahnya berulang kali sementara tangannya memilin dress yang dipakainya. Sana bahkan tak menyadari kalau bawah bibirnya sampai mengeluarkan darah saking terus digigitinya. "A-ani! Aku tidak—"
Matanya melotot saat Jungkook tiba-tiba saja membungkam bibirnya dengan gerakan cepat hingga tak mampu dihindarinya. Tidak ada pergerakan berarti, hanya menempel selama beberapa saat tapi sukses membuat pikiran gadis itu jadi kacau. Sana meremas kuat dress nya saat merasakan pergerakan kecil dari Jungkook yang penuh keraguan. Ia dapat merasakan sesapan kuat di bibir bawahnya seiring dengan pangutan Jungkook yang menghipnotisnya.
Sebut saja ia gila karena di detik berikutnya, ia membalas lumatan itu. lengannya bahkan telah bertengger manis di leher Jungkook, membuat tangan lelaki itu tak segan untuk menarik pinggang Sana untuk semakin rapat padanya. Mereka terus menyesap kenikmatan dan tak ingin berhenti walaupun tanpa mereka sadari, perbuatan mereka itu juga di saksikan oleh seseorang yang berada di ruang cctv.
————
Dari semua ship diatas, paling suka sama momen siapa?
Pas nulis part Moseok, aku ikutan nyesek parah 😥 gatau kalo kalian
Oh ya, keknya kalo aku lagi males nulis oneshoot, aku bakalan nulis lagi drable kayak gini, gapapa, kan? Ntar shipnya ganti kok, gk itu terus hehe
Aku tuh nulis ini karena geregetan banget sama momen bangtwice pas di GDA 😭 kupengen nulis yg versi Tzukook sama Taesana juga sebenernya tapi kalo disatuin sama yg ini takutnya malah jadi aneh :v
So, keknya buat next part juga bakalan buat lagi yg gini tapi shipnya bakal aku mix wkwk
See you💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro