
🎼|Chaekook| Dimple
Jungkook × Chaeyoung
"Your smile is so cruel. I shouldn't have seen your cheek. So, i call you illegirl."
🎶
Suara angin musim dingin terdengar bergemuruh, menyapu sebagian wilayah itu dengan butiran-butiran salju di tengah malam. Menurut buku yang dibacanya, siapa yang melihat salju pertama dengan senyuman secerah bulan purnama, maka ia akan bertemu dengan pangeran yang selama ini dicarinya.
Gadis itu tentu tidak percaya, tapi seulas senyum langsung terbit diiringi lesung pipi yang muncul di pipi kanannya ketika ia melihat ribuan bintang yang menghiasi langit malam ini. Ia mengangkat tangan kanannya, merentangkannya seolah meraba benda kecil bersinar itu.
"Cantik."
Di sudut cakrawala, seorang pemuda bersayap itu melihat semuanya. Ia juga merentangkan tangannya seperti gadis itu. Untuk sesaat, ia melupakan tugasnya. Hingga salah satu temannya melemparkan segumpal bola salju ke arahnya. "Hey! Kita harus segera menyebar salju ke tempat lain!"
Pemuda itu menoleh ke arah rombongannya yang sebagian telah terbang ke arah timur. Ia sempat melirik gadis itu yang kini tengah menaiki sepeda menuju bukit. Andai saja aku adalah manusia.
"Hey! Cepatlah!"
Pemuda itu langsung bergabung dengan rombongannya yang telah terbang jauh. Ia tak tahu kapan, tapi ia ingin melihat gadis itu sekali lagi.
🎶
"Kau pikir kau cantik, eoh?!"
Lagi, perempuan itu menempeleng kepala Chaeyoung. Kedua tangan gadis itu telah diikat, rambut sebahunya telah menjuntai hingga menutupi seluruh wajahnya. Ia hanya menerima perlakuan gadis yang lebih tua dua tahun darinya itu dengan tenang.
Tak ada gunanya melawan macan betina yang sedang mengamuk.
"Ya! Kau tak mau menjawab? Semalam apa yang kau lakukan di rumah Chan Oppa?!"
Chaeyoung mendongak, maniknya menatap tajam kakak tirinya. Sudut bibirnya terangkat, menyeringai. "Memangnya kenapa? kau cemburu?"
"Apa?! Untuk apa aku cemburu pada ular licik sepertimu? Kau pasti menggunakan pelet seperti ibumu yang-ARGGHH! NEO MICHEOSSEO!!"
Perempuan itu langsung berteriak kesakitan saat Chaeyoung melempar pecahan kaca kepadanya. Dengan tertatih, gadis itu berusaha berdiri. Tubuhnya terasa remuk karena terus disiksa, tapi hatinya jauh lebih tersayat karena ucapan kakak tiri-gilanya-itu.
Perempuan itu masih meraung-raung tak terima karena pecahan kaca itu menyayat sebagian wajahnya. Sementara Chaeyoung mengambil pecahan kaca lain untuk memotong ikatan pada tangannya. Tetesan darah mengucur semakin deras seiring dengan gesekan potongan kaca pada telapak tanganya yang semakin cepat.
Begitu ikatannya terlepas, ia langsung menyentak rahang kakak tirinya itu dengan kuat.
"Selama ini aku diam saja saat kau menyiksaku tapi-aku tidak akan tinggal diam kalau kau menyebut nama ibuku dengan mulut busukmu."
Chaeyoung mendorong tubuh perempuan itu hingga terpental pada ujung meja, lalu angkat kaki dari sana.
Gadis itu menatap telapak tangannya yang kini berdarah hebat. Ia menggigit bibir, sembari memegangi telapak tangannya yang tiba-tiba saja bergetar. "Kerja bagus. Dia memang layak mendapatkannya."
Sudah cukup ia tersiksa selama tinggal di sana. Sekarang, giliran dirinya sendiri yang menentukan hidupnya.
🎶
Jalanan terlihat sangat sepi setelah gadis itu memutuskan untuk kembali pulang ke tempat asalnya. Sudah dua tahun lebih ia tinggal bersama ayahnya dengan ibu tiri dan kakak tiri-gilanya-itu, di Seoul. Ia tidak menolak saat ayahnya membawanya dan mengenalkannya pada istri barunya itu, bahkan ibu tirinya sangat menyayanginya. Tapi kesibukan mereka berdua dalam menjalankan bisnis membuatnya terjebak bersama kakak tirinya yang selalu menyiksanya.
Well, sejak awal, seharusnya ia tetap mendengarkan perkataan mendiang ibunya yang menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah mereka dulu.
Gadis itu mendongak untuk menatap langit. Langit malam ini tak secantik malam dua tahun yang lalu, tapi sudah cukup menyenangkan bisa melihat langit sedamai ini. Chaeyoung mengangkat tangannya, kali ini bukan bintang, melainkan bulan purnama yang terlihat di sela-sela tangannya yang kini dibalut perban.
Gadis itu mendesah, rasanya, semua bebannya ikut hilang setelah ia sampai di sini.
Tungkainya kembali menyusuri jalan. Maniknya sesekali menangkap pemandangan asing di wilayah ini, sepertinya banyak yang berubah dari tempat ini tapi ia tak begitu memikirkannya. Saat ini, ia hanya ingin melihat rumahnya saja yang mungkin-sudah sangat kotor karena tidak terurus.
Begitu ia menginjakan kaki di sana, ia mematung. Rumahnya sama sekali tidak terlihat berantakan, justru terlihat-hidup. Beberapa tanaman yang dulu layu pun kini malah tumbuh hingga mewarnai pekarangan rumahnya yang memang agak luas. Bukan hanya itu, seorang lelaki tampan juga terlihat tengah duduk di teras rumahnya, diiringi dengan musik yang mengalun dari radio tua miliknya.
Berulang kali Chaeyoung mengusap matanya, guna menyadarkannya dari halusinasi. Tapi bukannya menghilang, bayangan pemuda tampan itu malah semakin jelas. Justru pemuda itu malah berjalan mendekatinya dengan senyum secerah mentari. Terlihat sangat polos dan-suci. Chaeyoung bahkan tidak pernah melihat pemuda sesempurna pemuda di hadapannya saat ini.
"Si-siapa kau?" tanya Chaeyoung pada pemuda asing itu.
Bukannya menjawab, pemuda itu malah langsung memeluknya dengan sangat erat.
"Aku sudah menungumu sejak lama. Syukurlah kau kembali, ku pikir, kedatanganku ke bumi ini sia-sia saat melihatmu tidak ada di sini. Tapi sekarang kau ada, aku sangat senang."
Chaeyoung hanya mengerjap-ngerjapkan matanya bingung. Apa katanya?
Sepertinya, kehidupannya akan kembali dihiasi orang gila. Tapi bedanya, orang gila kali ini cukup-tampan.
🎶
Hidup selama tiga bulan bersama pemuda asing mungkin telah menjadi suatu hal yang biasa bagi Chaeyoung. Mungkin, selain karena pemuda itu sangat baik dan sangat-ukm-tampan juga, Chaeyoung jadi tak sampai hati mengusirnya.
Sejak awal, Chaeyoung sudah bertanya-tanya, mengenai asal-usul pemuda itu darimana dan kenapa ia bisa menempati rumahnya, tapi-hanya jawaban omong kosong yang dilontarkan pemuda itu.
"Aku adalah seorang malaikat, aku tinggal di sini karena aku diberi tugas untuk menjaga pemilik rumah ini."
Hah, selain tampan, pemuda itu juga pandai membual. Chaeyoung jadi pusing sendiri setiap mendengarnya mengoceh tentang dunia langit, bangsa bidadari yang cantik jelita hingga binatang langit yang hobi memakan manusia kerdil. Hah,sepertinya pemuda itu terlalu banyak dibacakan dongeng saat di dalam kandungan, jadi pemikirannya agak tidak masuk akal.
"Ya! Sampai kapan kau akan tinggal di sini?"
Jungkook menoleh pada Chaeyoung dengan mulut penuh. Matanya tiba-tiba saja berkaca-kaca, "Kau tidak suka, ya aku tinggal bersamamu di sini?"
Wajahnya yang terlihat menyedihkan itu membuat Chaeyoung agak tidak tega, tapi ia tidak bisa membiarkan pemuda itu terus tinggal di rumahnya. "Bukan begitu-memangnya kau tidak punya keluarga? Atau teman mungkin?"
Jungkook menggeleng. "Malaikat tidak diciptakan di dalam rahim seorang ibu. Kami diciptakan dari cahaya. Dan teman-temanku, mereka juga sedang menjalankan misi yang sama denganku."
Chaeyoung menepuk jidatnya. Mengajak bicara Jungkook, sama saja dengan mendengarkan ocehan anak kecil. Seharusnya ia sadar, kalau berbicara dengan Jungkook sama sekali tidak akan menyelesaikan masalahnya.
"Kau-sepertinya tidak suka ya, aku tinggal di sini?"
Chaeyoung membuka matanya, ia terdiam. Maniknya menatap langit malam ini yang terlihat sangat kosong. Ia memang agak terganggu dengan keberadaan Jungkook tapi jika dibilang tidak menyukai juga agaknya terlalu berlebihan, karena tidak ada alasan untuk tidak menyukainya.
"Entahlah, menurutmu?" Chaeyoung memilih mendengarkan pendapat Jungkook.
Giliran pemuda itu yang diam, ia menoleh ke arah Chaeyoung. Wajah gadis itu terlihat agak dingin-berbeda dengan yang ia lihat dua tahun lalu-ia bahkan tidak pernah melihat lesung pipi pada wajah Chaeyoung karena gadis itu tidak pernah tersenyum semenjak ia kembali ke sini.
"Kau cantik."
"Apa?"
Chaeyoung agak tersentak saat menoleh karena wajah Jungkook tepat di depannya. Netranya menatap lurus maniknya hingga membuat gadis itu meneguk ludah. Sial, kenapa tampan sekali sih.
"Kau cantik, tapi kau akan terlihat lebih cantik saat tersenyum." Jungkook menyentuh pipi kanan Chaeyoung dengan telunjuknya. "Disini, aku ingin melihat lesung pipi ini sekali lagi sebelum aku pergi, bolehkan?"
Chaeyoung mengedip-ngedipkan matanya lucu, sedetik kemudian wajahnya bersemu. Ia memalingkan wajahnya, "Ka-kau, bicara apa sih?!"
Jungkook mendengus geli, baru kali ini ia melihat gadis itu malu-malu seperti ini. Rasanya, ia semakin ingin menjahilinya. "Serius! Kau terlihat sangat cantik saat tersenyum! Itu sebabnya aku meminta pada penjaga langit supaya menempatkanku di sini."
"Berhentiah berbicara omong kosong! Kau membuat kepalaku pening, tahu!"
"Aku tak berbohong! Apa yang kuucapkan selama ini adalah benar! Kau tahu, malaikat tidak bisa berbohong!"
"Dan kalau kau adalah malaikat, seharusnya kau memiliki sayap dan tinggal di langit! Bukan tinggal di rumah seorang gadis sebatang kara sepertiku!"
Keduanya saling menatap tajam. Jungkook terlihat sangat kesal sementara Chaeyoung tidak jauh berbeda. Gadis itu sudah muak dengan semua ini.
"Apa aku perlu membuktikannya padamu?"
Tanpa berpikir lagi, Chaeyoung mengangguk tanda iya.
Jungkook menghela napas lagi. "Baiklah, tapi saat kau melihatnya, kau jangan kaget, ya."
Chaeyoung mengangguk lagi. Ia sempat ragu karena Jungkook terlihat sangat serius saat mengucapkannya, tapi ia tak bisa menghentikan kesempatan ini. Ia harus memastikannya, sebelum rasa yang tumbuh di dalam hatinya ini semakin melambung tinggi. Ya, Chaeyoung menyukai Jungkook.
Jungkook mengambil langkah mundur menjauhi Chaeyoung. Begitu ia merasa jaraknya sudah pas, ia membalikan tubuhnya. Mengucap mantra beberapa kali hingga sayap seputih dan secerah mutiara itu muncul di punggungnya.
Sayapnya sangat besar hingga memenuhi pekarangan rumah Chaeyoung.
Jungkook meringis saat merasakan panas membakar menjalar di sekitar pungungnya. Ia tahu, kalau ini mungkin adalah konsekuensinya karena telah membongkar rahasianya pada manusia. Tapi-selama Chaeyoung dapat percaya padanya, ia tak keberatan.
Pemuda itu langsung melebarkan sayapnya begitu melihat Chaeyoung pingsan. Ia meraih tubuh mungil itu sebelum jatuh ke tanah. Jungkook meringis saat merasakan sayapnya terlipat, namun semua itu terasa lenyap saat ia melihat wajah Chaeyoung.
Tanpa aba-aba, hujan mengguyur wilayah itu, membuat Jungkook semakin meronta kesakitan.
Ada yang bilang, kalau sayap di guyur air hujan, rasanya akan sangat menyakitkan dan ia merasakannya sekarang. Sayapnya telah patah, dan gadis dalam pelukannya sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk dapat bangkit.
Matanya menerawang, napasnya semakin pendek.
Sekelebat cahaya kembali menyadarkannya. Jungkook semakin memeluk gadis itu erat begitu menyadari kalau waktunya tinggal sedikit lagi. Ia telah melanggar peraturan dan kini-ia harus menanggung akibatnya dengan kembali ke tempatnya.
Di saat seperti ini, ia hanya diberi dua pilihan.
Pertama, kembali ke dunia langit dan tidak boleh mendatangi dunia manusia lagi.
Dan kedua, meninggalkan dunia langit dan terlahir kembali sebagai manusia.
Akan tetapi, dengan kondisi sayapnya yang patah, akan sangat beresiko jika ia memilih pilihan kedua. Bisa jadi, ia akan terlahir sebagai manusia yang cacat.
Jungkook memejamkan matanya. Rasa membakar itu semakin menyiksanya.
Diujung kesadaranya, ia membisikan keinginannya. Sesetes air matanya keluar, bercampur dengan air hujan yang semakin deras.
Jungkook mendekatkan wajahnya, menyatukan bibirnya dengan bibir dingin Chaeyoung guna menormalkan napasnya. Ia menangis. Sudah lama sekali ia ingin melakukan ini tapi-ia merasa sangat bersalah karena melakukannya di saat gadis itu tak sadarkan diri.
Diakhir pangutannya, ia berujar lirih dengan suara selemah kapas. "Aku ingin hidup dengannya, kumohon."
🎶
Gak tau ini apaan, maaf kalo semakin gaje😪
Terutama buat SyafitrySukma yg request, maaf ya kalo gk sesuai ekspektasi, hehe baru pertama kali buat KookChaeng sih soalnya
See you💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro