Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• Candy Pop + 3 Ship •

Judul hanya pemanis :") sama sekali gk ada hubungannya sama cerita

|yoonghyo|

Sebenarnya, lelaki sekaku dan sedingin Yoongi tidak memerlukan adanya seorang pendamping. Ia bisa melakukan semuanya sendiri. Dari mulai bekerja sampai membersihkan rumah, ia bisa melakukan semua itu dengan cepat, bersih dan sempurna. Namun peringainya yang agak arogan membuat para wanita harus berpikir dua kali untuk mengantri menjadi calon istrinya.

Sejauh ini hanya ada satu wanita yang dengan beraninya masuk ke wilayah teritorialnya yang belum pernah sekalipun di datangi oleh seorang wanita. Park Jihyo atau mungkin, bisa dibilang dia seorang penggoda? karena sungguh, tanpa melakukan apapun, wanita itu sudah terlihat menggiurkan dimata lelaki kurang belaian sepertinya.

Lihat saja, gadis itu dengan santainya masuk ke dalam apartemennya dengan menggunakan kemeja putih yang tembus pandang dengan celana pendek. "Ahjussi, kau punya pisang tidak?"

Dengan santai, gadis itu tetap melenggang masuk hingga tungkainya sampai di dapur. Ia memejamkan matanya sembari menghirup aroma masakan Yoongi yang baru saja selesai dihidangkan, "Woah, kau sudah masak banyak, ya? kebetulan aku belum sarapan, jadi aku numpang makan ya."

Manik Yoongi langsung melotot saat melihat gadis itu akan mencomot omelet buatannya dengan tangan kosong. "Hey! cuci tangan dulu!" cegah Yoong dengan heboh hingga memukul tangan gadis itu.

Jihyo meringis sembari bangkit menuju westafel, "Ishh dasar kasar, pantas saja kau jadi perjaka tua."

Wajah Yoongi langsung memerah, "Apa kau bilang?"

"Iya, Ahjussi kasar sekali, padahal kalau kau bisa lebih lembut sedikit mungkin aku bisa menyukaimu," ujar gadis itu santai.

Yoongi terdiam di tempatnya. Manik sipit nan tajamnya terus mengamati gerak-gerik gadis itu yang sudah makan dengan lahapnya. Perkataan Jihyo barusan kembali mengingatkannya pada perkataan ibunya beberapa tahun yang lalu.

Seharusnya, lelaki itu lebih dari pantas jika mengusir gadis itu keluar dari apartemennya sekarang juga. Tapi alih-alih mengusir, lelaki itu justru malah menarik kursi di sebelah Jihyo lantas mendudukinya dengan tenang.

"Ahjussi, apa kau punya pacar?"

Yoongi yang sedang minum langsung tersedak. Ia sempat terbatuk-batuk hingga butuh beberapa tarikan napas supaya pernapasannya kembali seperti semula. "Kau bicara apaan sih? lagipula umur kita hanya beda empat tahun! berhenti memanggilku ahjussi!" sungut Yoongi sebal.

"Terus maunya dipanggil apa? aku tidak mau ya, kalau disuruh panggil Oppa! itu menjijikan!" Jihyo mengunyah roti yang baru saja dilumuri selai itu dengan lahap. Padahal ia baru saja menghabiskan sepiring omelet.

Yoongi menggeserkan kursinya hingga benar-benar menempel dengan kursi milik Jihyo. Sedetik kemudian, wajahnya sudah berada di ceruk leher gadis itu. Ia membisikan sebuah kata yang membuat tubuh gadis itu seketika meremang dan membeku.

"Panggil aku, Daddy."

|Namjeong|

Jika ada gelar lelaki paling merepotkan di dunia, sepertinya lelaki bertubuh jangkung dengan lesung pipit di pipinya itu akan keluar sebagai pemenangnya.

Lihat saja, baru saja dua jam lelaki itu ditinggal untuk menjaga flatnya disaat ia pergi berbelanja, pecahan piring sudah bertebaran dimana-mana. Belum lagi pancinya yang sudah penyok, bahkan sendoknya yang bengkok sudah tak terhitung jumlahnya.

Jungyeon sudah ingin meledak saking kesalnya, tapi lelaki itu langsung buru-buru membungkamnya dengan bibir tebalnya, membuat Jungyeon langsung menggigit bibir Namjoon ganas hingga berdarah. "AH! Jungyeonie, kenapa kau malah menggigit?!"

"Rasakan! aku sudah memperingatkanmu untuk diam saja kan, kenapa kau malah menghancurkan flatku?!" geramnya.

"Ta-tapi aku ingin membantu."

"Tidak usah! kau diam saja itu sudah sangat membantuku!"

Gadis itu meletakan belanjaannya di atas pantry. Lantas memasukan beberapa sayuran yang masih segar ke dalam kulkas untuk dimasak nanti malam. Tangannya dengan telaten mulai membersihkan kekacauan yang Namjoon perbuat.

Sementara lelaki itu semakin dirundung rasa menyesal. Ia menatap tangannya sendiri sembari membatin, kenapa kau bisanya hanya membuat kekacauan saja sih?

Sementara itu, Jungyeon juga merasa agak bersalah karena membentak Namjoon. Ia mungkin terkenal dengan julukan gadis bar-bar, tapi ia paling anti menyakiti perasaan orang lain. Apalagi ini Namjoon, ia jadi semakin merasa bersalah.

"Joonie, aku sudah selesai."

Dipanggil seperti itu, Namjoon tak menjawab. Obsidiannya tetap berusaha fokus menonton televisi, mengabaikan presensi gadis itu yang sedang mencoba mengalihkan perhatiannya dengan memanggil panggilan kesayangan untuknya.

"Joonie, kau marah? aku minta maaf."
Namjoon menyerah, dalam sekali sentak, ia menarik lengan gadis itu hingga tubuh mereka saling menempel. "Hmm... aku juga minta maaf telah menghancurkan barang-barangmu. Sebentar lagi kurirnya akan datang, aku sudah membelikan barang-barang yang aku rusak tadi."

"Eh, padahal tidak perlu—tapi makasih."

Keduanya kembali diselimuti rasa canggung. Apalagi Namjoon, sejak tadi ia sudah menahan-nahan untuk tidak menyentuh Jungyeon karena gadis itu sedang ada halangan, tapi emang dasar birahinya yang mudah terangsang, saat berdekatan dengan gadis ini. Memikirkannya saja, sudah membuatnya tanpa sadar merasakan bagian pusat tubuhnya mengeras.

Merasa tidak nyaman, Jungyeon menggeser duduknya tapi tangannya malah tak sengaja menyentuh benda pusaka milik Namjoon, membuat lelaki itu mengerang nikmat. "Ahh."

Wajah Jungyeon memerah, rasanya ia ingin sekali cepat-cepat kabur dari sini tapi tarikan Namjoon pada tangannya membuat ia kembali ke posisi semula.

Namjoon meletakan kepalanya pada ceruk lehernya. Menghembuskan napasnya disana yang semakin membuat tubuh Jungyeon merinding. "Uhmm—aku sedang ada halangan," peringatnya.

"Aku tahu, tapi ini sudah terlanjur mengeras." Ucapan kotor Namjoon barusan membuat gadis itu tanpa sadar mengumpat dalam hati. Resiko berpacaran dengan orang mesum ya seperti ini.

"Bantu aku mengeluarkannya pakai tanganmu saja, ya? pliss."

|taesana|

Gelar gadis penggoda ulung sepertinya sangat pantas disematkan pada Sana. Lihatlah, gadis itu mengenakan pakaian super ketat dengan potongan dada rendah dan bawahan setengah paha—sukses membuat kulit mulus dan cantiknya itu menjadi konsumsi orang-orang yang lewat.

Dan jika Sana adalah si gadis penggoda, Taehyung adalah si lelaki posesif. Ia langsung bergerak cepat membuka mantelnya lalu diikatkan pada pinggang gadis itu, sedangkan jasnya di sampaikan di bahu hadis itu yabg terekspos. "Kamu kayaknya hobi banget ya bikin aku naik darah? kamu seneng ya jadi pusat perhatian orang?"

Bukannya tersinggung, Sana malah menunjukan senyum cengengesannya yang kelewat imut di mata Taehyung. "Hehe, seneng deh di perhatiin."

Taehyung memutar bola mata, sementara tangannya menarik pinggang gadis itu supaya menempel padanya dengan posesif. "Jangan sering tersenyum seperti itu. Aku tidak suka."

Sana mengerjap lucu, "Kenapa?"

Taehyung mencubit pipi gadis itu gemas. "Kamu masih tanya kenapa? Cuma aku yang boleh lihat senyum kamu itu, yang lain gak boleh."

Pipi Sana bersemu, ia menunduk sembari tersenyum geli. "Cih, apaan sih, geli tahu."

"Gak papa, kamu suka, kan?" Taehyung memberi kecupan gemas pada pipi Sana. Aroma strawberry dan vanilla dari rambut gadis itu membuat lelaki itu semakin betah menciumi pucuk kepala Sana.

"Malam ini kamu nginep di apartemenku lagi, ya? aku rindu."

|theend|

Tiga aja dulu ya, sisanya nanti

Maaf blm bisa bikin oneshoot lagi soalnya gk punya banyak waktu buat nulis

Paling suka sama momennya yg mana nih?🌚 (kalo aku sih, Taesana, gemes aja gitu bayanginya ≧∇≦)

See you💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro