Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

L.O.V.E #2 (Seokjin x You)

Jisoo's pov.

Aku menghembuskan napasku dengan kasar begitu keluar dari ruang guru. Ternyata Kim songsaenim salah memanggil siswi. Siswi yang dicarinya adalah Park Jisoo. Sementara namaku adalah Kim Jisoo. Dia masih muda, lalu kenapa sudah pikun?

Aku melangkahkan kakiku menuju kelas untuk menemui Irene, mungkin saja anak itu sudah kembali dan sekalian untuk mengambil ponselku untuk menelpon sunbae kesayanganku.

Tetapi sayangnya aku tidak menemukan anak itu. Apakah dia Masih saja membaca sepucuk surat bodoh yang ia dapatkan tadi?

Aku melangkahkan kakiku keluar kelas menuju lokerku dan Irene setelah mengambil ponselku yang ketinggalan.

Di jalan aku mencoba untuk menghubungi sunbae kesayanganku. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari seberang sana.

Aku masih terus mencoba untuk menghubunginya. Tetapi masih tidak ada jawaban. Aktivitasku berhenti ketika melihat pemandangan yang ada ada di hadapan ku saat ini.

Seketika saja ponselku meluncur kebawah karna terlalu shock melihat pemandangan ini.
.

Author's pov.

"S-sunbae?!" Akhirnya liquid itu keluar juga mata Jisoo, turun mengenai wajah mulusnya. Ia benar-benar tidak dapat mempercayai semua ini.

Seokjin yang ternyata juga pujaan hati yang dimaksud Jisoo melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Irene.

Betapa hancurnya hati Jisoo saat ini begitu melihat gadis yang dicium oleh Seokjin adalah Irene, sahabatnya sendiri. Ia benar-benar tidak pernah menyangka kalau sahabat lamanya itu berkhianat dibelakangnya.

Sedangkan Irene? Ia sama sekali tidak mengerti akan hal ini.

"Irene, aku benar-benar tidak menyangka kau akan menusukku dari belakang seperti ini. Ku pikir kau tulus bersahabat denganku. Tetapi kenyataanya? Kau malah berkhianat di belakangku. Kenapa harus Seokjin sunbae juga, hah?!"

"A-apa maksudmu Jisoo? Aku tidak mengerti tentang apa yang kau bicarakan."

Irene mencoba untuk menggapai tangan Jisoo. Tetapi Jisoo terlebih dahulu memundurkan langkahnya beberapa langkah. Seperti nya ia jijik di sentuh oleh seorang penghianat?

"Jangan pernah untuk menyentuhku lagi. Aku tidak akan pernah mau mengenalmu lagi! Kita akhiri saja sampai disini persahabatan kita. Dan kau Seokjin sunbae, aku benar-benar tidak menyangka kau akan menyakitiku seperti ini. Ku pikir kau bukan lah namja playboy seperti yang lainnya. Tetapi dugaanku salah. Semua namja itu sama. Sama-sama berengsek!"

Setelah berucap demikian, Jisoo berlari meninggalkan sepasang kekasih itu sambil menangis tersedu-sedu. Betapa hancurnya hati gadis itu. Irene sepertinya hendak menyusul Hyera sahabatnya. Tetapi Seokjin menghentikan pergerakkannya.

"Yak. Lepaskan aku! Aku mau mengejar Jisoo!"

Irene meronta-ronta, mencoba melepaskan genggaman tangan Seokjin. Tetapi namja itu masih saja tidak mau melepaskan Irene.

"Biarkan saja dia pergi!" Kini Seokjin malah jadi setengah membentak gadisnya itu.

"Sebenarnya apa maksud dari Jisoo tadi? Aku sama sekali tidak mengerti akan apa yang dia katakan." Irene menatap tajam kedua bola mata  Seokjin seakan hendak meminta penjelasan dari namja yang ada dihadapannya ini.

Seokjin menghela napasnya dengan berat, seakan tidak ingin memberitahu Irene. Tetapi Irene masih saja meronta meminta penjelasan darinya, membuat Seokjin mau tidak mau harus menjelaskan semuanya.

"Begini. Sebenarnya aku juga tidak mengerti akan gadis itu. Ia terlalu berlebihan menanggapi rasa peduliku padanya. Aku hanya menganggapnya sebagai adikku sendiri. Hanya sebatas itu. Aku tidak menyangka ia akan terlalu berlebihan seperti ini. Dan kumohon, tolong kau jangan salah paham juga."

Seokjin menjelaskan panjang lebar. Seokjin mencoba untuk membuat gadisnya ini mengerti tentang apa yang baru ia sampaikan.

Seokjin menangkup kedua tangan gadis mungil itu, lalu mencium punggung tangan gadis itu. Tetapi Irene langsung saja menarik tangannya kembali.

"Jadi selama ini, kau sunbae kesayangan yang di sebut oleh Jisoo? Kenapa kau sampai sekejam ini, Kim Seokjin?! Aku tidak menyangka kau akan mempermainkan kami begini!"

Raut wajah kecewa terpampang jelas di wajah Irene. Terbukti dari cara bicaranya, caranya menatap Seokjin, nada bicaranya dan jangan lupakan air matanya yang deras itu bak air terjun.

"Tapi bukan begitu Irene. Ku mohon mengerti-"

"Jangan pernah menemuiku lagi sebelum kau bisa membuatku berbaikan dengan Jisoo kembali!"

Irene meninggalkan Seokjin sendiri di depan loker para siswa. Ia tidak mengacuhkan Seokjin yang sedari tadi memanggilnya dan mencoba untuk menyusulnya. Tatapan dari siswa siswi lainnya pun ia abaikan juga."

                                  •••

7 month laters ~
.

Ini adalah ke-tujuh bulan Jisoo mendiamkan Irene. Tidak memerdulikan Irene sama sekali untuk mengajaknya berbicara.

Sepertinya Jisoo benar-benar telah menganggap bahwa Irene dan Seokjin itu tidak ada di permukaan bumi ini. Rasa sesak dan kecewa masih saja bergemuruh di dadanya seakan tidak ada kata maaf untuk mereka berdua.

Sedangkan Irene masih saja mengejar Jisoo mengharapkan kata dimaafkan dari sahabatnya itu walau sudah puluhan kali dia mencobanya, tetapi tetap saja gagal.

Irene melakukannya hal itu karena ia mau mereka berbaikan kembali. Ia benar-benar merindukan masa persahabatan mereka yang dulu lagi.

"Jisoo! Kim Jisoo, tunggu aku! Maafkan aku, Jisoo. aku menyesal. Aku sama sekali tidak mengetahui ini semua sebelumnya. Kenapa kau lama sekali mendiamkanku seperti ini? Kim Jisoo! Jika kau menginginkan Kim Seokjin, aku akan mengikhlaskannya untukmu!"

Walaupun begitu, Jisoo masih saja tidak memerdulikan Irene. Setelah selesai berkemas hendak pulang, ia langsung saja berlalu meninggalkan mantan sahabatnya itu tanpa mengacuhkannya.

Sedangkan Irene, gadis itu tampak belum berputus asa untuk meminta kata maaf dari temannya. Walaupun Jisoo telah pergi berlalu meninggalkannya. Tetapi ia tetap saja mengejar gadis itu.

"Kim Jisoo, dengarkan aku! Kita bisa menyelesaikannya secara baik-baik. JISOO!"

Brukk!

Sebuah suara decitan rem mobil terdengar sangat jelas. Sepertinya terjadi sebuah kecelakaan. Langsung saja pada detik ke-sepuluh, orang-orang langsung berhamburan untuk menolong si korban.

Sementara Jisoo, ia menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang. Ia menghampiri kerumuan orang-orang disana. Matanya berhasil membulat ketika melihat korban kecelakaan itu adalah Irene sahabatnya.

Langsung saja ia memeluk sahabatnya itu yang kini tengah bersimbah banyak darah, membuat bajunya ikut terkena cairan merah itu.

.

In Hospital.

Seokjin tengah berlari terburu-buru ketika mendapatkan kabar bahwa kekasihnya kecelakaan. Langsung saja ia masuk ke rumah sakit tersebut, lalu menanyai petugas yang ada disana tentang dimana letak ruangan gadisnya di rawat.

Setelah berhasil menemukan ruangan inap Irene, Seokjin pun menerobos pintu itu tanpa mengetuk pintunya membuat sang penjaga Irene disana terkejut bukan main.

"APA YANG TERJADI PADA IRENE KU? APA YANG KAU LAKUKAN PADA KEKASIHKU, HAH?! MASIH BELUM PUASKAH KAU MELIHAT PENDERITAANNYA SELAMA INI?!"
Seokjin membentak Jisoo yang ada disana tanpa ada rasa takut sedikit pun. Ia tidak perduli akan isakan kecil yang terdengar dari bibir gadis ini.

"Hiks, maafkan aku..." Ya, itulah dua kata yang mampu Jisoo katakan saat ini.

"Apa katamu? Maaf?! Kau meminta maaf dengan semudah itu setelah kau melukai Ireneku?! Kau hanyalah seorang pengacau yang datang merusak hubungan kami! Dan karna kau, aku telah putus dengan Irene!"

"Maafkan aku. Hiks, aku menyesal. Aku menyesal tidak memerdulikan permintaan maafnya selama ini. Hiks, hiks."

Seokjin membuang arah pandangannya dari Jisoo, seakan muak melihat gadis ini.

Sementara Jisoo, sekarang ia tampak menyesal. Terbukti dari suranya yang terdengar melemah dan tubuhnya yang bergetar hebat. Sebuah suara berhasil menghentikan mereka.

"Euh..."

"Irene? Kau telah sadar? Kau baik baik saja kan?" Seokjin mengusap puncak kepala Irene dengan lembut membuat Jisoo semakin iri pada Irene.

"Apa yang ku lakukan disini?"
Tanya Irene pelan.

"Tadi kau kecelakaan dan-" Ucapan Seokjin terpotong karena Irene yang melihat sosok Jisoo disana.

"Jisoo, kau kah itu? Jisoo, maafkan aku. Ku mohon jangan mendiamkanku lagi. Aku benar-benar merindukan masa-masa kita yang dulu. Katakan apa yang harus ku lakukan agar kau memaafkanku."

Irene mencoba untuk mendudukkan dirinya dan dibantu oleh Seokjin. Jisoo perlahan mendekat ke arah ranjang Irene. Di luar dugaan Irene,  Jisoo memeluk sahabatnya itu dengan sayang.

"Kau tidak perlu meminta maaf lagi, karena aku telah memaafkanmu."

Irene menangis dipelukan Jisoo. Akhirnya, kalimat yang selama ini di nanti-nantinya terdengar juga. Beberapa saat kemudiaj, Jisoo melepaskan pelukannya.

"Gomawo Jisoo. Jeongmal gomawoyo!"

"Dan yang perlu kau lakukan agar aku resmi memaafkanmu adalah, kembalilah ke pelukan Kim Seokjin!"

Irene membelalakkan matanya pada Jisoo seakan meminta penjelasan dari yeoja yang ada dihadapannya ini.

"Aku tidak apa-apa. Lakukanlah untukku, Irene!"

Jisoo mengambil tangan Seokjin dan menggapai tangan Irene, lalu mempersatukan kedua tangan itu. Tidak lama kemudian, disertai senyuman dari Jisoo.

"Kembalilah bersatu! Jangan hiraukan aku. Aku tidak apa-apa."

Irene menatap sahabatnya itu dengan tatapan tidak percaya. Genangan airmata sangat jelas di pelupuk mata mereka masing-masing. Sedangkan Seokjin, ia ikut tersenyum bahagia begitu melihat semuanya kembali membaik.

Dan pada akhirnya, Irene dan Seokjin kembali bersatu seperti pada awalnya. Sementara Jisoo, tidak lama dari kejadian itu, akhirnya ia mendapatkan seorang namja pujaan hatinya lagi, yang bernama Jung Hoseok.

Mereka pun menjalani hubungan mereka penuh dengan kebahagaiaan tanpa ada lagi yang namanya air mata.

.

ㅡFind.

What do you think about this part? Leave vote + coment jusseyo?

Lilly Chan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro