Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Boy Meets Evil (Jimin x You)

Tittle : Boy Meets Evil.

Casting : - Park Jimin (BTS)
                  - Im Nayeon (Twice / You)
                  - Jeon Jungkook (BTS)

Genre : Find by yourself ~

Author : LillyChan07.
.

Happy reading ~

"Jimin! Hentikan!" Aku mencoba untuk menghentikan kegilaan yang dilakukan oleh Jimin. Isakkan tangisanku tak ia perdulikan sama sekali. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghentikannya.

Sementara pria setan itu masih saja belum berhenti. Derasan air hujan bercampur darah tak menjadi penghalang baginya untuk menghabisi mangsanya kali ini. Tidak bisa dipastikan mangsa Jimin kali ini masih bernyawa atau tidak.

"Bukankah sudah ku katakan? Kau harus mati ditanganku hari ini juga."

Dan benar saja tanpa basa-basi lagi, Jimin menancapkan pisau yang telah ia persiapkan sedari tadi ke perut lelaki itu. Aliran darah yang menyembur tak Jimin hiraukan. Ia masih tetap saja menancapkan lalu menusuk nusuk dan mencabik tubuh sang mangsa.

Aku benar-benar frustasi melihat apa yang dilakukan oleh Jimin. Lagi dan lagi. Ya, ini bukan kali pertamanya Jimin seperti ini. Aku menangis dan tak bisa berkata-kata lagi. Ketakutan, isakan, dan trauma menjadi satu. Ya, itulah yang kurasakan saat ini.

"Jimin, hiks ..."

"Kau jahat Jimin. Kau jahat. Lagi lagi kau melakukannya. Aku tidak habis pikir terhadapmu. Kau tak seperti Jimin yang dulu ku kenal. Kau brengsek, Park Jimin." Aku memukul mukul Jimin sambil menangis terisak. Menangis ketakutan mencoba menyadarkan Jimin. Ya, Park Jimin namja ku.

Jimin melepaskan pisau yang ada ditangannya. Menatap kedua telapak tangannya yang penuh dengan limpahan darah. Derasan air hujan membuat pandangannya kabur. Air bercampur darah. Seperti hujan darah yang ia alami saat ini.

Ia beralih menatap sosok itu. Sosok yang telah menjadi mangsanya kali ini. Sosok yang telah terkapar lemas tak bernyawa, yang penuh dengan darah. Tubuh yang tercabik-cabik, dan darah yang berceceran entah kemana perginya.

"A-apa yang telah kulakukan? Kenapa bisa sampai begini?" Jimin mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menjambak rambutnya sendiri lalu berteriak frustasi.

Ya, begitulah yang selalu terjadi. Setelah membunuh, Jimin selalu terlihat seperti orang bodoh yang menyesali perbuatannya.

"N-nayeon?" Jimin memanggilku, lalu menatapku. Ia mencoba mendekati dan meraihku. Namun aku tak bisa. Aku mundur beberapa langkah dan menjauh. Karna aku masih trauma akan apa yang barusan ku lihat. Bagaimana Jimin menghabisi Jeon Jungkook temanku, Bagaimana Jimin mencabik-cabik tubuh Jungkook, dan argh! Semuanya masih teringat jelas dibenakku.

"N-Nayeon? Apa yang telah ku lakukan?"

"..." Jimin masih saja melangkah maju ke arah ku. Aku terus mundur takut Jimin berhasil menggapaiku. Langkahku terhentikan karena merasa punggungku menyentuh tembok dibelakang sana.

Kesempatan ini tak Jimin sia-siakan. Ia terus melangkah maju. Mendekat dan makin dekan. Dan pada akhirnya, Jimin berhasil menyentuhku. Menyentuh wajahku. Aku benar-benar sangat ketakutan. Takut-takut kegilaan Jimin kambuh, dan aku akan menjadi korban yang selanjutnya.

"Sayang? Jawab aku. Apa yang telah ku lakukan?" Jimin membelai pipi tirusku. Tak sengaja entah kenapa, pipi ku berair. Aku menangis. Badanku bergetar hebat. "Tuhan, tolong selamatkan aku."

Aku menutupkan mataku barang sejenak, mencoba untuk menenangkan diri sebentar. Namun, air mataku lolos juga. Aku menggigit bibir bawahku, khawatir bibirku akan mengeluarkan isak tangisan yang akan membuat Jimin makin gila nantinya.

"Mengapa menangis, hm? Kenapa diam?" Kini Jimin tengah membelai rambut panjangku. Mencoba untuk menenangkanku dengan sentuhan darinya. Namun itu salah. Bahkan sentuhan darinya saat ini seperti goresan pisau dikulitku. Wajahnya yang lebam penuh luka, dan tangannya yang penuh dengan darah menambah ketakutanku.

"Sekali lagi kutanya, PARK NAYEON KENAPA KAU DIAM SAJA?!" Tiba-tiba saja volume suara Jimin membesar. Aku benar-benar takut. Takut Jimin berbuat gila padaku. "Tuhan, tolong aku. Bawa aku lari dari sini Tuhan." Batinku menangis.

Namun tak disangka, diluar dugaan, Jimin malah membawaku ke pelukkannya. Ia mengeratkan pelukannya sembari mengecup puncak kepalaku dengan sayang.

"Iljimae sayang. Jangan menagis. Aku tidak akan pernah menyakitimu."

Jimin semakin mengeratkan pelukannya untuk beberapa saat dibawah derasan air hujan.

oOo

Suara keypard laptop masih saja terdengar. Lampu ruangan kerja Jimin masih menyala. Bisa kupastikan bahwa dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Huh, memiliki pasangan seorang detektif memang tidak menyenangkan.

"Kau masih sibuk?" Tanyaku pelan dengan hati-hati.

"Hn, iya." Jawabnya singkat dan masih ter-fokus dengan layar monitor yang menyala itu.

"Belum mau tidur?" Tanyaku lagi.

"Waeyo, hm? Kau sudah mengantuk? Jika ia kau boleh tidur duluan."

"Tidak mau. Aku masih mau menunggu mu." Jawabku dengan bibir yang mengerucut sambil memeluk manja lengan kekarnya.

"Pekerjaanku masih banyak, sayang. Ini akan memakan waktu yang lama. Jika kau masih menunggui ku, kau bisa sakit. Aku tidak mau kau kenapa-kenapa." Terangnya panjang lebar sambil menatap ku dari samping, lalu mengelus kepalaku dengan sayang.

"Huh, baiklah. Aku menurut." jawabku sedikit kecewa.

"Gadis pintar. Jaljjayo chagi. Mimpi indah." Jimin mengecup keningku dengan lembut. Ya, hal yang selalu ia lakukan setiap aku hendak tidur. Perlakuannya yang manis seperti inilah yang membuatku bisa melupakan sifat buruknya untuk beberapa saat.

Boy Meets Evil.

Aku terbangun dari tidurku. Ku raba ranjang disampingku. Masih kosong. Jimin belum tidur. Aku membuka mataku dengan malas, lalu menguceknya pelan. Ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 03.00 KST. Dini hari.

"Kemana dia?"

Samar-samar ku dengar seperti ada seseorang yang sedang berbicara. Hey! Bukankah itu suara Jimin? Dia berbicara dengan siapa? Karena penasaran, aku mengikuti sumber suaranya.

"Ya, tentu saja aku sudah membunuhnya."

"..."

"Aku memanglah teman yang baik bagimu."

"..."

"Aku sudah merobek-robek tubuhnya. Kau boleh mencicipinya sekarang."

"..."

"Apapun akan ku lakukan untukmu teman. Tenang saja."

"..."

"Sekalipun Nayeon mengetahuinya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku memanglah jahat. Namun aku tidak bisa pergi karna pekerjaan ini sangat manis dan menyenangkan sekali bagiku."

"..."

"Tidakperlu berterimakasih, teman. Kita impas."

Aku yang mendengar dan melihat ucapan Jimin barusan tidak bisa berkata-kata. Aku tidak dapat menerima dan mempercayai ini semua. Namja ku berteman dengan iblis. Oh Tuhan. Ternyata iblis itulah yang merasuki suamiku selama ini.

"J-Jimin?"

"N-Nayeon?" Jimin meninggalkan cermin besar itu lalu mendekatiku.

"J-jangan mendekat. Kau siapa?" Sosok itu semakin lama, semakin dekat dengan smirk setan yang tercetak jelas dibibirnya.

"KAU BUKAN JIMIN! KAU SIAPA? WHO ARE YOU?!"

---Fin.
What do you think?
Follow! LillyChan07

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro