Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BANAFSHA | CHAPTER 18

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Kaget di awal pernikahan adalah hal yang wajar, terlebih jika sebelumnya tidak benar-benar saling mengenal."

💍🤲💍

SEPULANGNYA dari masjid usai melaksanakan salat isya berjamaah, Ghazwan langsung memasuki kamar dan mendapati Raiqa yang masih asik membaca al-quran di atas sajadah.

Ghazwan ikut menghamparkan sajadahnya tepat di samping Raiqa. Dia menyimak dengan baik bacaan sang istri, sesekali mengoreksi jika ada yang keliru.

"Bacanya gini lho, Dek ...,"

Dengan sabar dan lembut Ghazwan mengajari sang istri bagaimana cara membaca al-quran yang baik dan benar.

"Yang utama itu bukan lagam, tapi tajwid dan juga pelafalannya. Suara Adek, Mas akui sangat indah dan merdu, tapi nanti kita benahi lagi tajwidnya ya?"

Raiqa mengangguk semangat. "Mas serius mau ngajarin aku ngaji supaya bisa lebih fasih?"

Ghazwan mengelus puncak kepala Raiqa. "Pasti itu, nanti kita ngaji sama-sama ya."

Senyum Raiqa kian lebar. Dia sangat amat mendambakan sosok suami yang benar-benar bisa mengaplikasikan perannya dengan sangat baik. Bukan hanya sebatas teori, tapi juga dibarengi dengan aksi dan diarahkan secara nyata.

"Salat sunnah yuk, Mas," ajaknya.

"Boleh, mau salat sunnah apa emangnya?"

Raiqa menyimpan terlebih dahulu al-quran ke atas nakas lalu membisikkan sesuatu di telinga Ghazwan.

Lelaki itu bergeming, tak sedikit pun buka suara. Bahkan, Raiqalah yang kini tengah berusaha untuk memulihkan kesadaran sang suami.

"Mas masih ada wudu, kan?"

Ghazwan terkesiap saat melihat wajah Raiqa tepat berada di depannya. "Mas ambil wudu dulu sebentar."

Raiqa mengangguk singkat, lalu menata rapi sajadah mereka. Berdiri menunggu kedatangan Ghazwan seraya berdzikir singkat. Setelahnya barulah mereka menunaikan salat sunnah berjamaah.

Suasana malam yang sunyi, semakin menambah kekhusyukan salat. Saling berdialog, dan seolah tengah berbicara langsung dengan Allah. Salat, memang jadi ibadah penenang jiwa. Meskipun singkat, tapi cukup berdampak.

Terlebih Allah sudah menjanjikan, bahwasannya jika kita memperbaiki salat, maka Allah akan memperbaiki hidup kita. Kurang baik apalagi coba? Memang harus lebih banyak bersyukur lagi kita ini sebagai manusia.

Raiqa menyalami Ghazwan saat suaminya itu sudah memutar tubuh. "Mas kenapa? Dingin banget lho ini tangannya, muka Mas juga mendadak tegang. Mas sehat, kan?"

Ghazwan hanya menggeleng, dia kehabisan kata-kata untuk berujar. Debaran di dadanya sungguh luar biasa menyiksa, bisa-bisanya dia dibuat mati kutu oleh istrinya sendiri.

"Tuh, kan sekarang malah sampai keringat dingin lho ini," sambung Raiqa tanpa sungkan langsung mengelap dahi Ghazwan dengan punggung tangannya.

Ghazwan meneguk ludah susah payah, lalu menahan tangan Raiqa lantas berkata, "Mas mau ke kamar Ibu sebentar boleh?"

"Silakan aja, Mas, kenapa harus segala minta izin?"

"Sebentar yo, Dek," katanya lalu bangkit berdiri dan mengelus puncak kepala Raiqa.

Raiqa tak ambil pusing akan gelagat aneh suaminya, dia lebih memilih untuk melipat sajadah lalu duduk bersandar di ranjang dengan masih mengenakan mukena.

Sejenak mengecek gawai, khawatir ada kerjaan masuk, terlebih dia memutuskan untuk cuti beberapa hari. Dia tak ingin terlalu membebani Anjani dalam hal pekerjaan. Mau bagaimanapun Anjani bukan hanya sebatas rekan kerja, melainkan sudah dianggap sebagai saudara.

Dia sedikit tersenyum kecut saat melihat kalender yang ada di gawai. "Sampai lupa, kalau besok jadwal cuci darah," gumamnya.

"Mas Ghazwan mau nggak ya nganterin aku ke rumah sakit?" monolognya seraya meng-scroll tak jelas fitur yang ada di dalam ponsel pintar tersebut.

"Belum genap sehari jadi istri, sudah mau merepotkan. Memang benar-benar kamu ini banyak maunya, Ray. Akan lebih baik, kalau Mas Ghazwan nggak perlu terlalu turut campur ihwal kondisi kesehatan aku. Toh, aku juga sudah biasa apa-apa sendiri, jangan bergantung pada orang lain, Raiqa."

Suara pintu yang dibuka menyadarkannya, dan dengan segera dia pun menyimpan gawai di atas nakas.

"Ibu sudah tidur belum, Mas?" tanyanya.

Ghazwan memilih untuk meletakkan pecinya terlebih dahulu lantas dengan ragu naik ke atas ranjang. "Belum, Ibu itu ndak biasa menginap, jadi emang suka mendadak insomnia."

"Kamarnya kurang nyaman mungkin, Mas. Mau pindah? Masih ada kamar kosong, kan, atau mau ganti kasur baru? Kurang empuk kali kasurnya. Ada kok kasur di gudang, masih disegel juga," cerocos Raiqa.

Ghazwan menggeleng kuat. "Justru kamar di rumah ini sangat luas dan nyaman, kasurnya juga empuk-empuk lagi, beda sama di kampung."

"Ya terus?"

"Ibu hanya ndak biasa, tapi Adek ndak usah khawatir kalau sudah benar-benar mengantuk nanti juga tepar kok," sahutnya berusaha menenangkan.

"Besok Ibu mau pulang ke Solo ya, Mas?"

Ghazwan mengangguk. "Kenapa, to?"

"Nggak papa, Mas, aku kira Ibu akan tinggal lebih lama di sini."

"Ambar harus sekolah nggak bisa izin terlalu lama. Ibu juga ada kerjaan, kan di Solo. Dan, Jaka juga harus kembali kuliah. Insyaallah nanti kalau mereka senggang, pasti bisa tinggal lebih lama di sini," terangnya memberi pemahaman.

"Besok keretanya pagi, kan, Mas?"

"Iya."

"Mas mau langsung ke RA?"

"Ndak dulu, Mas disuruh libur sama Raziq. Kenapa emangnya, Dek?"

Raiqa tersenyum tipis. "Nggak papa, nanya doang emangnya nggak boleh?"

"Yowes, kalau gitu kita istirahat. Mukenanya dilepas dong, Dek, masa tidur mau pakai mukena sih?" ujar Ghazwan.

"Buka nih?"

Sebuah anggukan kecil Ghazwan berikan.

Tanpa ragu Raiqa membuka mukena bagian atasnya. Rambut hitam bergelombang sebatas pinggang langsung terpampang. Dia tertawa kecil saat mendapati raut keterkejutan di wajah suaminya.

Refleks Ghazwan menggaungkan istighfar saat Raiqa membuka lepas seluruh mukenanya. Tapi, Raiqa malah tertawa karena merasa gemas sendiri melihat ekspresi sang suami.

"Maafkan istrimu ya, Mas, mata sucinya sedikit ternodai," ujar Raiqa tanpa rasa bersalah.

Melihat penampilan Raiqa tanpa hijab saja sudah membuat Ghazwan panas dingin, apalagi sekarang perempuan itu tengah memakai gaun tidur yang hanya sebatas lutut.

Raiqa yang dia kenal sangat tertutup dalam hal penampilan, abaya hitam dan juga kerudung lebar sudah jadi identitas perempuan tersebut. Tapi, lihatlah sekarang?

Sungguh bukan seperti Raiqa Shezan Banafsha.

"Mas lebih suka wangi yang mana?" cetus Raiqa tanpa izin langsung menyemprotkan parfum di pergelangan tangan Ghazwan.

"Yang ini," sahut Ghazwan.

Raiqa manggut-manggut paham. "Baik kalau gitu, mulai sekarang dan seterusnya aku akan pake parfum ini kalau lagi sama Mas."

"Aku mau potong rambut, menurut Mas gimana?"

Ghazwan menilik sejenak ke arah surai sang istri yang begitu terawat dengan baik. "Kenapa dipotong?"

"Untuk menyenangkan Mas, aku rasa Mas nggak suka lihat rambut panjang aku. Bener, kan?"

"Kenapa harus melakukannya untuk menyenangkan Mas? Kan itu hak Adek, mau dipotong, mau nggak juga, Mas ndak masalah."

"Aku mau mengambil lebih banyak pahala dari menyenangkan hati suami. Boleh, kan?"

Ghazwan tersenyum lebar mendengarnya. "Belajar gombal dari mana, hm?"

"Dari Mas Ghazwan, lha!" sahutnya begitu santai.

Ghazwan menggelitiki pinggang Raiqa, sampai perempuan itu bergerak tak tentu arah karena kegelian. Tawa keduanya menguar, mereka sudah seperti anak kecil yang tengah saling menjahili satu sama lain.

Gerakan tangan Ghazwan terhenti seketika. "Maaf, Mas ndak sengaja," katanya lalu menutup kaki jenjang Raiqa yang sempat tersingkap dengan selimut.

Raiqa menarik tangan Ghazwan dalam genggaman. "Mas nggak perlu minta maaf, lebih dari sekadar melihat juga boleh."

Sontak Ghazwan pun sedikit mundur. "Ehh, maksud Adek apa ini?"

Raiqa terkekeh kecil. "Ternyata Mas ini lucu juga ya," katanya lalu mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur.

💍 BERSAMBUNG 💍

Padalarang, 12 Januari 2024

Emang bowleh semati kutu itu, Wan? 😂😌 ... Percayalah perempuan yang selalu tampil tertutup, justru dia lebih suka tampil terbuka kalau lagi di rumah. Abaya dan kerudung lebar hanya identitas luar doang. 🤣🤭

Maaf banget ini, WP kayaknya eror Chapter 17 & 18 isinya sama. Bismillah kali ini nggak ya. Maaf atas ketidaknyamanan 🙏☺️

Dilanjoott nggak nih?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro