Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 25

   Malam ini, langit terlihat cerah. Meski tidak menghadirkan terang seperti siang, tapi kerlap-kerlip gemintang cukup menggambarkan semuanya. Pun dengan bulan yang sinarnya begitu indah.

Rencana Tuhan sungguh tidak terduga. Selalu berhasil memberikan surprise untuk para hamba-Nya.

Arka tidak tahu, kebaikan apa yang sudah ia lakukan, hingga Tuhan mengirimkannya seorang bidadari berwujud manusia seperti Anin. Tidak pernah terlintas sekalipun, sedikitpun di dalam pikirannya, jika akhirnya dia malah jatuh cinta pada seorang wanita yang awal mula pertemuan mereka karena sebuah perjodohan. Perjodohan yang itu pun dulu sangat tidak diinginkan oleh Arka. Perjodohan yang menurutnya sangat konyol.

"Mas, makan malamnya udah siap." Arka yang tadinya tengah berdiri di balkon, menatap langit malam berbalik saat mendengar suara yang selalu ia rindukan saat mereka berjauhan, menyapa rungunya.

Anin berdiri di ambang pintu. Jangan lupakan senyum manis yang tidak pernah absen wanita itu suguhkan untuk sang suami.

***

   "Mau ke kedai jam berapa?" tanya Arka di sela-sela sarapan mereka.

Anin menelan kunyahan nasi goreng suapan terakhirnya lalu menegak air putih. "Sekitar jam delapan, maybe. Tapi kayaknya bakal siangan dikit, deh."

"Lho, kenapa? Ada masalah?" tanya Arka yang kemudian menyeruput kopinya.

"Aku hari ini, kan, mau ke kantor. Nyerahin surat pengunduran diri. Lupa?"

"Oh iya, aku anterin aja, gimana? Sekalian ada yang mau aku bicarain sama bos kamu itu."

"Bicara soal apa?"

"Urusan laki-laki, kamu perempuan nggak bakalan ngerti."

"Gayamu, Mas-Mas."

Anin beranjak berdiri. Menumpuk piring kotor beserta gelas dan membawanya menuju dapur untuk dicuci.

Setelah obrolan singkat malam itu, dua hari kemudian Anin akhirnya bisa bertemu dengan Ardan dan membicarakan semuanya. Menurut Anin, lebih cepat lebih baik.

Nia juga turut hadir hari itu. Namun, wanita itu nampak lebih pucat dari biasanya. Anin sempat bertanya, namun Nia mengatakan tidak apa-apa. Ardan pun demikian.

Arka juga datang, namun sedikit terlambat. Laki-laki itu harus menghadiri meeting terlebih dahulu. Dan Anin bersyukur, hubungan Ardan dan Arka kembali seperti semula. Dia sempat merasa tidak enak saat keduanya seolah saling menjauh hanya karena dirinya. Tapi hari itu, melihat keduanya yang bersikap seperti biasanya lagi, membuat Anin bisa menghembuskan napas lega.

Dan sesuai tujuan awalnya bertemu dengan Ardan, Anin membicarakan semuanya. Tidak tertinggal sedikitpun.

Hingga akhirnya, kini kedai yang diberikan Ardan sudah sangat terkenal di berbagai kalangan. Kedainya juga menjadi salah satu tempat pilihan favorit untuk bersantai.

Untuk rumah … Arka sempat mengusulkan untuk disewakan saja. Ardan pun setuju. Tapi, Anin menolak dengan beberapa alasan yang cukup kuat. Lantas pilihan kedua, menyerahkan rumah itu kepada Ardan dan Nia. Awalnya tentu Ardan menentang keras. Tapi, bukan Anin jika dia mau mengalah begitu saja. Lagipula, rumah itu sudah menjadi miliknya, jadi dia berhak memberikan rumah itu kepada siapapun yang dikehendakinya. Yaa meskipun rumah itu persis seperti apa yang dia impikan. Anin juga merasa tidak enak terhadap Nia. Bagaimanapun, rasanya sangat tidak pantas untuk Anin menerima semua pemberian Ardan, apapun alasannya.

Urusannya dengan Ardan selesai. Anin merasa sangat lega. Hubungan keduanya kini terjalin normal. Hubungan antara teman sekaligus sepupu.

Rumah lamanya yang dibeli Arka kembali, berencana akan ditinggali oleh adiknya, Nisa saat gadis itu mulai kuliah nanti. Arka setuju. Daripada rumah itu kosong. Selain itu, rumah tersebut juga rumah yang tidak hanya menyimpan kenangan bagi Anin, tapi juga bagi semua saudarinya. Arka rasa, tidak ada yang salah dengan keputusannya.

"Kamu udah yakin, kan, mau resign?" tanya Arka ketika mereka sudah dalam perjalanan.

Anin memutar bola matanya malas. "Kemarin-kemarin yang paling keras nyuruh Anin resign siapa coba?" cibirnya.

"Kan, demi kamu sama calon baby juga, sayang ...." Bernama Arka, seorang laki-laki yang pantang menyerah dalam adu mulut dan selalu punya beribu alibi ketika mulai tersudutkan.

"Yaaa itu. Karena Anin mikirin baby, makanya Anin resign."

Sebelah tangan Arka menggenggam jemari Anin. Lantas, membawanya ke depan bibir. Mengecup singkat dan kemudian meletakkannya ke pipi. "Kamu mungkin udah bosan dengarnya, tapi aku nggak pernah bosan bilang terima kasih sama kamu." Sekilas Arka melirik Anin yang tengah menatapnya.

Kepala Anin ditariknya agar bersandar pada lengan kirinya. Anin sendiri pun menurut saja. Sepanjang perjalanan, mereka berkomunikasi dari hati ke hati. Tidak mengizinkan siapapun mendengar perbincangan mereka, kecuali Allah. Dan cukup Allah saja.

***

   Sejauh mata memandang, cahaya jingga itu menjadi sebuah objek yang paling menarik menurut indra pengelihatan beberapa insan. Semilir angin yang berhembus lembut turut menyempurnakan momen sore itu. Deruan halus ombak bagai sebuah alunan merdu yang mengiringi setiap detik berganti menit, berganti lagi menjadi jam.

Di antara keramaian orang yang tengah menikmati keindahan alam di sore itu, terdapat satu pasangan yang seolah merasa jika dunia hanya milik mereka berdua.

"I love you," bisik Arka tepat di samping telinga Anin. Tangannya melingkar mesra di perut Anin yang semakin membuncit seiring berjalannya waktu.

Sudah hampir seminggu kedua anak manusia itu menghabiskan waktu berdua di sebuah pulau. Sengaja mengambil cuti demi saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Sekaligus mengganti honeymoon mereka yang tertunda waktu itu.

Usia kandungan Anin kini sudah memasuki minggu ketiga puluh. Dan sebentar lagi, mereka resmi menjadi orangtua.

"I love you too,"  jawab Anin sambil tangannya mengusap punggung tangan Arka. Kepalanya disandarkan pada dada bidang sang suami. Tempat ternyaman yang selalu membuat dirinya merasa dilindungi dan disayangi.

Sorot mata Anin lurus ke depan. Seolah tengah menatap masa yang belum tiba. Seakan-akan, dirinya bisa menyaksikan apa yang akan terjadi di masa depan dengan bermodalkan sebuah harapan yang berasal dari penelisikan kenyataan.

Rasa syukur tidak terbendung. Melalui lirihan doa yang disampaikan oleh hati, Anin berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengirimkan malaikat berwujud manusia seperti Arka. Seseorang yang kini menjadi imamnya, insya Allah dunia dan akhirat.

Apapun yang terjadi ke depannya terhadap rumah tangga mereka, Anin hanya bisa berharap, jika Tuhan meneguhkan hati keduanya untuk terus meniti di atas jalan yang sama, dengan saling bergandengan menuju jannah-Nya. Tanpa kata pisah di dalam perjalanannya.

Anin pun berharap, semoga Tuhan selalu membuatnya jatuh cinta pada setiap detik yang mereka lalui. Hingga tiada celah bagi kata bosan menyelinap di antara keduanya.

Inilah akhirnya jalan yang harus ditempuh Anin. Bukan bersama orang yang dicintainya, tetapi bersama seseorang yang dikirim Tuhan untuk melengkapi separuh agamanya. Kekasih halalnya, Arka.

*****

END

Sungai Raya Kepulauan, Senin 4 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro