Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 4

Junhyung mematung, saat memasuki studio musiknya. Keberadaan sosok Somin membuat namja itu terkejut. Cukup lama Junhyung hanya mematung ditempatnya. Sebelum kemudian melangkah pelan menghampiri Somin.

"Neo wasseo" Somin yg mendengar langkah mendekat segera menoleh dan menghentikan aktivitasnya memainkan ponsel.

Sembari menunggu Junhyung, Somin memang terus memainkan ponselnya. Mencari satu dua hal yg akan membantu pekerjaan barunya. Sehingga yeoja itu sempat tak menyadari kehadiran Junhyung.

"Kenapa kemari?" Junhyung sebisa mungkin menyembunyikan ekspresi terkejutnya

"Karena merindukanmu" jawab Somin

Jantung Junhyung seketika berdetak tak teratur karena balasan itu. Membuatnya seketika merasa tak nyaman.

"Jangan bercanda" senyum yang diurai Somin membuat Junhyung meragukan kata-kata yeoja itu.

"Aku terdengar seperti sedang bercanda ya?" Senyum Somin melebar, untuk menutupi kekecewaan dihatinya karena balasan Junhyung.

"Aku sibuk Somin-ssi, kalau kau datang untuk bermain maka pergilah" Junhyung mengeser sebuah kursi dan duduk.

"Apa aku pernah bermain-main dalam satu hal?" Somin menyandarkan tubuhnya didekat Junhyung, seraya menatap mamja itu yg mulai terlihat menyibukkan diri.

Junhyung terlihat tak perduli, atau tepatnya berpura-pura tak perduli.

"Baiklah..anggap seperti itu" kebungkaman Junhyung, dan juga fokusnya yg tidak tertuju pada Somin memaksanya mengurai hal tersebut.

"Aku datang untuk ini" Somin mengarahkan sebuah map, membuat Junhyung menoleh padanya.

"Apa ini?" Tanpa meraihnya, Junhyung bertanya

"Ada sebuah proyek drama musical yang sedang kutangani. Dan aku perlu seorang komposer untuk mengarasement ulang lagu-lagunya. Aku tak memiliki banyak kenalan, karena itu aku datang. Karena kudengar dari Gyuri, kalau kau sudah menjadi komposer terkenal sekarang" jelas Somin

Junhyung meraih map pemberian Somin dan membukanya

"Bacalah dulu, lalu putuskan. Aku tak memaksamu menerima proyek ini. Karena aku juga tak bisa menjanjikan bayaran besar padamu. Tapi...jika memang kau tak bisa, kuharap kau bisa menunjuk komposer lain yang akan membantuku. Karena aku benar-benar tak mengenal satu komposer pun" kembali Somin berujar

"Bukankah seharusnya appamu bisa mempermudah segalanya Jung agassi?" Masih dengan fokus yang mengarah pada map ditangannya, Junhyung bertanya.

"Bukan satu komposer, bahkan kau bisa mendapat puluhan komposer terbaik di Korea untuk proyekmu, dengan bantuannya." Kali ini Junhyung mengadahkan pandangannya pada Somin

Mereka beradu pandang kini, membuat Somin kembali menghias wajahnya dengan senyuman.

"Budak merdeka tidak mungkin meminta bantuan dari majikan lamanya Yong Junhyung" balas Somin penuh arti.

"Ne?" Kening Junhyung berkerut.

"Pikirkan saja dulu, setelah kau membuat keputusan maka hubungi aku" Somin menyandang tasnya, kemudian beranjak.

Yeoja itu melangkah ringan menuju pintu keluar bersama tatapan mata Junhyung.

"Aaahh..." Somin menahan langkahnya tepat didepan pintu masuk "nomer ponselku belum kuganti, jika kau bingung akan menghubungi kemana maka hubungi nomer lamaku" jelasnya seraya berbalik menatap Junhyung.

Senyum lebar Somin hadiahkan pada Junhyung. Sebelum kemudian berlalu setelah melambaikan tangannya.

"Membuat gila" gerutu Junhyung setelah sosok Somin tak lagi ada disana

*

Sudah lebih dari dua jam Junhyung menatap map yg diberikan Somin. Sesekali bahkan namja itu melirik pada ponselnya. Dia berpikir untuk menghubungi Somin, namun sesaat kemudian dia segera mengurungkan hal itu. Dia terus saja tenggelam dalam keragu-raguan sejak dua jam yg lalu. Tak benar-benar tahu harus bekerja sama dengan cinta pertamanya itu atau tidak.

"Aissshh....benar-benar membuat gila" Junhyung mengacak kesal rambutnya.

Junhyung sudah merasa frustasi dengan pekerjaannya yg tak juga selesai beberapa hari ini. Dan sekarang proyek Somin semakin membuatnya frustasi. Sebenarnya Junhyung bisa saja menolak tawaran itu, jika bukan Somin yang memintanya. Namun masalahnya, pekerjaan itu diberikan oleh yeoja yg selama ini secara diam-diam masih dirindukan olehnya. Dan itu membuat Junhyung serba salah.

Dia ingin begitu saja mengabaikan yeoja kejam yang pergi tanpa mengatakan apapun padanya. Dan menghilang tanpa memberi kabar sedikitpun. Akan tetapi rasa rindu, dan mungkin sedikit perasaan cinta yg tersisa membuat Junhyung tak mampu mengabaikan Somin. Terlebih dia sempat mendapati yeoja itu menatapnya penuh harap. Seolah selain Junhyung, tak ada yg bisa membantunya.

"Oppa" sosok Naeun muncul dibalik pintu ruang kerja Junhyung

Junhyung menoleh, dan tersenyum pada yeoja itu

"Neo wasseo" sambutnya seraya menyerahkan map pemberian Yeojin diatas meja

Naeun mengangguk cepat, dan melangkah pelan menghampiri Junhyung.

"Oppa sudah makan?" Ujarnya setelah menghentikan langkah dihadapan Junhyung

"Ajik" Junhyung menggeleng

"Kalau begitu ayo makan siang bersama" ajaknya

Kali ini Junhyung mengangguk, seraya bangkit dari duduknya. Setelah menyanbar jaket denimnya, Junhyungpun beranjak dari tempat itu bersama Naeun.

*

Somin memasang senyum terbaiknya, dihadapan seorang namja yang merupakan calon insvestornya. Yeoja itu baru saja selesai menjelaskan tentang drama musical yang akan dia buat. Dan kini dia hanya tengah menunggu namja dihadapannya membuat keputusan.

"Cerita ini sudah terlalu sering diangkat untuk sebuah drama musical, bukankah kau tahu." namja itu meletakkan proposal yg diberikan Somin keatas meja

"Ne...algessemnida" dengan mempertahankan senyumnya, Somin menjawab

"Bukan satu dua kali, kupikir...sudah puluhan kali drama musical ini diproduksi beberapa PH, dan...hanya beberapa yg berhasil" lanjutnya

"Ne...anda benar" Somin tak menyanggah hal itu

"Dan sekarang kau kembali mengangkat judul yg sama, tidakkah ini beresiko. Bahkan...didalam proposalmu, kau belum mencantumkan nama pemain drama itu" namja paruh baya dihadapan Somin sudah menyilangkan tangannya didada.

"Sebenarnya sudah ada beberapa nama yang kami persiapkan. Hanya saja kami sengaja menyimpan itu terlebih dulu. Kami ingin mengumpulkan para investor dulu sebelum menentukan para pemain. Agar kami lebih mudah menyesuaikan kontrak pemain dengan investasi yg kami dapatkan" terang Somin

"Tapi itu jadi terkesan seperti kami akan berinvestasi kosong, karena kami sebagai investor bahkan tak bisa mengira-ngira apa yg akan kami pertaruhkan" balas namja itu

"Tak bisakah kita berinvestasi atas rasa saling percaya. Kami tidak akan membohongi anda. Kami yakin proyek kami akan berhasil" Somin meyakinkan sang investor.

"Ini bisnis agassi, dalam bisnis kepercayaan didapat setelah kau melihat peluang yg ada. Jika peluang belum terlihat, maka kami sebagai investor tidak akan memberi kepercayaan" sambut namja itu

Somin menghela nafas berat mendengar itu, namun tetap mempertahankan senyum diwajahnya.

"Tapi...mungkin aku bisa memberi pengecualian kali ini" ucapan namja itu membuat Somin memandangnya lekat.

Harapan membuat senyum yg coba dipertahankan Somin semakin terkembang diwajahnya.

"Aku bisa menginvestasikan uangku untuk proyekmu, asal kau...mau menginvestasikan tubuhmu untukku" ujar namja itu tanpa basa-basi

Tahu arah pembicaraan namja itu, senyum Somin-pun memudar sesaat. Sebelum kemudian dengan terpaksa kembali dikembangkannya.

"Apa semudah itu anda mau berinvestasi?" Ujarnya dengan suara yang terdengar rendah. "Hanya dengan membayar tubuhku?" Lanjutnya kemudian

"Ne...penawaran menarik bukan? Kau..bisa mendapatkan investasi tak terbatas dariku, berapapun yg kau mau. Hanya dengan menginvestasikan tubuhmu" tanpa beban namja itu berujar

Somin menganti senyumnya dengan ukiran senyum sinis kini.

"Majayo....itu penawaran menarik, tapi...bisakah aku mengajukan syarat untuk tawaran ini" balas Somin.

"Tentu" jawab namja itu masih dengan nada yg sama

"Ceraikan istri anda, dan jadikan aku pengantinya. Maka...dengan senang hati aku akan menginvestasikan segala hal yg ada di diriku untuk anda" senyum Somi memudar kini.

"Mwo?" Ekspresi namja dihadapan Somin berubah, membuat yeoja itu menatapnya sinis.

"Anda bahkan masih memakai kekayaan istri anda, tapi anda dengan sombongnya ingin membeliku dengan uangnya" Somin berujar pedas

"Ya! Kau..."

"Lepaslah dari bayang-bayang istri anda, jika anda mau mencari kesenangan lain. Jangan mempermalukan diri sendiri, dengan membayar yeoja menggunakan uang yang bukan milik anda. Itu sangat...sangat memalukan apa anda tahu. Bahkan lebih memalukan dari menelanjangi diri sendiri didepan umum" Somin bangkit dan nampak menyambar proposal miliknya.

Yeoja itu segera berlalu tanpa berpamitan, dengan wajah merah padam karena emosi. Dengan gerakan kaki lebar dia meninggalkan tempat pertemuan itu. Yang menghadirkan jutaan rasa kesal bersarang dihatinya.

*

"Kau disini" sapa Junhyung pada sosok Doojoon yg sudah ada di studio musiknya

"Igot mwoya?" Bukannya membalas sapaan Junhyung, Doojoon justru bertanya seraya mengangkat map yg diberikan Somin

Junhyung hanya tersenyum getir, seraya duduk disisi Doojoon

"Sejak kapan kau berurusan dengan drama musical?" Tanyanya kemudian

"Sejak hari ini...mungkin" balas Junhyung

Doojoon mengerutkan keningnya, sedangkan Junhyung meraih map ditangan sang sahabat.

"Kau tahu siapa yg memberikan ini padaku?" Pertanyaan Junhyung dibalas gelengan oleh Doojoon

"Jung Somin" mata Doojoon membulat penuh mendengar nama yeoja itu

"Jung Somin?" Ulangnya dengan raut wajah terkejut

Junhyung tersenyum tipis, bersama pandangan yg sudah mengarah pada map yg berada ditangannya.

"Untuk apa dia memberimu proyek ini? Apa ini salah satu caranya untuk coba mendekatimu lagi?" Selidik Doojoon

"Boleh aku berpikir seperti itu?" Junhyung menatap Doojoon

"Kau berharap seperti itu?" Doojoon balik bertanya

"Entahlah...aku tak benar-benar tahu apa yg kuharapkan. Semenjak dia kembali, aku seperti kehilangan diriku sendiri" Junhyung meletakkan sikunya diatas meja

"Apa kau masih mengharapkannya?"

"Mungkin...tapi aku tak yakin" Junhyung menjawab ragu

"Whae?" Tanya Doojoon

Junhyung menggeleng pelan membalas itu, membuat Doojoon yg merasa tak puas dengan reaksi sang sahabat mengerutkan keningnya.

"Sudah sangat lama dari saat dia pergi meninggalkanku. Karena itu aku tidak yakin aku mengharapkannya, atau hanya merindukan waktu bersamanya. Karena dulu...kami benar-benar sangat dekat. Bahkan sebelum aku memastikan rasa sukanya, kami memiliki waktu yg hangat. Aku sendiri tak yakin apa yg kurindukan darinya. Kenangan itu...atau perasaan yg mengantung diantara kami. Karena itu aku menjadi tak yakin atas apa yg kurasakan sekarang padanya" urai Junhyung panjang

"Tak coba mencaritahu?" Doojoon menyentuh ringan bahu Junhyung

"Kenapa kau tak menyarankan untuk melupakannya. Aku memiliki Naeun disisiku sekarang" Junhyung menoleh pada Doojoon

Doojoon menarik tangannya dari bahu Junhyung dan mengangguk ringan. Namja itu bahkan baru menyadari sosok disisi Junhyung saat ini.

"Aku harus menolak ini, itu cara terbaik saat ini bukan?" Junhyung coba meminta dukungan Doojoon

Doojoon mengangguk kaku, hanya agar membuat Junhyung tenang. Dia tahu pasti bukan sebuah nasehat yg dibutuhkan sang sahabat saat ini. Melainkan hanya sebuah penegasan untuk meyakinkan hatinya yg ragu.

*

"Ini membuatku gila" sungut Somin seraya meremas kesal rambutnya

Sungkyu yg melihat itu nampak menghela nafas berat, sebelum kemudian menghampiri Yeojin dan duduk dihadapannya.

"Bukankah sudah ku katakan sebelumnya ini tidak mudah" Sungkyu mengingatkan hal tersebut pada Somin

Somin balas memandang lurus Sungkyu seraya mengigit bibir bawahnya pelan

"Kau juga pernah ditawarkan hal semacam ini?" Tebaknya segera

"Ne...beberapa kali, walaupun aku tidak memiliki dada yg bagus sepertimu. Tapi kau tahu, wajahku cukup cantik untuk memikat para CEO itu" Sungkyu menyelipkan candaannya disela balasan yg dia urai pada Somin

Somin tertawa pelan mendengar itu, sementara Sungkyu tersenyum tipis

"Hanya kau yg mengabaikan wajah cantikku, dan memilih menghabiskan malam bersama..."

"Ya!" Hardikan keras Somin memutus kata-kata Sungkyu

"Araso...araso...aku tak akan mengungkit namja itu" tukasnya kemudian

Somin menghembuskan nafas berat, kemudian nampak bangkit dari duduknya. Yeoja itu berjalan menuju jendela kini, menatap langit senja yg kemerahan.

"Somin-a" panggil Sungkyu yg disambut gumamam pelan Somin

"Untuk apa kau kembali?" Pertanyaan Sungkyu membuat Somin memutar tubuh menghadapnya.

"Whae? Apa aku sudah tak boleh kembali ke negaraku?" Somin balas bertanya

"Ani...bukan begitu, hanya saja...bukankah kehidupanmu sangat baik disana. Kau bisa mengembangkan dirimu dibidang apapun. Dan seperti yg pernah kau katakan, itu akan sangat sukses dengan mudah. Lalu kenapa kau kembali, dan berusaha memulai sesuatu yg rumit bersamaku?" Sungkyu menjelaskan maksud pertanyaannya.

Somin tersenyum sebelum membalas pertanyaan itu, kemudian nampak mengurai jawabannya.

"Alasan kedua aku datang adalah karenamu. Karena mendengar kau mau melepaskan dunia yg begitu kau cintai, karena itu aku kembali" tukasnya

"Lalu alasan pertama?" Sungkyu menyilangkan tangannya didada

"Aku kembali untuk seseorang yang tidak menungguku" senyum getir Somin kembangkan

"Siapa dia?" Alis Sungkyu bertaut

"Dia...namja yg selalu kurindukan" Somin kembali membalik tubuhnya, menatap lukisan alam yg tersaji didepan matanya.

*

Junhyung meletakkan map yg dia bawa kehadapan Somin, seraya menyilangkan kakinya.

"Ini bukan bidangku, aku tak bisa ikut dalam proyekmu" tanpa melakukan intro Junhyung segera mengutarakan penolakannya

Somin kecewa dengan itu, namun coba menutupinya dengan tersenyum.

"Whaeyo? Apa karena kami tak bisa menjanjikan bayaran besar?" Sungkyu yg mendampingi Somin bertemu dengan Junhyung saat itu segera bertanya.

"Ayolah Honey...Junhyung bukan namja seperti itu. Dia bekerja tidak hanya untuk uang, bukan begitu Junhyung-a" Somin menangggapi pertanyaan Sungkyu

"Ani...rekanmu benar, aku mundur karena bayaran yg kudapat tidak sesuai" sambut Junhyung berbohong

Ada sakit dihati Somin mendengar itu, namun yeoja itu masih mencoba menahan senyumnya.

"Begitukah?" Somin tertawa hambar

"Ternyata orang-orang bisa berubah ya, bersama waktu yg berlalu" lanjutnya kemudian

"Bukankah kau juga begitu, kau...bahkan sudah berubah banyak" balas Junhyung dengan tatapan yg terkesan dingin.

"Menurutmu aku berubah?" Somin membalas tatapan dingin Junhyung dengab pandangan datar.

Junhyung tak membalas, dia hanya menatap dalam mata Somin

"Aku pikir kaulah yg tak benar-benar mengerti aku sejak dulu. Karena itu kau pikir aku berubah" lanjutnya masih dengan ekspresi yg sama

"Kurasa itu benar, aku tak pernah mengerti dirimu. Sejak dulu" balas Junhyung

Somin melebarkan senyumnya walau sedikit terpaksa. Lalu meraih map yang dikembalikan Junhyung padanya.

"Jadi...bisa kau merekomendasikan komposer lain untukku?" Dengan berusaha keras menekan sesak dihatinya, Somin bertanya

"Tidak...dan tak akan pernah, kau bisa mencarinya sendiri" Junhyung bangkit dari duduknya

"Kau tak ingin membantu teman lamamu Yong Junhyung" Somin memberi tekanan pada kata teman didalam kalimatnya, dan itu menyakitkan baginya dan juga Junhyung.

"Mian...aku tak ingin berada dalam lingkaran itu lagi. Karena butuh waktu bagiku keluar dari dalamnya. Jadi tolong, jangan memaksaku masuk lagi kesana. Dan menyiksaku seperti dulu kau menyiksaku" Junhyung berujar dingin

Somin tertawa pelan, kemudian mengangguk lemah.

"Aaaah...aku tak tahu kalau aku menyiksamu" dada Somin kian sesak.

"Mian...Junhyung-a" Somin mengadahkan wajah menatap Junhyung yg berdiri dihadapannya

Junhyung tak membalas, dia hanya menghela nafas berat sebelum kemudian berlalu.

"Mwoya? Ada apa?" Sungkyu yg tak benar-benar paham dengan kondisi itu coba mencaritahu

"Ada banyak hal, yang mungkin akan menghabiskan waktu yg panjang jika diceritakan" balas Somin seraya bangkit

"Jja....ayo kita mulai dari awal lagi" ucapnya kenudian

"Lagi? Tidakkah seharusnya kita menyerah?" Sungkyu ikut bangkit

"Menyerah itu tidak ada dalam kamusku honey" Somin mengusap pipi Sungkyu

"Tapi..."

"Kita mulai dengan mencari investor baru, lalu setelah itu mencari komposer yg akan membantu kita" Somin bergerak meninggalkan Sungkyu yg sudah bersungut kesal

Yeoja itu terus mengurai rencananya, memaksa Sungkyu mengejar langkah Somin. Dengan menahan rasa kesal yg sudah bersarang dihatinya, Sungkyu terus menemani langkah Somin.

*
TBC

Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement

🌻HAEBARAGI🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro