Bagian 2
Somin menatap lurus sang ayah yang nampak membaca Koran paginya. Bersama secangkir kopi yang sudah mendingin karena tak tersentuh. Namja itu terus membalik, satu persatu halaman Koran yang dipegangnya. Tanpa sedikitpun memperhatikan Somin dihadapannya
"aku ingin berada dikelasku yang sekarang" dengan mengerahkan keberaniannya, akhirnya Somin mengungkapkan apa yg dia inginkan
Pelan tuan Jung menurunkan korannya, dan menatap Somin yang sudah memandangnya lurus.
"aku ingin ada dikelasku yang sekarang" Somin mengulang keinginannya pada sang ayah saat mata mereka bertemu
Koran yang semula berada ditangan tuan Jung, namja itu singkirkan kini. Karena dia ingin lebih fokus pada Somin yang memandangnya penuh harap.
"Somin-a, appa pikir kau cukup paham dengan apa yang appa katakan kemarin. Kalau diantara kita tidak ada negosiasi" tegas tuan Jung dingin
"tapi appa, aku tak mau pindah kelas. Aku sudah merasa nyaman dengan kelasku yg sekarang" Somin masih memasang ekspresi yang sama.
"kau akan segera nyaman dengan kelas barumu, jadi jangan terlalu cemas" balas tuan Jung mudah
"appa..." Somin berujar sedikit merengek, berharap tuan Jung luluh
"jangan bersikap manja, dan lakukan saja semua kata-kata appa tanpa membantah" tuan Jung terlihat meraih kembali Koran paginya
"tidakkah aku bisa memilih kehidupanku sendiri? Kenapa aku harus mendengarkan semua kata-kata appa?" protes Somin karena tak mampu membujuk tuan jung dengan wajah memelasnya.
Tuan Jung menatap lekat Somin, yg sudah membulatkan mata kearahnya
"karena kau putri appa, dan kau harus mendengar semua yg appa katakan padamu" tuan Jung memberi jawaban mudah
"Appa aku..."
"jadilah yeoja baik Somin-a,dan dengarkan semua yg appa katakan. Karena...jika kau melakukan semua hal yg appa inginkan, maka appa juga akan melakukan apapun yg kau inginkan nantinya" tuan Jung memutus kata-kata Somin
Somin terdiam mendengar itu, sementara sang ayah sudah nampak saling mengaitkan jarinya dengan siku yg menyangga diatas meja
"semua ini appa lakukan untukmu Somin-a" tuan Jung menutup percakapan mereka
Tuan Jujg meraih kopinya, dan meneguk minuman itu pelan sebelum kemudian bangkit. Dengan gerakan teratur namja itupun beranjak, membuat Somin bangkit duduknya.
"apa aku bisa menganggap semua yg appa katakan sebagai sebuah janji?" ucap Somin menahan gerakan kaki tuan Jung.
Tuan Jung menoleh pada Somin, dan segera mengarahkan tubuhnya menghadap yeoja itu.
"jika aku melakukan semua yg appa inginkan, appa juga akan melakukan apapun yg kuinginkan. Apa itu sebuah janji?" Somin segera mempertegas pertanyaannya.
"kau bisa menganggapnya seperti itu" tuan Jung mengangguk dengan tangan menyilang didada
"sampai kapan janji itu berlaku?" Somin memastikan
"maksudmu?" tuan Jung sedikit tak paham
"batas...dimana aku harus mengikuti semua keinginan appa" jelas Somin
Tuan Jung terdiam sesaat memikirkan itu, kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada Somin.
"hingga usiamu 20 tahun" jawab tuan Jung
"20 tahun?" Ulang Somin pelan
"Ne...hingga usiamu 20 tahun" tegas tuan Jung
Somn menarik nafas berat, kemudian nampak mengangguk pelan.
"ara...araso...kalau begitu aku akan bertahan dengan semua pilihan appa. Tapi berjanjilah...setelah aku berusia 20 tahun, biarkan aku memilih jalanku sendiri" tukas Somin.
Tuan Jung tak segera menjawab. Dia terlihat memperhatikan sang putri sesaat, sebelum kemudian membalas.
"ne" sahut tuan Jung kemudian kembali beranjak.
Somin memandang punggung sang ayah yg berlalu, dengan perasaan yg belum sepenuhnya puas.
"aisshhh..." gerutunya saat sosok sang ayah sudah tak lagi tertangkap matanya.
*
Kembali Somin mendapati tatapan asing dikelasnya yang baru, membuat yeoja itu benar-benar tidak nyaman. Semua mata seolah bertanya-tanya kenapa dia ada dikelas itu, saat wali kelas membawanya keruangan tersebut.
"Jung Somin akan bergabung dikelas ini mulai sekarang. Karena kepintarannya, kepala sekolah dan dewan guru memutuskan memindahkan Somin dari kelas 2 kekelas 3. Jadi sekarang dia akan menjadi bagian dari kalian. Karena itu kalian harus membantunya untuk menyesuaikan diri" urai sang guru pada seluruh siswa yg ada disana
"ne~" semua siswa menjawab dalam satu suara
Somin menunduk dengan nafas yg dihela berat, sebelum kemudian menoleh pada wali kelasnya saat yeoja itu menyentuh bahu Somin.
"kau bisa duduk disamping Hyomin" Tangan wali kelas Somin yg baru mengarah pada kursi kosong yg ada ditengah ruangan
"aishhh....aku tak suka duduk diposisi tengah" Somin hanya bisa mengerutu dalam hatinya
Dikelas yg lama dia dan Gyuri duduk dipinggir jendela, membuat Somin bisa melihat aktivitas siswa yg berlari dilapangan disaat merasa bosan. Namun dikelas ini dia tak bisa lagi melakukan itu. Karena selain pemandangan kelas dan papan tulis, tak ada yg bisa yeoja itu dapatkan.
Dengan langkah malas Somin mengarahkan kakinya kekursi kosong, dan mendudukkan dirinya ditempat itu.
Mencoba bersikap hangat Somin-pun menarik senyum pada yeoja disisinya. Akan tetapi senyum yeoja itu tak mendapatkan balas dari rekan sekelasnya tersebut.
"mwoya?" kembali Somin mengerutu dalam hati
Somin menarik nafas dalam, berusaha membuang perasaan kesal dihatinya. Tak ingin terpancing emosi, diapun mengarahkan pandangan lurus. Coba memperhatikan pelajaran yg mulai diurai sang wali kelas pada mereka.
*
"Aku benci kelas itu" rutuk Somin seraya meletakkan kasar nampan makanan yg dia bawa keatas meja
"Whae?" Nyaris bersamaan, pertanyaan itu terurai dari bibir Seungho dan Gyuri
Sementara Junhyung yg berada disisi Somin hanya memandangnya lurus.
"Karena mereka terlihat membenciku, karena itu aku membenci mereka" sambut Somin.
"Itu mungkin hanya perasaanmu" akhirnya Junhyung membalas ucapan Somin.
"Aniyo...itu bukan hanya...."
"Sebaiknya cepat makan, waktu istirahat akan segera habis" kata-kata Junhyung memenggal ucapan Somin
Dengan bibir yg diruncingkan Somin menyantap makan siangnya. Sementara Junhyung sudah nampak bangkit hendak beranjak.
"Odiega?" Jemari Somin menahan lengan Junhyung
Yg entah sejak kapan, membuat jantung namja itu seketika berdebar keras karena sentuhan sederhana tersebut.
"Ke ruang siaran" pelan Junhyung menarik tangannya, tak ingin Somin tersinggung.
"Ah...maja, hari ini siaran dipercepat" Somin menyantap dengan terburu
"Ya...pelan-pelan saja, aku akan memutar lagu sampai kau datang. Jadi makanlah dengan pelan" Junhyung mengusap puncak kepala Somin dan berlalu
Somin sempat memandang kepergian Junhyung, sebelum kemudian melemparkan pandangan pada Gyuri dan Seungho.
"Dia sangat manis kan" senyum menghias wajah Somin.
"Ani" Gyuri dan Seungho kembali berujar nyaris bersamaan.
Somin berdecih pelan, sebelum akhirnya memilih kembali makan. Dia sengaja mempercepat makannya, agar bisa segera menyusul Junhyung yg tak lagi ada disisinya.
*
Junhyung mengetuk pelan bolpointnya diatas meja. Sambil sesekali memandang Somin yg terlihat tenggelam dalam bacaannya. Mereka sudah menyelesaikan siaran lima belas menit yg lalu. Namun Somin masih belum mau beranjak dari sana, membuat Junhyung harus menunggui yeoja itu didalam ruang siaran.
"Kalau kau bosan, kau bisa meninggalkanku sendiri Junhyung-a" Somin berujar tanpa menoleh pada Junhyung
"Suara benturan bolpointmu sangat berisik, aku tak suka mendengarnya"lanjut Somin sebelum Junhyung sempat bertanya alasan yeoja itu menyuruhnya pulang
Junhyung mengangguk paham, dan segera menyimpan bolpointnya didalam saku. Kini Junhyungpun hanya menyangga keningnya, seraya memperhatikan Somin yg tak sedikitpun menoleh padanya.
"Itu bisa jadi tanda kalau dia menyukaimu" kata-kata Seungho yang diucapkannya kemarin saat mereka pulang bersama menari dikepala Junhyung
"Jinca?" Junhyung menatap Seungho dengan pandangan tak yakin
"Tentu saja" Seungho menegaskan intuisinya dengan mengangguk pasti
"Tapi..." Junhyung tak melanjutkan kata-katanya
"tapi apa?" Seungho yg nampak tak sabaran bertanya
"Aku tak yakin" pandangan Junhyung mengarah pada Seungho
"Kalau kau tak yakin, maka kau bisa membuktiannya" balas Seungho
"Caranya?" Tanya Junhyung yg dibalas kebisuan sesaat Seungho
Junhyung menghela nafas berat sesaat mengingat hal itu. Sebelum kemudian bangkit dan memutar kursi yang Somin duduki menghadapnya. Membuat yeoja itu memandangnya bingung
"Kalau kau memiliki keberanian, cium yeoja itu. Kalau dia tidak menolak ciumanmu, maka aku benar" Seungho berujar penuh percaya diri
Junhyung ragu dengan ide itu. Bahkan saat ini, ketika matanya bertemu dengan netra kelam Somin. Dia mendapati tatapan bingung yeoja itu, membuat keraguan dihatinya semakin bertambah besar.
Akan tetapi karena rasa penasaran dihatinya. Junhyungpun harus mengikuti ide gila itu.Dengan gerakan cukup cepat, Junhyung mendaratkan kecupan dibibir Somin. Membuat mata yeoja itu membulat, saat Junhyung menjauhkan wajahnya.
Hening menjeda kebersamaan mereka, usai Junhyung mendaratkan kecupan singkatnya. Dengan tatapan lurus Junhyung bisa melihat ekspresi terkejut diwajah Somin. Yg terlihat tak berusaha berujar apapun padanya.
"Kenapa kau diam Somin-a, bukankah kau seharusnya mengatakan sesuatu. Ani...bukan mengatakan sesuatu, tapi melakukan sesuatu. Entah itu menamparku atau menangis. Apapun yg bisa mewakili jawaban atas sikapku" diantara diamnya, Junhyung berujar dalam hatinya
Somin yg tak mendengar itu hanya memandang lurus mata Junhyung yg masih memandangnya lekat.
"Jebal Somin-a...lakukan sesuatu. Berikan penjelasan padaku sekarang" harap Junhyung masih didalam hatinya
Masih tak ada balasan dari Junhyung, membuat namja itu kembali mengecup bibir Somin untuk menemukan jawabannya.
"Akan kubuat kau membunuhku hari ini" gumam Junhyung dalam hati seraya menari-kan bibirnya diatas bibir Somin, berharap kali ini Somin menepis sentuhan yg dia berikan. Atau sekedar menghardik tindakan namja itu dengan umpatan kasar.
Namun harapan namja itu harus sirna. Karena bukan sebuah penolakan, atau kata-kata kasar yg Junhyung dapati. Melainkan balasan hangat dari Somin dibibirnya.
"Igot mwoya?" Kembali hati Junhyung bergumam bersama rasa terkejutnya karena balasan yg diberikan Somin
Namun rasa terkejut itu tak berdiam lama. Karena rasa bahagia yg perlahan mendominasi dihati Junhyung. Jemari Junhyungpun yg semula menyangga dipegangan kursi kini sudah berpindah ke pipi Somin. Namja itu menarik wajah yeoja itu, guna memperdalam kecupannya.
Cukup lama mereka membiarkan bibir mereka saling bertaut. Hingga kemudian Junhyung kembali menarik tubuhnya menjauh. Dan menatap lekat Somin yg sudah menarik senyum tipis diwajahnya
"Dia tersenyum" bisik Junhyung melihat lengkungan senyum itu
Junhyung ikut melakukan hal yg sama. Dengan jemari yg mengusap pipi Somin lembut.
"Apa ini artinya kau...menyukaiku?" Junhyung kembali berujar dalam hatinya
Somin menundukkan pandangannya sesaat. Sebelum kemudian kembali mengarahkan pandangannya tepat kedalam bola mata Junhyung. Memberi perasaan hangat dihati namja itu.
"Gerae...kupikir begitu" simpul Junhyung pasti
Namja itu semakin melebarkan senyuman, karena perasaan bahagia yg menyelimuti hatinya.
"Kita pulang" Junhyung berujar nyaris berbisik
Somin membalas dengan anggukan, dan nampak bangkit seraya menyambar tas miliknya. Dengan meraih tangan Junhyung yg mengulur padanya. Keduanya meninggalkan ruang siaran. Menelusuri koridor untuk meninggalkan gedung megah Anyang.
*
Junhyung dan Somin nampak melangkah kaku kini. Tanpa jari yg saling bertaut dan jarak tubuh sekitar satu meter jauhnya. Junhyung sesekali terlihat membuang pandangannya sambil mengusap tengkuk pelan. Sementara Somin melangkah dengan pandangan tertunduk. Keduanya terus melangkah kaku seperti itu menembus gelap, hingga tiba didepan rumah Somin.
"Aku sudah sampai" itu adalah kata pertama yg Somin ucapkan setelah peristiwa istimewa dialaminya
Junhyung yg sudah menghentikan langkahnya bersama Somin nampak menatap bangunan rumah yeoja itu dan mengangguk kaku.
"Gomawo...sudah mau mengantarku" diantara remang cahaya lampu jalan, Junhyung bisa melihat semu diwajah Somin.
"Ne" sambut Junhyung kaku, karena sedikit salah tingkah
"Aku masuk dulu" Somin menunjuk rumahnya dengan ibu jari
"Eoh" Junhyung kembali membuat gerakan anggukan kaku
Somin berbalik menuju pagar rumahnya, dan terlihat menoleh pada Junhyung sesaat.
"Annyong" Somin melambai pada Junhyung
Junhyung membalas dengan senyuman, membuat Somin segera memasuki rumahnya saat mendapatkan balasan itu.
"Aahhh" Junhyung memukul pelan pipinya yg terasa memanas
Dengan senyum yg disimpul Junhyung memandang kediaman Somin sesaat. Sebelum kemudian meninggalkan rumah itu dengan perasaan berbunga.
Hal yg sama juga dirasakan Somin didalam kamarnya. Yeoja itu sudah menghempaskan tubuh diranjang dengan senyum yg terkembang. Bersama jemari yg mengusap pelan bibirnya. Yeojin melukis bayangan wajah Junhyung dilangit-langit kamarnya.
"Apa ini hari pertama kita sebagai kekasih?" Tanya yeoja itu pada bayangan tersebut
Malu dengan pertanyaannya sendiri, Somin-pun menyembunyikan wajahnya di bantal. Dengan senyum yg masih merekah, dia menikmati perasaan berbunga dihatinya.
*
Junhyung dan Somin saling tercenung didepan gerbang Anyang, sebelum kemudian saling melangkah mendekat. Dengan senyum yg dikembangkan, mereka terlihat mengatur langkah mendekat satu sama lain.
"Pagi" sapa Somin saat tubuh mereka saling berhadapan
"Pagi" balas Junhyung sedikit kaku
Somin gemas melihat itu, membuatnya tersenyum simpul. Sedangkan Junhyung yg merasa jantungnya berdegup kencan karena senyum Somin, hanya memandang lurus yeoja itu tanpa melakukan apapun.
"Kajja" melihat Somin yg hanya diam, Junhyung mengulurkan tangannya pada yeoja itu
Somin baru akan menyambut uluran tangan tersebut. Sebelum akhirnya, Junhyung cepat menariknya kembali.
"Gyuri noona" tunjuknya membuat Somin menoleh pada yeoja itu
Tampak oleh Somin sosok Gyuri yg berlari mendekat kearah mereka
"Somin-aaaaa" panggil yeoja itu seperti biasa
Somin tersenyum menyambut Gyuri yg semakin mendekat kearahnya.
"Ya....Jung Somin, bisa bantu aku menyelesaikan tugas?" segera setelah berada disisi Somin, Gyuri meminta bantuan
"Tugas apa?" Tanya Somin.
Gyuri menjawab dengan mengarahkan buku yg sejak tadi dipegangnya.
"Aahhh..." Somin mengerti sesaat setelah melihat buku yg Gyuri tunjukan
"Bantu aku ya" Gyuri menguncang lengan Somin.
"Ne" tanpa banyak berpikir, Somin segera menyetujui
"Kalau begitu ayo kita kekelasku sekarang" Ucapan Gyuri segera memudarkan senyum Somin.
Junhyung yg melihat itu nampak terpaku. Sedangkan Gyuri yg tak menyadarinya terus menarik tubuh Somin menjauh.
"Mwoya?" Gumaman pelan Junhyung tak mendapat balasan.
Membuat namja itu ikut beranjak dari tempatnya terpaku.
*
"Somin-a" bisik Junhyung ditelinga Somin, saat mendapati yeoja itu tenggelam dalam bacaannya disudut pustaka
Somin menoleh, dan nampak menarik senyum simpul untuk.
"Apa yg kau lakukan?" Junhyung sudah duduk disisi Somin.
Somin mengarahkan buku yg dia baca kehadapan Junhyung. Membuat namja itu meneliti buku tersebut sesaat, sebelum kemudian mengangguk.
"Aku mencarimu keliling sekolah tadi" Junhyung mengontrol suaranya agar tak mengusik murid lain yg berkunjung disana
"Jincayo?" Somin sedikit mengarahkan tubuhnya menghadap Junhyung
Kepala namja itu mengangguk, sebagai balasan pertanyaan Somin
"Kenapa mencariku?" Tanya Somin kemudian
Junhyung memandang lurus sesaat, kemudian kembali memandang Somin seraya mengulum senyum.
"Karena merindukanmu" balasnya dengan simpul senyum diwajahnya
Somin diam sesaat, sebelum kemudian tertawa pelan.
"Whae usseo?" Junhyung merasa heran
Somin tak segera menjawab, dia menikmati tawanya sesaat sebelum berujar.
"Karena itu terdengar lucu" tukas Somin
"Mwoya? Kenapa itu menjadi lucu?" Junhyung tenggelan dalam kebingungan
"Hanya lucu" Somin tersenyum lebar
"Ya...biasanya yeoja akan suka bila mendengar namja mengatakan itu. Bahkan mereka akan menunduk malu karena tersipu" balas Junhyung
"Itu bukan style ku. Aku tak terbiasa dengan kata-kata seperti itu. Karena itu aku merasa apa yg kau ucap lucu" Somin masih mengembangkan senyum yg sama
"Kau ini membuat usahaku agar terlihat romantis sia-sia saja" Jemari Junhyung mengusap lembut puncak kepala Somin.
Tawa Somin kembali terurai, bersama fokusnya yg kembali pada buku yg dia baca.
"Berhenti tertawa" Junhyung menutup mulut Somin dengan tangannya
"Araso" Somin berujar setelah menarik tangan Junhyung yg membungkam bibirnya.
Sesaat Somin memandang lekat Junhyung, yg sudah menarik senyum hangat padanya.
"Kenapa menyendiri disini?" Junhyung meraih jemari Somin dan mengenggamnya
"Agar kau mencariku" Somin membalas genggaman tangan Junhyung
"Jinca?" Giliran Junhyung yg mencari kepastian ucapan Somin
Somin menggeleng membalas ucapan Junhyung padanya
"Ani....aku berbohong" akunya dengan dagu yg disandarkan dibahu Junhyung
"Lalu...alasan sebenarnya apa?" Lembut Junhyung mengusap poni Somin
"Aku benci ada dikelas" Somin memiringkan kepalanya, membuat pipi yeoja itu menyentuh bahu Junhyung
"Whae?" Kening Junhyung berkerut
"Karena keadaan disana sangat aneh" urai Somin yg terlihat sudah tercenung
"Aneh?" Ulang Junhyung
"Eoh" Somin mengadu pandangannya kembali pada Junhyung
"Aneh seperti apa?" Pertanyaan Junhyung dibalas gelengan pelan Somin
Bahkan yeoja itu sudah menarik tubuhnya menjauh
"Hanya aneh, tapi aku tak tahu apa sebabnya" urai Somin
"Apa karena kau tak suka mereka?" Tebak Junhyung
"Ani...kupikir merekalah yg tak suka padaku" balas Somin
"Begitukah?" Kening Junhyung berkerut
"Mungkin" Sominmembalas ragu, membuat Junhyung mengusap rambutnya lembut
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja, karena kau belum terbiasa dengan kelasmu" hibur Junhyung
"Kelasku" ulang Somin dengan nada penuh arti
"Whae?" Junhyung meraih wajah Somin dan mengarahkan padangan yeoja itu padanya.
"Aku benci kata kelasku" Somin menjauhkan tubuhnya dari Junhyung
"Kenapa kau membencinya?" Junhyung tak dapat menahan diri kembali bertanya
"Karena aku seolah sudah terusir dari tempat yg lama, karena tempat baru yg tidak benar-benar menerimaku" urai Somin dengan suara rendah
"Mereka tidak menerimamu?" Alis Junhyung bertaut
"Kurasa" Somin tersenyum getir
"Apa alasannya mereka tidak menerimamu?" Junhyung coba mencari tahu
"Molla...coba saja kau tanyakan pada mereka" Somin mengendikan bahunya
"Apa ini juga yg membuatmu sedih pagi tadi, saat bicara dengan Gyuri noona?" Tebak Junhyung
Somin mengangguk tanpa menoleh pada Junhyung. Membuat jemari namja itu kembali mengusap puncak kepalanya.
"Ini pasti berat bagimu maja?" Kata-kata Junhyung membuat Somin memandangnya lekat
"Eoh" dengan sedikit memajukan bibir bawahnya, Somin kembali mengangguk
Junhyung menarik senyum tipis diwajahnya. Mencoba menjadikan itu semangat untuk Somin.
"Bersabarlah, hanya setahun lagi bukan kau ada disana" hiburnya
Bukannya merasa senang, kata-kata hiburan Junhyung justru membuat Somin merasa sedih. Raut wajahnyapun berubah seketika. Menjadikan Junhyung merasa bingung.
"Whae?" Junhyung sedikit mendekatkan wajahnya pada Somin
Somin memandang lekat Junhyung, yg nampak mengkhawatirkannya.
"Ani....amugeotdo aniyo" Somin cepat menarik senyum tipis, seraya menggeleng
"Lalu kenapa tadi kau terlihat sedih?" Junhyung tak yakin dengan jawaban Somin.
"Aku tidak sedih, aku hanya memikirkan rencana akhir pekan nanti" kilah Somin
"Rencana akhir pekan?" Ulang Junhyung
"Eoh" Somin mengangguk
"Rencana akhir pekan seperti apa?" Junhyung nampak ingin tahu
"Entahlah...aku belum benar-benar merencanakannya. Aku hanya asal memikirkannya" Somin tersenyum lebar
Tawa pelan Junhyung terdengar karena itu, bersama jemarinya yg mencubit hidung Somin
"Kalau begitu biarkan aku yg merencanakannya" tukas Junhyung setelahnya
"Kau mau merencanakan akhir pekan untukku?" Mata Somin berbinar
"Untuk kita" ralat Junhyung membuat senyum Somin semakin melebar
"Araso...kalau begitu rencanakan dengan baik" Somin mengusap pipi Junhyung
Dengan jarinya Junhyung membentuk tanda ok, sebagai balasan dari kata-kata Somin. Membuat lengkungan indah diwajahnya semakin melebar karena rasa bahagia
*
TBC
Sorry for Typo
Thanks for Reading & Votement
🌻Haebaragi🌻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro