Prologue
INGGRIS 5124
Kotak kayu yang berada di dalam sebuah gua di tengah hutan mulai bergoyang secara perlahan. Cahaya rembulan memasuki cela-cela atap gua, sedetik kemudian pintu kotak kayu yang bersandar pada dinding gua mulai terbuka secara perlahan. Dari dalam kotak, seorang laki-laki bersurai hitam kecoklatan membuka kedua matanya. "Sudah berapa lama aku tertidur?"
"Hoam! Rasanya sungguh nyaman," ujarnya sambil beranjak dari dalam kotak.
Mata merahnya melihat kearah sekitar, keadaan gelap gulita. Dengan tatapan waspada ia melangkahkan kedua kakinya kearah luar gua, suara-suara hewan malam terdengar jelas dan saling menyahut. Angin malam berhembus menerpa dedaunan, laki-laki tersebut tidak merasa takut dan terus melanjutkan jalannya menjauh dari gua.
"Ini tahun berapa ya? Beneran sudah seribu tahun kan," gumamnya berpikir.
Setelah beberapa saat berjalan keluar dari hutan lebat, laki-laki itu akhirnya sampai di sebuah jalan menurun. Saat itu juga pandangannya terkesima dengan apa yang ada di hadapannya, tak jauh dari sana sebuah perkotaan maju terlihat. Lampu warna-warni menghiasi kota tersebut. Gedung-gedung tinggi mendominasi.
"Wah. Ternyata manusia sudah maju ya, ah harusnya aku tidak tidur selama seribu tahun."
Wajahnya begitu senang, dengan tak begitu sabar ia mulai berlari menuruni jalan perbukitan tersebut agar segera sampai di perkotaan tersebut. Setelah turun dari bukit, laki-laki itu berjalan diatas jalanan aspal yang langsung menuju ke perkotaan, hanya saja membutuhkan beberapa menit.
Di samping jalan aspal tersebut ada sebuah desa yang sepertinya menjadi ladang pangan untuk orang-orang yang ada di kota. Dia seketika berhenti berjalan, tatapan matanya melihat rumah-rumah pemilik ladang maupun rumah warga lain. Rumah mereka tidak begitu bagus, bahkan seperti tidak terawat.
"Aku yakin tidak semua manusia baik. Dilihat orang-orang di ladang ini rumahnya belum begitu bagus." helaan nafas diikuti.
Karena tidak mau berlama-lama ia melanjutkan perjalanannya. Suara orang-orang di perkotaan terus terdengar di telinganya, seperti sedang ada pesta besar-besaran tengah terjadi. "Arghhhh! Berisik, akan aku sumpal mulut mereka satu persatu."
Dia menatap ke arah gerbang masuk kedalam kota. Di sana tidak ada penjagaan, segera mungkin ia masuk sebelum ada seseorang yang melihat dirinya di sana. Ternyata di dalam kota tersebut tengah terjadi perayaan ulang tahun berdirinya kota tersebut.
Kerumunan orang memenuhi jalanan kota seraya bersenang-senang. "Aku harus mencari jubah untuk menutupi diriku. Sepertinya tidak ada vampir lain selain diriku, hanya ada bau manusia."
Laki-laki tersebut lantas pergi ke sebuah toko, ia masuk kedalam toko hanya untuk mencari sebuah jubah. Orang-orang berlalu lalang di dekatnya, jadi pemilik toko tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik nya. Dengan gerakan cepat ia sudah mengambil beberapa baju, jubah dan tas untuk ia curi.
"Aku pinjam sebentar ya paman, terimakasih."
Ia dengan cepat sudah keluar dari toko seraya menggunakan jubah berwarna hitam kemerahan. Ditangannya ia membawa tas kecil untuk menaruh beberapa pakaian dan jubah warna lainnya. Tudung jubah yang ia kenakalan cukup besar, jadi tidak ada yang akan tahu bentuk wajahnya.
Memasuki jalanan sempit ia lalui agar tidak perlu ber dempetan bersama orang-orang yang memenuhi jalanan. "Sekarang yang aku harus lakukan adalah mencari tempat tinggal, dan mencari keberadaan para vampir yang lain."
"Hei kau. Kembalikan barang yang kau curi," ucap seseorang dari atas sebuah rumah.
Seketika vampir tersebut terkejut, ia sedikit mengangkat tudung jubah yang menutupi kepalanya. Wajahnya begitu bingung, darimana asal suara tadi datang.
Orang yang ada di atas atap rumah itu tertawa kecil, "Diatas sini bodoh."
Kemudian vampir tersebut langsung menatap kearah yang dimaksud. Seorang laki-laki berpakaian seperti seorang agen, tidak lupa di pinggangnya ada sebuah pistol. Kedua tangannya terlipat di depan dada, ia menatap sang vampir dengan senyum khasnya.
Kedua laki-laki tersebut saling menatap satu sama lain. Mereka tidak beranjak dari tempat, hingga bunyi sirine polisi terdengar mendekat. Vampir tersebut yang sadar akan bahaya buru-buru lari dari sana. Sedangkan laki-laki yang ada di atap rumah tadi hanya bisa menghela nafas berat, ia segera melompat dari sana dan mengejar vampir tadi.
Mereka terus berlari sebelum polisi menemukan mereka. Karena kehabisan tenaga, vampir tersebut perlahan-lahan memelankan tempo larinya. Laki-laki yang ada di belakang yang mulai mendekat pun mengatur nafasnya.
"Hei! Kemari," ucap agent tersebut kepada vampir tadi. "Kau mau selamat atau tidak?"
"T-tapi.."
"Sudahlah. Kemari, akan aku bawa kau ketempat yang aman," potong nya saat vampir tersebut akan menolah.
Karena tidak mau tertangkap akhirnya vampir tersebut menuruti laki-laki bermata elang itu. Mereka berdua menuju sebuah taman bermain yang tidak jauh dari tempat pertama mereka bertemu. "Sembunyi lah di dalam perosotan, aku akan menjaga di sini."
"B-baiklah, terimakasih."
"Ya, sama-sama."
Vampir tersebut hendak bersembunyi di dalam perosotan. Namun sebelum itu, ia berbalik menatap laki-laki bermata elang yang akan naik ke atas pohon, "Aku boleh tahu namamu?"
"Damian James, itu namaku. Kau bisa memanggilku Damian," Ucap Damian tersenyum simpul.
Vampir tersebut mengangguk pelan, "Namaku Harvey Emanuelle, salam kenal."
Damian mengangguk paham. Karena sirine polisi sudah mendekat, kedua nya lantas segera bersembunyi agar tidak ketahuan. Harvey sedikit mengintip keluar perosotan, ia dapat melihat para polisi menghentikan mobil mereka di depan area taman bermain.
Damian yang ada di atas pohon tak jauh dari sana hanya menatap datar para polisi yang terus menyoroti area taman bermain menggunakan senter. Memutar bola matanya malas, Damian mengeluarkan sebuah bom berukuran kecil dari saku celana nya.
"Makan nih bom," Damian berujar seraya melempar bom kecil tersebut ke arah yang cukup jauh agar para polisi tersebut terkecoh.
Boom!
Bom kecil tadi meledak seketika membuat para polisi bergegas menuju ke arah lokasi. "Keluarlah Harvey, mereka sudah pergi."
Harvey yang sedari tadi bersembunyi pun perlahan keluar dari dalam perosotan. Ia hanya melihat Damian yang tengah mengisi pistolnya dengan peluru, "Kau sedang apa?"
"Aku harus berpatroli lagi, barang-barang yang kau curi sudah aku bayar. Jadi kau tidak perlu khawatir," Jelas Damian seperti akrab dengan Harvey.
Harvey membungkukkan badannya, "Terimakasih banyak."
"Kau tidak perlu berterimakasih, itu sudah kewajiban ku."
Damian berjalan meninggalkan taman bermain bersama Harvey. Harvey diam dalam pikirannya sendiri, bertemu dengan seorang manusia membuatnya sedikit takut, apalagi manusia tersebut menolongnya.
Harvey menghentikan langkah kakinya membuat Damian yang ada di depan ikut menghentikan kakinya, ia menoleh ke belakang. "Kau kenapa lagi?"
Tatapan Harvey tampak terkejut, ia mundur secara perlahan. "K-kau siapa? Kenapa kita tiba-tiba bisa akrab padahal baru saja bertemu."
Hening seketika diantara keduanya. Harvey masih dengan tatapan serius diiringi tatapan waspada, sedangkan Damian hanya diam tanpa mau mengatakan apapun dari mulutnya.
"Aku? Kau bertanya siapa aku kan," balas Damian setelah lama diam.
Damian menatap mata Harvey, "Aku anak seorang dewa, salam kenal kakak."
Harvey terkejut bukan main. Ia meneguk ludahnya kasar, Damian yang melihat hal tersebut hanya bisa tertawa kencang. Kening Harvey mengkerut saat Damian tertawa puas.
"Kenapa kau tertawa ha?!"
Damian berdeham seketika seraya cengar-cengir, "Kau mudah di bohongin ya ternyata. Orang aku manusia biasa, dasar."
Tangan Harvey mengepal seketika. "KEMARI KAU DAMIAN JAMES!!"
"Kejar saja kalau bisa, wleee~"
៸៸ ❪ Memperkenalkan ❫ ؛ ఇ
៸៸ ❪ Harvey Emanuelle ❫ ؛ ఇ
Lee Heeseung Enhypen
"Damian memang menyebalkan, tapi dia manusia pertama yang menjadi temanku sejak aku bangun dari tidur panjang ku."
៸៸ ❪ Damian James ❫ ؛ ఇ
Park Jongseong (Jay) Enhypen
"Aku memang manusia tapi bukan berarti aku manusia biasa. Aku hanya ingin melindungi apa yang di inginkan Harvey, aku akan selalu mendukungnya."
Happy Reading!
thanks for the vote and coment.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro