02. Go on Patrol
"Enggak usah ikut kak, dirumah saja."
"Enggak mau! Mau ikut kamu, Damian."
Harvey menolak keras ucapan Damian. Sedangkan Damian sendiri menghela nafas panjang, "Tapi kakak masih kena hukuman, mau tambah lagi?"
"Oh ayolah Damian. Tadi malam itu aku hanya lapar dan butuh asupan darah," ujar Harvey membela diri.
Damian terlihat cemberut. "Mana ada vampir yang minum darah tiga orang sekaligus, itu namanya rakus."
Harvey yang mendengar ucapan Damian pun hanya bisa tersenyum tanpa dosa. Memutar bola matanya malas, Damian akhirnya mengangguk pelan yang membuat vampire di hadapan nya tersenyum bahagia.
"Tapi jangan kambuh lagi," ucap Damian sebelum memakai sarung tangan.
Harvey langsung membuat pose hormat ke arah Damian yang tentu di balas kekehan kecil. Keduanya mulai bersiap siap. Damian memakai pakaian agent nya, sedangkan Harvey memakai pakaian formal dengan jaket hangat tentunya.
"Aku harus banget pakai jaket ini?"
"Di luar dingin kak Harvey, jangan ngedumel," Damian membalas seraya membenarkan jaket yang di pakai Harvey.
Bibir Harvey cemberut, namun ia tetap menurut dengan Damian.
Setelah selesai bersiap-siap, Damian menarik Harvey keluar dari kamar. Mereka berjalan beriringian menuju garasi rumah, keduanya akan menggunakan mobil untuk berpatroli bersama.
Damian menatap Harvey, "kakak tunggu di sini, aku mau mengambil mobil dulu."
"Yang mana?"
"Tuhh yang pojok," Damian menjawab seraya menunjuk mobil yang di maksud.
Harvey menunggu di dekat pintu masuk rumah, ia melihat sekeliling rumah yang mereka berdua tinggalin. Suasana pagi yang sepi sedikit membantu Harvey, karena kalau siang dia hanya akan berdiam diri di dalam rumah karena takut ketahuan sebagai seorang vampire.
"Pagi-pagi gini ternyata belum banyak orang keluar rumah," gumam Harvey mengangguk pelan.
Tin tin tin!!
Seketika Harvey di buat kaget dengan suara kelakson mobil milik Damian. "Damian James!!"
"Hahahaha, salah sendiri ngelamun. Ayo!"
Dengan langkah kesal, Harvey segera menaiki mobil Damian yang terus tertawa gemas ke arahnya. Pemilik mobil menggeleng pelan sebelum akhirnya melajukan mobil nya meninggalkan area rumah mereka.
Di perjalanan, Harvey sibuk melihat ke arah luar mobil. Pemandangan berupa gedung-gedung tinggi dan cantik maupun jalanan yang bersih membuat mata sang vampire begitu berbinar, sedangkan Damian sendiri sibuk menyetir sesekali ia melirik Harvey agar laki-laki vampire itu tetap aman di sampingnya.
"Kak. Jangan menunjukkan gigi taring, repot nanti," Damian berkata saat Harvey tidak sengaja mengeluarkan gigi taringnya.
Harvey yang sadar pun segera duduk menghadap ke depan, "Humm, maaf."
"It's okay, no problem."
Laki-laki vampire itu pun mulai bersandar pada kursi untuk mencari tempat yang pas, kedua matanya mulai menutup secara perlahan. Ia menguap karena mengantuk, Damian yang menyadari hal tersebut lantas segera mengklik radio mobil nya, tangannya mencari-cari musik yang pas agar tidur Harvey nyenyak dan tidak terganggu.
"Tidurlah kak, nanti kalau sudah waktu makan siang Damian bangunkan," ucap Damian selesai mencari musik pengantar tidur.
Harvey pun mengangguk pelan, ia perlahan mulai menutup mata untuk tidur. Damian mulai fokus menyetir kembali, mata elang nya melihat ke sekeliling area untuk memastikan adakan masalah atau tidak. Ia juga menghubungi teman-teman-teman nya menggunakan Walkie Talkie.
"Halo! Apakah daerah D1 aman?" Tanya Damian lewat Walkie talkie.
Suara grusak-grusuk terdengar dari walkie talkie, "D1 untuk sekarang aman. Bagaimana di A2?"
"Saya aman di sini, bagaimana dengan agent yang lain?"
"C1 mengalami kerusuhan, kami butuh bantuan." Ucap seorang agent dari daerah C1.
"Kami akan segera ke sana, Damian tetap di posisi daerah A1 untuk berjaga-jaga."
Damian yang mendengar instruksi pun mengangguk paham, "Baik. Saya mengerti, kalian semua hati-hati."
Tut tut tut....
Sambungan walkie talkie pun terputus. Damian sedikit mempercepat laju mobil nya, suasana kota di bagian daerah A1 masih terlihat tenang dan sejuk. Tapi hal tersebut tidak membuat keseriusan Damian melonggar, dia tetap dalam mode waspada apalagi dia membawa seorang vampire di dekatnya.
"Sepertinya sedikit aman. Tapi aku harus tetap waspada," Damian bergumam.
Saat melewati jalanan besar Damian tidak mengetahui jika ada sekelompok orang tengah mengawasi mobil nya dari atas sebuah gedung yang sedikit tinggi.
"Apakah benar dia membawa seorang vampire?" Tanya seorang pria bertubuh kekar.
Salah satu orang di sana membungkuk, "Benar tuan, kami mendapatkan informasi dari para pelanggan di sebuah bar."
Pria itu mengangguk pelan, tatapan mata nya begitu tajam dan mengintimidasi dan terus memperhatikan mobil yang di bawa Damian. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana, "Terus awasi mereka. Kita akan menangkap vampire tersebut. Tunggu waktu yang tepat."
"Baik pak!"
Damian menghentikan mobil nya di sebuah restoran, ia membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil. Ia berjalan kearah sisi lain mobil dan membuka pintu tersebut, "kak ayo bangun, kita sudah sampai."
Harvey mengeliat pelan, "Masih ngantuk."
"Tidak lapar?" Tanya Damian mengusap pucuk kepala vampire di hadapan nya itu.
"Lapar, tapi masih ngantuk," Harvey mengeliat lagi seraya menatap Damian.
Damian menghela nafas, dia harus ekstra sabar menghadapi vampire yang baru bangun dari tidur nyenyak nya. Dengan sedikit memaksa, ia menarik tangan Harvey agar keluar dari dalam mobil. Harvey pun mulai keluar dari mobil dan berdiri untuk meregangkan otot tubuhnya, mata Damian melirik ke arah sekitarnya perasaan aneh mulai menyerangnya.
"Ayo masuk, keburu penuh nanti tidak dapat tempat duduk," ajak Damian pada Harvey.
Harvey mengangguk paham, dia berjalan mengikuti langkah Damian yang ada di depannya. Mereka masuk ke dalam restoran untuk makan siang. Saat tengah memesan makanan, mata vampire Harvey tiba-tiba aktif, "Damian, ada yang mengikuti kita berdua, kau sadar tidak?"
Damian yang dapat bisikan dari Harvey pun menoleh, "Memang kakak sadar?"
"Mataku berubah jadi merah. Artinya ada seseorang yang mengikuti kita sambil membawa kantong plastik darah, please baunya membuatku pusing," Jelas Harvey mulai merasa pusing.
"Shit, kenapa aku enggak sadar."
Damian melirik ke arah belakang. Dua orang misterius tengah mengawasi dari luar restoran, mereka membawa kantong plastik berisi darah sepertinya itu darah segar.
"Kakak beneran kambuh gara-gara itu? Bukan karena ada banyak orang di dekat kakak?"
"Hei, aku pakai gelang khusus agar bau darah manusia yang masih hidup enggak kecium, tapi kalau darahnya ada di dalam kantong plastik efek gelang khususnya enggak akan bekerja," Harvey menjelaskan kepada Damian seraya menunjukkan gelang yang selama ini ia pakai.
Damian pun mengangguk paham. Dia baru tahu jika ada gelang khusus untuk para vampire, Damian mengenggam erat tangan Harvey agar laki-laki tersebut tidak kambuh dan berubah menjadi vampire.
Harvey sendiri hanya bisa menundukkan kepalanya menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya. Setelah cukup lama mengantri, Damian dan Harvey pun mendapatkan sesi memesan makanan.
"Kakak mau yang mana?" Damian menatap Harvey tepat di matanya.
Harvey pun mengatur nafas nya yang terdengar gugup, "Aku ikut pesanan kamu aja, minuman nya aku Coffee Latte."
Laki-laki tersebut pun mengangguk. Harvey segera memeluk tubuh Damian dengan erat, kepalanya begitu sakit. Damian sendiri hanya bisa mengelus kepala vampire itu dengan lembut agar tetap tenang.
"Silakan tunggu pesanan anda tuan."
Damian tersenyum simpul, ia lalu segera membawa Harvey duduk di kursi kosong restoran. Ia berjalan ke arah pojokan dekat dinding dan menyuruh Harvey senderan pada dinding.
Laki-laki bermata elang tersebut pun langsung mengambil walkie talkie yang ada di pinggang kirinya, "Cek cek, Damian James ingin melapor."
"Di terima, ada apa James?"
"Ada dua orang misterius mengikutiku sampai di depan sebuah restoran di daerah B1." Jelas Damian dengan lirikan matanya.
"Kau bersama dengan siapa?"
Damian terdiam, dia melirik Harvey yang tengah menutup mata tidak lupa kedua tangannya memeluk tubuhnya. "Dengan kakakku, Harvey."
Suara di sebrang cukup lama diam setelah Damian membalas, laki-laki tersebut masih menunggu balasan dari seberang sambil menenangkan Harvey yang terus berkata kepalanya sakit.
"Tunggu di sana, tim dari daerah A5 akan kesana."
"Baik, saya terima informasinya, terimakasih. Laporan selesai."
"Di terima."
Damian mematikan walkie talkie nya. Ia mendengus sebal, "Harus nya aku sadar jika ada yang mengikuti, sialan."
Ia hanya bisa diam seraya menunggu bantuan. Sekarang prioritas utama nya adalah makan dan menenangkan Harvey agar tidak berubah menjadi vampire dan membuat kerusuhan.
Pakaian yang di gunakan Damian-Harvey
Damian James
Harvey Emanuelle
Mobil yang mereka pakai
thankyou for your vote and coment
happy reading !
enjoy ><
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro