01. hot night
LONDON, MARET 5124
Damian menatap ke arah sebuah gedung cafe. Tatapan matanya begitu tajam, hidungnya bisa mencium bau-bau alkohol. "Dia benar ada di sini?"
"Benar tuan. Saya melihat dengan jelas bahwa tuan Harvey ada di dalam." ucap bodyguard nya dari belakang memberi informasi.
Damian menghela nafas berat. Dengan langkah besarnya, laki-laki tersebut memasuki cafe tersebut tanpa mengindahkan ucapan bawahannya itu. Di dalam bar cafe tersebut terlihat banyak wanita-wanita muda berpakaian terbuka dan seksi tengah menari dalam keadaan mabuk.
"Baunya mereka, aish dimana Harvey?"
Damian terus berjalan tanpa melirik wanita-wanita yang terus menggoda dirinya, yang ia inginkan adalah menemukan Harvey lalu pulang. Laki-laki tersebut sampai di depan meja pesanan. "Permisi, saya ingin bertanya."
Pelayan tersebut menoleh seketika, "oh Tuan Damian, ada perlu apa ya anda datang kemari?"
"Saya mencari seorang laki-laki bernama Harvey," balas Damian seraya menunjukkan sebuah foto kepada pelayan tersebut.
Pelayan tersebut lantas menunjuk ke arah lantai dua tepat di sebuah kamar VVIP. Setelah mendapatkan informasi, Damian lantas berjalan menaiki tangga sesekali ia di panggil oleh para wanita untuk ikut bergabung dengan mereka.
"Tidak semenarik membunuh orang, sudahlah."
Damian sudah sampai di depan kamar vvip yang dimaksud, saat ia akan membuka pintu terdengar suara erangan kesakitan dari seorang wanita yang sepertinya darahnya sudah dihisap habis oleh Harvey yang notabene nya adalah seorang vampir yang harus akan darah.
Tangan Damian segera membuka pintu. Kedua matanya melebar kaget saat dihadapannya ada tiga mayat wanita yang sudah mulai mengering, dan satu wanita yang masih hidup namun dalam pangkuan Harvey.
"Harvey Emanuelle!"
Harvey yang tengah menikmati meminum darah itupun langsung terkejut mendengar suara Damian yang memanggilnya. "Shit. Damian di sini."
Wanita yang ada di pangkuannya itu pun ia lepaskan dengan keadaan setengah sadar. Tubuh wanita tersebut sudah tidak memakai pakaian apapun untuk menutupi tubuhnya, ia terkapar lemas di atas lantai yang dingin.
Damian melangkah dengan kesal ke arah Harvey yang mematung menatapnya, "Kakak nih sudah vampir makan darahnya banyak. Kalau sampai orang-orang tahu bagaimana hah?!"
"Kenapa kau ada di sini?"
"Aku ke sini karena kau tidak ada di rumah, mau di tangkap pemerintah kau?"
Harvey seketika diam tidak membalas ucapan Damian. Sedangkan Damian hanya bisa mengatur emosinya agar tidak membludak keluar, pandangannya melirik ke arah empat wanita yang sudah tidak bisa dikatakan hidup walau yang satu masih terlihat hidup tapi dalam keadaan lemas.
"Diam. Sebelum aku membereskan semua ini, kau tidak boleh beranjak dari tempat duduk mu." pinta Damian saat Harvey ingin beranjak dari tempat duduknya.
Damian melihat ke arah pintu. Di sana sudah ada beberapa orang bawahannya, mereka membawa beberapa karung berwarna coklat seukuran manusia. Satu persatu keempat wanita malam tersebut di masukkan ke dalam karung goni lalu di ikat. "Buang keempat wanita tersebut ke laut, jangan ada yang sampai tahu."
"Kalau ada orang yang tahu jika mereka mati karena vampir, yang ada kak Harvey akan dalam bahaya," lanjut Damian memegang lengan kekar Harvey.
Harvey yang mendengar ucapan Damian sedikit tertohok. Karena sudah hampir dua bulan dia bertemu dengan Damian tapi laki-laki tersebut selalu melindungi dirinya bak seorang adik, padahal Harvey sudah banyak membuat masalah.
"Apa tidak apa-apa?" bisik Harvey bertanya.
Damian melirik Harvey, raut wajahnya terlihat tidak suka namun sedetik kemudian ia tersenyum simpul. "Tidak apa-apa, tidak perlu terlalu khawatir."
Harvey mengangguk kaku. Ia menatap tangan Damian yang terus menggandeng tangannya, genggaman tangan Damian begitu erat namun lembut tidak seperti memaksa.
"Tapi kak Harvey tetap dapat hukuman. Yaitu diam di rumah seharian, tanpa minum darah. Mengerti?"
"Damian!!"
Damian tidak mendengarkan ucapan Harvey sedikitpun. Mereka keluarga dari dalam kamar vvip tersebut, berjalan melewati kerumunan orang-orang yang tengah mabuk dan berpesta ria. Damian tetap menarik Harvey untuk segera keluar dari bar cafe tersebut, hidungnya sudah tidak tahan dengan bau-bau alkohol yang memenuhi ruangan.
"Bawa kelima karung tersebut ke laut, dan segera hapus data mereka berlima hingga tidak tersisa. Jika ada masalah bisa hidup saya," Ucap Damian seraya menyuruh Harvey masuk ke dalam mobil.
Harvey sendiri menurut saja. Dia duduk dengan baik di kursi dekat kemudi mobil. Ia melihat Damian yang tengah berbicara dengan para bawahannya, sesekali ia melirik ke arah mobil.
"Perutku kenyang banget, mungkin besok aku beneran gak minum darah dulu," ucap Harvey pelan seraya meregangkan otot tubuhnya.
"Kenyang lah orang empat orang yang dijadikan korban, mana mungkin masih lapar."
Damian sudah berada di dalam mobil. Ia memasang sabuk pengaman seraya membalas ucapan Harvey. "Pasang sabuk pengaman mu kak, kita bakalan pulang."
"Baiklah."
Lampu remang-remang di dalam sebuah kamar begitu mendominasi. Suara-suara kecupan-kecupan dan suara-suara erangan terdengar memenuhi seluruh ruangan, dua orang sedang ber cinta tanpa henti. "H-hentikan tuan. S-saya sudah lelah."
"Diamlah. Permainan kita baru akan di mulai, terus mengerang dan mendesah, sayang."
Orang yang ada di bawah hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak boleh di keluarkan. Saat keduanya tengah menikmati acara panas mereka, pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.
"Bagus banget. Temen sendiri lagi kewalahan gini, malah enak-enak an sama wanita pembantu sendiri, ya tuhan."
"Ngapain sih pakai masuk ke kamar segala, ganggu banget."
"Ganggu apaan? Kita lagi ada masalah, bukannya bantuin malah bikin acara sendiri. Buruan bangun!" ucap orang tersebut menarik temannya yang enggan bangun dari kasur.
Temannya berdecak dan mau tidak mau melepaskan acara panas tersebut. "Kenapa sih? Ada apa?"
"Ada yang melihat vampir di sebuah bar, baru banget."
Temannya terkejut. "Hah? Vampir, bukannya mereka sudah punah?"
"Mana aku tahu. Pokoknya kita harus segera mencari tahu, kita enggak mungkin membiarkan vampir itu berkeliaran. Yang ada rahasia yang sudah terpendam lama bakalan muncul kembali, kau mau reputasi kita hancur?"
"Ya sudah sih. Mau nya sekarang? Nanggung banget sumpah," temannya bertanya seraya memakai kembali pakaiannya.
"Sekarang. Titik, no koma."
Akhirnya mereka berdua beranjak dari kamar meninggalkan wanita yang sudah terkapar lemas di kasur sendirian. Kedua orang tersebut segera menuju area luar di mana orang-orang tengah berkumpul untuk membahas tentang kemunculan seorang vampir.
"Why would a vampire appear?"
happy reading!
thanks for the vote and coment.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro