08. Spy?!
Pagi ini bel apartemen gue bunyi dengan tidak santai yang membuat gue yang lagi bikin sarapan di dapur apartemen gue merasa sangat terganggu.
"Siapa si--" kalimat yang gue ucapkan tertahan begitu ngeliat siapa yang ada di depan apartemen gue.
Anjir dari mana dia tau nomor apartemen gue!
Gue baru mau tutup pintu apartemen gue, tapi udah ditahan sama kaki dia yang cukup panjang itu.
Brengsek! gercep juga dia, padahal lagi main ponsel tadi.
"Tau darimana nomor apartemen gue?" tanya gue ketus.
"Jangankan nomor apartemen, nomor rekening, nomor induk mahasiswa lo, bahkan sampe ukuran daleman lo pun gue tau," jawab dia enteng.
Anjir! Bukan main ini orang...
"Mau ngapain lo kesini?" tanya gue dengan heran. Pasalnya gue kira setelah kejadian kemarin gue nggak akan ada sangkut pautnya lagi sama orang ini.
"Jemput lo," jawabnya santai, tangannya masih sibuk memainkan ponsel. Gue jadi ngerasa kayak ngomong sama pintu.
"Gue hari ini kelas siang."
"Tapi gue hari ini kelas pagi," timpal dia cuek.
Gue ada kelas siang dan dia ada kelas pagi, nggak ada kolerasi yang pas dari kedua kalimat itu.
"Yaudah sana berangkat!" usir gue. Kalai diia ada kelas pagi ngapain kesini segala sih?!
"Nggak bisa, nyokap gue ngirimin mata-matanya buat ngikutin lo."
Gue pun menolehkan kepala gue untuk melihat apakah ada orang di luar pintu apartemen gue, tapi nggak ada seorang pun di sana. Kemudian gue menatap Lay dengan tatapan meremehkan.
Gue ngeliat Lay berdecak pelan di tempatnya karena melihat kelakuan gue yang seakan tidak percaya dengan ucapannya barusan.
"Lo baru kenal semalem sama nyokap gue. Beda sama gue yang udah tau ulahnya selama ini."
"Ya itu urusan lo, Kan itu nyokap lo!" Belum selesai gue ngomong saat dia malah ngedorong gue masuk ke apartemen gue dan nutup pintu apartemen gue pake sebelah kakinya.
"Lo bisa ngggak nurutin aja apa kata gue?" tanya Lay dengan kedua tangannya masih ada di bahu gue karena dorongan barusan
"Nggak bisa!" jawab gue ketus sambil nyingkirin tangannya di bahu gue. Gue Kesel sama sikap seenaknya dia. Kata nyokapnya kan kasarin aja kemarin, jadi gue mau nyoba sekarang.
"Lo nggak takut sama gue?" tanya dia heran.
"Setelah ngeliat lo mengkeret di depan nyokap lo tentu aja enggak!" timpal gue nyolot.
Sekarang Lay malah makin mepetin dirinya sama gue yang membuat gue cukup panik.
Ya ampun komuknya kenapa makin deket...
Aduh gue makin panik...
"L-lo m-mau ngapain?"
Ih anjir malu-maluin! Kenapa pake gagap segala lagi gue?
"Anceman gue masih berlaku ya," desisnya tajem.
Alis gue berkerut dalam. "Anceman ap--"
Gue ngggak bisa ngelanjutin kalimat gue karna dia beneran ngegigit bibir gue! Cuma ngegigit gemes. Abis itu dia ngelepasin bibir gue. Alis gue yang berkerut dalam tergantikan dengan ekspresi terkejut. Jantung gue tiba-tiba berdetak lebih kencang sekarang.
Ya Tuhan... hati gue...
Enggak itu bukan ciuman... walaupun bibir dia sempet nempel sama bibir gue itu bukan ciuman... yakin gue dalam hati.
"Gue nggak pernah main-main sama omongan gue ya," kata dia sambil narik gue ke arah balkon apartemen gue yang langsung berhadapan dengan jalan.
Di balkon dia meluk gue dari belakang secara tiba-tiba dan mendekatkan bibirnya ke telinga gue. "Lo liat ke bawah, tiga orang yang pake baju item. Mobil sedan item," ungkapnya sambil berbisik. Dari jauh pasti keliatannya kita lagi nikmatin pemandangan sambil mesra-mesraan kalo kayak gini.
Dengan takut-takut gue ngelirik ke bawah, dan bener aja ada apa yang Lay bilang. Disana ada tiga orang berbaju item yang lagi ngeliat kearah gue sama Lay. Salah satunya bahkan bawa kamera di tangannya yang kelihatan sedang memotret kita.
"Terus, apa yang gue harus lakuin sekarang?" tanya gue gugup.
"Ikutin alurnya dan apa kata gue, ngerti?" Kata Lay dengan penuh penekanan yang gue jawab dengan anggukan cepet. Entah mengapa meskipun ramah nyokap Lay tuh nyimpen aura yang gak biasa. Persis anaknya yang lagi meluk gue dari belakang ini.
Tunggu... ngomong-ngomong meluk...
Cowok ini masih nggak melepaskan pelukannya yang membuat gue risih. "Kak, sampe kapan lo mau meluk gue di sini?"
"Sampe lo mau ke kampus bareng gue sekarang."
"Kalo nggak mau gimana?"
"Gue lakuin lagi yang di dalem tadi sekarang juga, tapi jangan berharap selembut tadi ya. Gue bikin berdarah nanti bibir lo."
Aduh.... dia udah ngebuktiin kalo dia gak pernah main-main sama omongannya, gue jadi takut ini gimana dong?
"Gue itung sampe tiga,"
"Satu,"
"Dua,"
"Gue mau!" jawab gue bersamaan dengan dia yang menyebut angka tiga.
"Mau apa? Mau gue gigit bibir lo sampe berdarah?" tanya dia dengan seringai menyebalkan untuk menuntut kejelasan dari kata yang gue keluarkan.
"Bukan. Ke kampus sekarang."
Saat perjalanan ke kampus, bener aja mobil sedan hitam tadi ngikutin kamk dari belakang.
"Kak, lo kok tau nyokap lo ngirim orang buat ngawasin gue?"
"Di rumah gue pengawal dibagi jadi tiga kubu. Nyokap, bokap, gue. Pengawal khusus gue ngintai bokap nyokap gue juga."
"Bahkan sama keluarga sendiri?! Gila!" ucap gue gak abis pikir.
"Nyokap gue juga ngintai bokap. Jadi kalo bokap gue main-main di belakang ya pistol di rumah keluar semua."
"Pernah tuh kejadian?"
"Belom lah, bokap gue juga nggak bego. Dia udah apal sama kelakuan istrinya gimana jadi gabakal kejadian kaya begitu."
"Gue ga mau main lagi lah ke rumah lo beneran deh!"
"Kita liat aja ntar," jawab dia santai.
Setelahnya kita cuma diem-dieman sampe ada suara telepon di hpnya Lay. Tulisannya sih dari Kris.
"Angkat, loudspeaker."
Gak perlu lama untuk ngikutin omongannya Lay... masih takut gue sama dia.
"Halo Lay?"
"Ya?"
"Nanti malem ada balapan kayak biasa, lo mau main nggak?"
Ini balapan liar apa ya maksudnya?
"Taruhannya apa?"
"Klub B.O.D, langsung diurus sertifikatnya atas nama pemenang. Ada cewek juga sih. Tinggal lo pilih aja mau yang mana reward nya."
"Nggak menarik sih taruhannya, tapi gue ikut deh."
"Ye kalo nggak menarik ngapain lo ikut sialan!"
"Gue mau nunjukin ke seseorang kalo gue bukan orang yang suka main-main," ucap Lay dengan senyum misterius.
Ini... bukan gue kan yang dia maksud??
"Tambahin taruhannya sama salah satu klub yang kemarin gue menangin. Biar nanti malem rame, ajak cewek lo juga biar cewek gue nggak planga plongo nanti malem."
Cewek gue?! Anjir... perasaan gue makin nggak enak.
Gue ngedenger suara ketawa Kris di seberang sana karena ucapan Lay barusan.
"Suruh Xiumin atur jalanan mana yang aman," tutup Lay sambil mutus sambungan teleponya dan ngelempar hpnya ke jok belakang.
Sinting! Hp mahal itu.
"Lo ntar malem ikut gue," kata Lay dengan nada yang gak ingin dibantah.
Ya ampun apalagi ini...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro