01. our first meeting
Malem ini pertamakalinya gue menginjakan kaki gue di bar, atau klub atau apa lah itu namanya. Gue nggak pernah tau tentang tempat ini sebelumnya. Gara-gara omongan adek tingkat gue yang namanya Hayoung gue jadi ke sini. Hayoung bilang kalo dia ngeliat Mark Tuan, cowok yang sekarang berstatus sebagai pacar gue selingkuh sama cewek lain di sini.
Klub ini terlihat mewah dengan sofa yang terlihat mahal di sudut-sudut ruangannya, belum lagi ada dance floor di tengah dengan aksen warna hitam dan putih dan lampu warna-warni berwarna kerlap kerlip yang pastinya tidak murah.
Nggak banyak asap rokok yang ada di sini, klub ini punya smoking area tersendiri, terpisah dari ruang utama, dan karenanya gue bersyukur. Gue nggak suka sama asep rokok soalnya. Asep rokok dan cowok bad boy adalah dua hal yang paling gue hindari, dan sepertinya gue salah karena gue masuk ke sarang perokok dan juga bad boy saat ini.
Gue nggak nyangka pacar gue seorang Mark Tuan, sang wakil ketua BEM yang rajinnya kelewatan dan terlihat baik-baik aja itu bisa masuk ke klub kayak gini. Gak ada cowok baik-baik yang ke sini bukan? Lalu Mark cowok apa? Cowok setengah baik?
Beberapa pasang mata di sini menatap gue dengan aneh, ya mungkin karna pakaian gue gak cocok sama tempat ini.
Rata-rata cewek-cewek di sini pake rok pendek. Kalo pun pakai celana panjang, ya kemejanya transparan sampai bra nya keliatan karena perbedaan warna yang cukup mecolok antara kemeja transparan dan juga bra-nya.
Dengan keterbatasan penglihatan, gue mencari sekeliling untuk mencari sosok cowok gue yang katanya selingkuh di sini. Gue melihat sekeliling dan memperhatikan satu-persatu pasangan yang lagi asik ngobrol berduaan di tempat ini, bahkan beberapa di antaranya ada yang sedang asik berciuman.
Gue bergidik sendiri ngeliat orang yang saling sedot bibir itu. Karena gue belum pernah berciuman sebelumnya dengan pacar gue, gue nggak tau kalau ada jenis ciuman yang sampe segitunya.
Pacaran kita tipe yang kelewat lurus. Cuma nanya kabar, nonton dan jalan bareng, kadang ngerjain tugas bareng. Udah, cuma itu. Makanya gue mau mastiin omongan Hayoung. Mungkin aja kan dia salah liat. Bisa aja itu cuma orang yang mirip Mark, bukan Mark gue.
Karena gue terlalu fokus ngeliat sekeliling, gue nggak sengaja nabrak orang.
DAMN! INI KAK SEHUN SI PANGERAN KAMPUS... MAENANNYA DISINI JUGA?!
"Maaf kak," ujar gue dengan gugup.
Kak Sehun ngeliatin penampilan gue dari atas sampe bawah dengan tatapan yang menilai, sebelum bertanya, "Baru kesini ya?"
See? Bahkan dari pakaian dia udah bisa langsung menilai kalo gue pertamakali kesini.
"Iya kak," jawab gue jujur. Gue hanya melayangkan senyum kikuk ke senior gue di kampus ini.
Kak Sehun cuma manggutin kepalanya dan melangkah pergi.
"Kak tunggu!" kata gue dengan takut-takut sambil menahan tangannya Kak Sehun.
Mungkin gue udah lancang megang tangan si pangeran kampus, tapi mumpung gue nggak ada di kampus, nggak ada salahnya kan? Hingar bingar musik yang terlalu keras juga pasti menenggelamkan suara teriakan gue yang lebih bisa dibilang kayak cicitan tikus.
Kak Sehun pun berhenti dan noleh ke arah gue. "Kenapa?" tanyanya sambil ngeliat ke arah tangan gue yang lagi megang tangannya. Gue pun akhirnya melepaskan pegangan tangan gue dan menunjukan cengiran kaku.
"Kakak ngeliat Mark Tuan nggak?"
"Si wakil BEM?" tanya Kak Sehun yang gue angguki dengan semangat. Kak Sehun kenal Mark juga ternyata.
"Di lantai dua. Naik aja." Setelahnya Kak Sehun pergi kearah kumpulan orang-orang yang banyak banget yang gue tau sebagai geng tukang tubir alias ribut kampus gue.
Padahal tampang Kak Sehun kayak malaikat, tapi gaulnya sama setan-setan.
Gue pun akhirnya naik ke lantai dua sesuai dengan arahan Kak Sehun. Di atas ternyata ada beberapa sofa lainnya, dan sepertinya enak buat ngobrol, gue pun masih mengagumi interior tempat itu sampe ngedenger sebuah suara.
"Gimana sama cewek kamu?"
"Aku bosen, dia orangnya monoton. Gak menarik."
Gue apal banget suara ini... ini suara cowok gue...
"Terus kamu kapan mutusinnya? Biar kita bisa resmi. Aku capek jadi orang ketiga kayak gini. Sedangkan kamu go publiknya sama dia."
"Bukan kamu kok yang orang ketiga, tapi dia. Kan udah aku jelasin ke kamu, walaupun dia itu monoton tapi relasi temennya banyak. Lumayan buat pemilu BEM kemaren. Lagian aku juga nggak pernah ngapa-ngapain sama dia."
"Emangnya kalo sama aku... "
Setelahnya suara itu tenggelam dan nggak kedengeran lagi.
Gue pun menengok ke arah itu dan nemuin Mark, cowok gue lagi lumat-lumatan bibir sama cewek yang entah namanya siapa itu.
Mata gue membelalak kaget, jadi benar omongan Hayoung soal Mark? Gue reflek ngambil gelas minuman di meja mereka dan nyiram mereka berdua yang masih saja asik berpagutan tanpa menyadari kehadiran gue.
"APA-APAAN SI-" suara cewek itu teredam begitu ngeliat sosok gue. Sementara Mark terdiam dan nggak berkomentar. Wajahnya merah padam, ia bahkan sempat ingin memaki. Tetapi saat melihat gue lah pelaku penyiraman itu, ia menelan bulat-bulat makiannya.
"Lo jahat banget tau nggak jadi orang!" Maki gue ke arah Mark.
Rasanya begitu sakit ngeliat orang yang selalu lo percaya dan ternyata dia hanya berpura-pura. Selama ini gue dimanfaatin doang, padahal gue udah sayang dan percaya banget sama dia.
"Yaudah kalo lo udah tau semuanya, gue jadi gak perlu repot-repot jelasin lagi kan," ucap Mark santai, seolah semua ini bukanlah masalah besar.
PLAAAK!
Tangan gue reflek menampar pipi Mark hingga kulitnya yang berwarna putih itu berubah menjadi kemerahan.
"Dasar cowok brengsek!" maki gue ke Mark untuk kesekian kali. Setelahnya gue pun pergi ninggalin dua orang sialan itu.
Penampilan alim emang nggak menjamin kalo orang itu nggak brengsek.
Air mata gue udah bercucuran nggak karuan. Pertamakali gue dimanfaatin segininya sama cowok. Sebelumnya sama mantan-mantan gue yang lain kita putus secara baik-baik karena mereka semua bukan cowok brengsek kayak si Mark ini.
Gue terlalu sibuk mengelap air mata sampe nggak ngeliat orang yang lewat di depan gue, dan gue pun menabrak orang itu.
"Wesss ati-ati dong, tumpah semua tuh minuman."
"Bos, gapapa Bos?"
"Elo lagi elo lagi. Jalan pake mata dong."
Ini suara kak Sehun... kenapa gue nabrak orang mulu sih dari tadi?!
"Eh itu cewek lagi nangis Bego!"
Gue nggak berani ngeliat siapapun yang abis gue tabrak, soalnya dari reaksi temen-temennya, yang gue tabrak adalah pimpinan mereka semua. Gue cuma nundukin kepala gue dan meminta maaf.
Baru gue mau beranjak pergi, tapi tangan gue udah ditahan sama orang yang gue tabrak tadi.
"Kata siapa lo boleh pergi?"
YA AMPUN INI SIAPAAAAAA?!!!!!!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro