Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chepter 1 : Sah!

Hari ini semua orang tengah sibuk mempersiapkan acara akad nikah Azalea dan Ibrahim. Sedangkan si pengantin wanita malah murung di kamarnya.
Pernikahan mereka secara tiba-tiba diadakan lebih cepat karena permintaan keluarga Kyai Mahfudz. Bahkan Azalea dan Ibrahim pun belum sempat mengenal satu sama lain.

Azalea menatap wajahnya yang sudah dirias tanpa merasakan emosi dalam dirinya. Tidak ada kata bahagia dan degup jantung yang berpacu, semua terasa hampa untuk wanita itu. Helaan napas panjang keluar untuk yang kesekian kalinya, kalau tidak memikirkan tentang kesehatan Papanya mungkin Azalea tidak akan ada dalam posisi ini.

"Za! Sebentar lagi Ibrahim mau mulai ijab kabul. Kamu bersiap ya?" ujar Jihan seraya merapikan untaian bunga yang menghiasi jilbab Azalea.

"Udah sah!" teriak Airin yang tiba-tiba masuk ke kamar Azalea.

Wanita itu lalu berlari memeluk Azalea. "Gak nyangka sahabat gue akhirnya udah sah jadi bini orang," ujarnya dengan suara yang dibuat-buat untuk menambah suasana haru. Meski niatnya hanya untuk menggoda Azalea, nyatanya Airin sampai menitihkan air mata karena terharu.

"Udah dramanya? Aza harus ke depan sekarang Rin." Jihan mengakhiri pelukan kedua wanita itu dan segera membawa putrinya ke pelaminan untuk menemui suaminya.

Entah kenapa? Azalea yang tadinya santai tiba-tiba merasa gugup dan deg degan. Apalagi sekarang dia jadi pusat perhatian para tamu dan ya, ada seorang laki-laki di depan sana yang sedang tersenyum hangat ke arahnya.

"Kalian sudah sah jadi pasangan suami istri, silahkan Gus Ibrahim dipasangkan cincin nikahnya," kata bapak penghulu.
Ibrahim dengan santai meraih kotak cincin di atas meja lalu mengulurkan tangannya.

Bukannya membalas uluran tangan Ibrahim, wanita itu malah hanya diam terpaku menatap tangan laki-laki yang sekarang sudah menjadi suaminya itu.
"Istriku, tangannya?" bisik Ibrahim yang semakin membuat Azalea kehilangan kesadaran. Karena tak kunjung memberikan tangannya, Ibrahim akhirnya meraih tangan istrinya itu dan memasangkan cincin pernikahan mereka.

Selesai dipasangkan cincin, Azalea masih terpaku. Semua orang ikutan bingung melihat pengantin yang satu ini. Bukannya segera mencium tangan suaminya, wanita itu malah hanya diam dengan tatapan kosong.

"Salim, Za!" teriak Airin yang sudah tidak sabar melihat kelakuan sahabatnya itu. Sontak teriakan Airin membuatnya menjadi pusat perhatian para tamu dan detik selanjutnya semua orang tertawa dibuatnya. Tak terkecuali Ibrahim yang tersenyum melihat tingkah istrinya itu.
Azalea terhenyak mendengar teriakan Airin lalu dia menatap Ibrahim yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Cepetan Za! Gue udah laper!" Lagi-lagi teriakan Airin mengundang gelak tawa para tamu yang hadir.

Dengan ragu, Azalea meraih tangan Ibrahim dan meletakkan tangan Ibrahim di pipinya.

"Yang bener di hidung, istriku," tegur Ibrahim yang sontak membuat Azalea salah tingkah.

Selesai acara akad nikah, Azalea langsung kembali ke kamarnya setelah menjamu para tamu sebentar karena memang tidak ada acara resepsi. Degup jantungnya benar-benar sulit dikontrol semenjak bertemu Ibrahim.

Ceklek

Azalea langsung melihat ke arah pintu kamarnya. Sialnya yang membuka pintu tidak kunjung menampakkan wajahnya, sehingga membuat Azalea semakin deg degan.

"TARA!"

Sialan! Ternyata Airin.

"Cieee... Lo pasti berharapnya yang dateng suami lo kan?" ledek Airin seraya berjalan menghampiri Azalea.

"Sok tau lo!" Azalea menjitak dahi sahabatnya itu sampai si empu mengaduh.

"Suami lo sibuk nemuin tamu, bukannya ditemenin malah di sini. Kalo lo gak mau gue dengan ikhlas sepenuh hati bersedia kok gantiin lo," cerocos Airin. Azalea hanya mendesis tanpa membalas ucapan wanita itu.

"Eh BTW, suami lo ganteng banget. Gitu lo sok sok an gak mau nikah sama dia. Kalo misalnya lo gak mau sama dia, langsung hubungi gue ya. Gue gak keberatan kok nikah sama duda." Airin menaik turunkan alisnya menunggu persetujuan dari Azalea.

"Sinting!" umpat Azalea lalu pergi ke kamar mandi meninggalkan Airin begitu saja.

"Jangan-jangan lo udah naksir ya?" ledek Airin yang masih bisa Azalea dengar dari dalam kamar mandi.

Azalea melepas pakaian pengantinnya dan segera mencuci muka sebelum dia mandi.

Hari ini terasa melelahkan bagi Azalea, meski wanita itu tidak banyak mengeluarkan tenaga untuk acara pernikahannya.

Selesai membersihkan diri, Azalea keluar dari kamar mandi dengan baju mandi dan handuk putih di kepalanya. Wanita itu terperanjat saat melihat ada seseorang yang tengah duduk di tempat tidurnya. Seingat dia tadi yang berada di kamarnya adalah Airin tapi sekarang berubah jadi seorang laki-laki.

"Lo siapa?" tanya Azalea karena laki-laki itu duduk membelakanginya.

Laki-laki itu menoleh dan ternyata dia adalah laki-laki yang baru saja menjadi suami Azalea, Ibrahim.

"Lo ngapain disini?" tanya Azalea.

Ibrahim tersenyum. "Aku mau sholat dzuhur, bisa kamu tunjukin dimana aku bisa sholat disini?" tanyanya dengan suara yang sangat lembut. Dia benar-benar berbeda dengan Azalea yang selalu urakan.

"Mana gue tau." Azalea mengedikkan bahunya lalu pergi ke arah lemari untuk mengambil pakaian.

"Kamu kalau sholat dimana?" tanya Ibrahim lagi.

Tangan Azalea yang tengah mencari pakaian langsung terhenti. Dia mungkin bisa saja mengaku kalau tidak pernah sholat tapi kenapa tiba-tiba Azalea merasa malu untuk mengatakannya?

Ibrahim paham kenapa Azalea hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

Lagi-lagi lelaki itu tersenyum. "Kalo gitu kita sholat di musholla deket sini aja," ajak Ibrahim.

"Pergi sendiri aja," tolak Azalea lalu kembali ke kamar mandi dengan baju ganti di tangannya.

Tak lama wanita itu keluar dari kamar mandi dengan setelah kaos oversize lengan pendek dan hotpants abu-abu. Meski Azalea tadi sudah menolak untuk pergi, nyatanya Ibrahim masih menunggunya. Mata Ibrahim melebar melihat penampilan Azalea lalu dia segera memalingkan wajahnya.

"Kok masih disini?" tanya Azalea.

"Aku nunggu kamu," jawab Ibrahim masih memalingkan wajahnya.

"Kan gue udah bilang lo berangkat sendiri aja," kata Azalea.

"Aku mau kamu ikut juga," kata Ibrahim.

"Ogah!" Azalea lalu beranjak untuk pergi dari kamarnya, namun dengan cepat Ibrahim menahan tangan wanita itu.
"Kamu mau kemana?"

Azalea melepaskan tangan Ibrahim dari pergelangan tangannya. "Ngambil minum di dapur."

"Kalo keluar kamar, tolong diganti ya bajunya."

"Ribet amat, emang kenapa sih?" Azalea meninggikan suaranya. Baru sebentar jadi istri rasanya semua kebebasan Azalea sudah direnggut.

"Aku gak mau bagian tubuh kamu yang seharusnya cuma bisa aku lihat, dilihat orang lain," jawab Ibrahim masih dengan suara lembutnya.

Tanpa membalas ucapan Ibrahim,  Azalea kembali mendekati lemari dan membukanya. "Lihat! Semua baju gue kayak gini!" ujarnya seraya menunjukkan baju-bajunya.

"Waktu acara lamaran, aku ngasih kamu gamis. Pakai itu aja nanti aku beliin lagi."

"Duh! Panas-panas gini disuruh pakek gamis," gerutu Azalea. Tapi wanita itu tetap mengambil gamis yang Ibrahim maksud dan kembali mengganti bajunya.

"Bawel amat!" ujarnya saat melewati Ibrahim. Tingkah Azalea membuat Ibrahim lagi-lagi tersenyum. Baru kali ini Ibrahim dipertemukan dengan wanita seperti Azalea. Semua wanita yang pernah mendekati Ibrahim rata-rata ilmu agamanya pinter, bicaranya santun, perilakunya kalem. Bisa dibilang 360° berbeda dari Azalea. Tapi justru itu yang membuat Ibrahim tertarik pada wanita itu.

"Udah, sekarang apa lagi?" kata Azalea saat keluar dari kamar mandi.

"Jilbabnya," jawab Ibrahim.

Azalea mengambil jilbabnya dan menutup pintu lemarinya dengan keras menunjukkan wanita itu benar-benar sedang kesal. Dia hanya melilitkan jilbab ke kepalanya karena memang tidak tahu cara memakainya.

"Pakek jarum pentul biar rapi jadi rambutnya gak keliatan!" kata Ibrahim yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Azalea.

"Gue gak punya, udah gini aja," kata Azalea.

"Sebentar!"

Ibrahim lalu keluar dari kamar Azalea dan kembali dengan jarum pentul di tangannya. "Ini."

"Shit!" pekik Azalea saat jarum pentul mengenai jarinya. Sontak Ibrahim segera melihat jari istrinya itu dan mengusap darahnya.

"Perlu diobatin?" tanya Ibrahim.
Azalea segera menarik tangannya dan menggeleng. "Gak usah," ujarnya.

"Biar aku yang pasang jilbabnya ya?" Ibrahim mengambil jarum pentul di tangan Azalea lalu memasangkannya ke jilbab sang istri.

"Keluargaku mau pamitan pulang, kita temuin mereka dulu ya?" tanya Ibrahim.

"Hmm," sahut Azalea dengan wajah kusutnya.

Semua perhatian keluarga Azalea tertuju pada wanita itu. Penampilannya yang berubah 100% benar-benar membuatnya terlihat pangling. Dia dan Ibrahim langsung pergi ke ruang tamu dimana keluarga Ibrahim sedang berkumpul.

"Kamu sama Aza kapan pulang ke rumah?" tanya Aisyah, Umi Ibrahim.

"Insyaallah besok Umi. Biar Aza berkemas dulu," jawab Ibrahim seraya melihat Azalea sekilas.

Umi Aisyah mengangguk. "Kami pulang dulu ya? Za, Umi titip Ibrahim ya?" ujar Umi Aisyah yang dijawab dengan anggukan oleh Azalea.

Ibrahim mencium tangan kedua orang tuanya sebelum mereka pulang. Sedangkan Azalea hanya terpaku di tempatnya sampai Ibrahim memberikan kode pada Azalea untuk mencium tangan orang tuanya juga.
"Om, Tante, Ibrahim sama Azalea ijin keluar sebentar. Mau sholat di musholla sekitar sini," kata Ibrahim setelah keluarganya pulang.

"Ibrahim panggilnya Mama Papa aja sama kayak Aza!" pinta Jihan yang dijawab senyuman ramah oleh menantu barunya.

"Ngapain sholat di luar? Di rumah kita kan juga ada mushollanya," ujar Tio.

"Sejak kapan Pa?"

"Sejak sebulan yang lalu, kamu gak tahu?"

"Gimana mau tau? Aza kan gak pernah sholat," sahut Airin yang entah muncul dari mana. Anak itu emang nggak bisa liat kondisi kalo ngomong. Alhasil dia mendapatkan cubitan di perutnya dari Azalea. Sebelum Azalea semakin murka, Airin pun segera berpamitan pulang.

Azalea dan Ibrahim pergi ke musholla di halaman belakang dan Azalea dibuat terkejut melihat perubahan di halaman belakang rumahnya.

"Wudhu dulu." Suara Ibrahim memecahkan konsentrasi Azalea yang sedang menatap setiap inci halaman belakangnya.

Ibrahim sengaja memelankan gerakan wudhunya agar Azalea bisa mengikutinya. Istrinya itu terlihat kaku dan membuat Ibrahim sadar kalau istrinya itu tidak ingat cara wudhu.

"Za, boleh aku tanya?" kata Ibrahim setelah selesai wudhu.

Azalea mengangguk seraya membersihkan air yang membasahi wajahnya.

"Maaf ya, Aza masih ingat niat wudhu?" tanya Ibrahim. Azalea menggeleng pelan.

"Wudhunya diulang ya?" kata Ibrahim dengan sabarnya.

"Lagi? Gue males basah-basahan lagi," kata Azalea.

"Nanti aku ambilin handuk, sekarang wudhu lagi ya, aku tuntun baca niatnya." Ibrahim menyalakan kembali kran air untuk Azalea. Dengan sedikit gerutuan, wanita itu tetap mau mengikuti permintaan Ibrahim.

Sesuai ucapannya tadi, Ibrahim segera pergi mengambil handuk setelah Azalea selesai mengambil wudhu. Sebelum Sholat Ibrahim mengingatkan niat sholat dzuhur pada Azalea. Butuh waktu 5 menit untuk wanita itu menghafal niat sholat yang sudah lama tidak dia baca.

"He! Ini udah boleh dibuka ya? Gue gerah," kata Azalea selesai mereka sholat.

Ibrahim menoleh, melihat istrinya sedang mengibas-ngibaskan mukenahnya dengan wajah yang semakin kusut. "Baca dzikir dulu ya?" kata Ibrahim lalu tersenyum.

"Jangan lama-lama!"

"Iya."

Selesai baca do'a, Ibrahim berbalik badan menghadap Azalea yang tengah sibuk membuka mukenahnya.

"Mau dipasangin lagi jilbabnya?"

"Nggak usah, masih gerah," kata Azalea seraya membenarkan kunciran rambutnya agar tidak merasa gerah.

"Di dalem masih ada saudara kamu, dipakai lagi ya jilbabnya?" Ibrahim mengambil jilbab di samping Azalea dan memakaikannya pada sang istri.

~~~

Azalea menghela napas panjang selesai sholat Isha bersama sang suami. Baru kali ini dia rajin sholat selama hidup. Bahkan sang suami memberikan dia buku tuntunan Sholat untuk belajar.

"Mau istirahat sekarang?" tanya Ibrahim sesampainya mereka di kamar. Azalea hanya mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan baju tidur lengan pendek dan celana berukuran 2 jengkal yang membuat pahanya terekspos. Ibrahim menelan ludahnya kasar sebelum memalingkan wajahnya dari sang istri dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Za, itu ada buku dari Umi." Ibrahim menunjuk buku di atas nakas samping tempat tidur.

Azalea langsung mengambil buku itu dan membaca judul di sampulnya. Azalea memajukan bibirnya saat membaca judul buku pemberian Umi Ibrahim yang ternyata tentang cara menjadi seorang istri shaleha. Dia membuka halaman buku itu secara acak meski sempat tidak tertarik dengan isinya.

"Kewajiban istri kepada suami dalam islam," gumam Azalea. Wanita itu lanjut membaca dalam hati sampai matanya melebar saat membaca poin terakhir. Azalea melirik Ibrahim yang duduk di kursi depan tempat tidurnya. Laki-laki itu masih fokus mendengarkan cemarah di ponselnya.

Azalea terkesiap dan segera meletakkan bukunya saat Ibrahim berdiri dan meletakkan ponselnya di nakas. Laki-laki itu lalu membuka selimut dan naik ke tempat tidur.

"Lo mau ngapain?" tanya Azalea seraya menaikkan selimutnya hingga menutupi leher.

Ibrahim senyum, bingung dengan sikap istrinya. "Tidur, kan udah malem," jawabnya.

"Jangan deket-deket!" kata Azalea seraya meletakkan guling di tengah-tengah mereka.

"Kamu gak haid kan? Kenapa gak boleh deket-deket?" Ibrahim terkekeh.

"Pokoknya gak boleh! Kalo ngelewatin batas ini, lo tidur di kursi!" ancam Azalea lalu berbaring membelakangi Ibrahim.

Ibrahim menakutkan alisnya, secara tiba-tiba wanita itu terlihat emosi padahal awalnya dia terlihat tenang saat membaca buku dari Uminya.
Dengan hati-hati, Ibrahim merebahkan tubuhnya di samping Azalea dan berusaha untuk tidak melewati batas yang dibuat oleh istrinya itu.

Bersambung...

Ada yang tertarik sama kelanjutannya?

Jangan lupa vote and comment ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro