Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 : Mulai belajar menjadi istri

Azalea menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan setelan gamis berwarna navy. Pagi ini dia dan kakak iparnya Sania, berencana akan berbelanja kebutuhan dapur. Dia juga akan belajar memasak dengan Sania siang nanti. Selesai bersiap, Azalea menghampiri Ibrahim yang sedang membaca kitab di ruang tengah untuk berpamitan pergi.

"Aku berangkat sekarang!" ujar Azalea seraya meminta tangan Ibrahim untuk bersalaman.

"Iya, hati-hati ya, kalau ada apa-apa langsung telfon!" kata Ibrahim mengingatkan.

"Kamu kira aku ini lemah? Aku ini dulunya jagoan jalanan, kalau cuma 1, 2 orang laki-laki mah aku bisa tangani sendiri," jawab Azalea dengan wajah songongnya.

Ibrahim dibuat tertawa dengan ucapan istrinya itu. Bagaimana dia bisa lupa kalau Azalea ini dulunya adalah anggota geng motor. "Iya aku percaya kalau kamu hebat tapi kan aku ini suami kamu jadi kamu udah jadi tanggung jawab aku sekarang," jelas Ibrahim.

Azalea memalingkan wajahnya. "Udahlah aku berangkat, takut kak Sania nunggu kelamaan," ujarnya lalu pergi.

Azalea dan Sania pergi ke toko swalayan bersama seorang santri yang menyopiri mobil mereka. Ibrahim dan Yusuf akan menghadiri acara sehingga keduanya tidak bisa mengantar istri mereka berbelanja.

Banyak yang Azalea beli tentunya atas arahan dari Sania. Menurut Azalea wanita itu memang berbeda 360 derajat dari Aliya. Tutur katanya sangat lembut dan sopan. Wajahnya juga selalu berseri karena senyumannya.

Setelah dirasa cukup, santri tadi membawa belanjaan mereka ke mobil lalu keduanya pergi ke salah satu restoran yang ada di samping toko swalayan tempat mereka berbelanja tadi.

"Za, ini tempat makan yang sering dikunjungi keluarga kita, makanannya juga enak-enak, kalau mbak suka menu ayam asam manisnya, kamu mau makan apa?" kata Sania seraya membuka-buka menu makanan di restoran itu.

Azalea membolak-balik halaman menu dengan wajah bingungnya. Dia tidak terbiasa dengan masakan nusantara. Dia juga jarang makan masakan rumah kecuali omelet dan nasi goreng. Azalea biasa makan diluar atau memesan makanan dari luar, itu juga biasanya dia suka memesan makanan western, makanan Jepang dan makanan korea.

"Kamu bingung ya?" Sania terkekeh melihat raut wajah Azalea yang jelas terlihat kebingungan.

"Udang bumbu merah juga enak Za, itu kesukaan Bang Yusuf. Kalau Umi sama Abi biasanya pesen Ayam bakar, kalau Bang Musa suka cumi rica-rica, kalau mbak Aliya suka mie seafoodnya kalau Ibrahim biasanya pesen kepiting saus padang atau ayam rica-rica. Semuanya enak kok," kata Sania panjang lebar.

Azalea sampai melebarkan matanya mendengar ucapan kakak iparnya itu. "Mbak bisa hafal semua makanan favorit mereka!" ujar Azalea.

Sania terkekeh. "Mbak udah hampir 10 tahun menikah dengan Bang Yusuf, tentu mbak bisa mengingatnya, Za. Umi mbak pernah berpesan sama mbak, kalau mbak mau cepat berbaur dengan orang-orang di lingkungan baru, mbak harus bisa mengingat semua yang berkaitan dengan orang-orang di dalamnya. Nanti juga kamu bakalan hafal sendiri. Apa yang mereka sukai, apa yang mereka tidak sukai, bagaimana kebiasaan mereka," jelas Sania.

Azalea mengangguk mengerti. "Aku pesen mie seafood aja mbak, kelihatannya enak," ujar Azalea seraya menunjuk gambar mie seafood pada buku menu makanan di tangannya. Sania mengangguk lalu memanggil seorang pelayan. Setelah makanan mereka berdua datang mereka pun makan dalam diam, sesuai adab.

"Kamu mau beli sesuatu?" tanya Sania selesai mereka makan.

"Nggak ada mbak, kita langsung pulang aja," kata Azalea yang dijawab dengan anggukan oleh Sania.

~~~

Sesampainya di rumah, Azalea dan Sania membawa semua belanjaan mereka ke dapur Azalea dibantu santri tadi yang menemani mereka berbelanja.

"Kalian dari mana?"

Suara yang paling Azalea benci itu tiba-tiba muncul. Azalea melihat ke arah sumber suara yang tak lain adalah kakak iparnya, Aliya.

"Dari belanja mbak," jawab Sania.

"Oh, jadi sekarang kamu sukanya keluar bareng dia?" ujarnya dengan wajah judes seraya menunjuk Azalea dengan dagunya. Dengan susah payah Azalea menahan amarahnya karena ucapan wanita itu.

"Bukan begitu mbak, tadi aku mau ngajak mbak juga tapi Fatimah lagi demam," kata Sania memberi penjelasan.

"Alah alasan aja kamu!" ujarnya lalu pergi dari teras rumah Azalea.

Azalea melihat ke arah Sania yang tetap tersenyum seraya menatap punggung Aliya yang semakin menjauh, tidak ada amarah yang terlihat di matanya. Berbeda dengan wajah Azalea yang pastinya sudah muram sekarang.

"Jangan dimasukkan ke dalam hati ya? Masuk yuk!" ajak Sania seraya menggandeng Azalea masuk.

Sesuai rencana mereka kemarin, Sania akan mengajari Azalea memasak siang ini. Sebelumnya, Sania mengajari Azalea cara menyimpan bahan makanan di dalam lemari es agar bisa disimpan lebih lama. Setelah itu keduanya pun bersiap untuk memasak.

"Kamu mau diajari masak apa?" tanya Sania.

Azalea hanya menatap beberapa bahan makanan yang masih tersisa di atas meja dapur dengan tatapan kosong. Dia benar-benar tidak tahu harus masak apa dengan bahan-bahan itu.

"Apa aja mbak," kata Azalea seraya menunjukkan deretan giginya.

"Mau masak makanan kesukaan Ibra?" tanya Sania dengan tersenyum menggoda Azalea yang hanya dibalas dengan anggukan oleh wanita itu.

Sania tampak berpikir sebentar lalu dia mengambil sepotong tempe di atas meja dapur. "Ibra suka tempe penyet, masaknya juga simple sih dan cocok juga kalau dibuat makan siang, mau coba masak itu?" tanya Sania dan langsung mendapatkan anggukan setuju dari Azalea.

"Umi juga pernah bilang kalau mau ngajarin aku masak itu mbak," kata Azalea, Sania hanya tersenyum lalu mulai memotong tempe di tangannya.

"Pertama potong tempenya, terus siapin mangkuk, kasih air dan penyedap secukupnya aja, celupin tempenya terus digoreng deh, tapi pelan-pelan ya masukinnya kalau nggak nanti malah nyiprat minyaknya, ayo kamu cobak masukin tempenya," kata Sania seraya memberikan mangkuk berisi tempe pada Azalea.

Dengan perasaan sedikit takut, Azalea memasukkan tempe itu dan ya benar saja, minyak panas langsung menyiprat pada tangan Aza karena wanita itu kurang hati-hati. "Aw!" pekiknya. Sontak Sania langsung melihat kondisi tangan Azalea lalu mengobati luka di tangan wanita itu dengan salep.

"Ini udah biasa Za, nanti kamu juga bakalan kebal sama minyak," gurau Sania. "Udah gak perih kan?" tanya Sania. Azalea menggeleng kecil.

Setelah itu Sania lanjut mengajari Azalea membuat sambel untuk tempe penyetnya dilanjut dengan merebus beberapa sayuran untuk lalapan. Ibrahim memang lebih suka dengan sayuran yang direbus dari pada sayuran mentah.

"Mbak, gimana caranya mbak sabar ngadepin mbak Aliya yang super judes itu?" tanya Azalea to the point saat mereka menunggu sayurannya selesai direbus.

"Awalnya mbak juga kaget karena mbak Aliya agak keras bicaranya tapi karena mbak tahu dia itu sebenarnya baik, sekarang mbak udah bisa lebih sabar ngadepinnya, nanti kamu juga pasti begitu," jelas Sania lalu terkekeh.

"Mbak!"

"Iya?"

"Mbak tahu kan siapa wanita pilihan Umi untuk Ibrahim?" tanya Azalea.

Sania langsung terkekeh. "Kamu random banget sih Za! Iya mbak tahu, emangnya kenapa?" tanya Sania seraya mengangkat sayuran yang sudah matang.

"Ya pengen tahu aja, soalnya Ibrahim gak mau ngasih tahu." Azalea memajukan bibirnya.

Lagi-lagi Sania terkekeh. "Kalau dia gak mau ngasih tahu, berarti ada tujuannya dan pasti tujuannya baik. Jadi, maaf mbak gak bisa kasih tahu ya." Jawaban Sania membuat Azalea sedikit kesal. Hampir saja dia tahu tentang wanita itu.

"Udah selesai, gini aja dimakan sama nasi anget pasti enak banget Za, makanan luar negeri mah lewat," kata Sania bergurau. Azalea hanya menatap makanan itu tanpa bicara. Sebelumnya dia belum pernah melihat makanan seperti itu selama hidupnya.

Selesai mengajari Azalea memasak, Sania langsung berpamitan pulang karena dia harus memasak untuk makan siang juga di rumahnya.

Seraya menunggu Ibrahim pulang dari acara, Azalea menonton beberapa tutorial memasak di youtube. Tutorial memasak yang dia tonton terlihat sangat mudah bagi Azalea. Tapi nyatanya tadi saja dia terluka padahal dia hanya memasak makanan yang menurut Sania super simple.

"Assalamu'alaikum!"

Azalea langsung meletakkan ponselnya dan menghampiri Ibrahim yang baru saja datang.

"Wa'alaikumussalam!" jawab Azalea seraya mencium tangan suaminya itu.

"Kamu mau makan sekarang? Udah aku siapin makanannya," kata Azalea dengan wajah cerianya. Dia sangat tidak sabar untuk melihat reaksi Ibrahim saat memakan masakannya.

"Oh iya? Kamu masak apa?" tanya Ibrahim seraya berjalan ke arah dapur. Azalea tidak menjawab karena Ibrahim sendiri sudah membuka tudung makanan di atas meja makan. "Tempe penyet!"seru Ibrahim saat melihat makanan kesukaannya tersaji di atas meja makan.

"Beneran kamu yang masak?" tanya Ibrahim tidak percaya. Tapi wajahnya terlihat berbinar.

Azalea mengangguk. "Dibantu mbak Sania," jawab Azalea.

"Makasiii ya istriku," Ibrahim mengusap kepala Azalea lalu duduk untuk mulai makan siang.

"Ayo makan, kamu pasti suka!" Ibrahim lalu mengambilkan nasi untuk Azalea dan untuk dirinya. Ibrahim memakan masakan Azalea dengan semangat. Masakan istrinya itu sangat mirip dengan masakan buatan Uminya. Sedangkan Azalea hanya memandangi Ibrahim tanpa menyentuh makanannya.

"Za, makanannya enak banget, kamu makan juga ya?" kata Ibrahim.

"Emang harus pakek tangan ya?" tanya Azalea seraya memandangi tangannya yang masih bersih.

"Lebih enak pakek tangan sih," jawab Ibrahim.

Perlahan Azalea mencoba menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Walaupun sedikit kesulitan tapi akhirnya dia bisa memakan makanan itu.

"Enak kan?"

Azalea masih mencoba menikmati makanan itu. Sesuap demi suap dia makan tempe penyet yang belum pernah dia makan sebelumnya dan ya, benar dia sangat menyukai rasa makanan itu.

"Kamu suka?" tanya Ibrahim dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Azalea. Ibrahim pun tersenyum puas melihat Azalea menikmati makanannya. Sampai mata elang Ibrahim melihat luka di tangan Azalea akibat percikan minyak panas tadi.

Ibrahim menarik tangan Azaleadan melihat luka bakar di tangan istrinya itu. Meski tidak terlalu besar tapi lukanya terlihat jelas dalam jarak dekat. "Ini kenapa Za?" tanya Ibrahim dengan wajah khawatirnya.

"Ah, ini kena minyak tadi waktu goreng tempe. Udah gak perih kok. Kata mbak Sania ini udah biasa," jelas Azalea.

"Maaf ya!" kata Ibrahim.

Azalea menautkan alisnya. "Kenapa minta maaf?" tanyanya bingung.

"Kan kamu luka karena masak buat aku," jawab Ibrahim.

"Ih, kok kamu kepede an banget sih, orang aku masak juga buat aku makan sendiri," kata Azalea yang tidak terima dengan ucapan Ibrahim. Ibrahim hanya diam menahan tawanya karena wajah Azalea seketika terlihat gugup.

"Gak usah gengsi Za!" ujar Ibrahim dengan sedikit bergumam.

"Ih! Apaan sih nyebelin!" Azalea lalu pergi membawa piring kotoran ke tempat cucian piring.

Bersambung ...

Jangan lupa vote and comment ya 💜

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro