Chapter 3 : Lingkungan Baru
Ibrahim dan Azalea sampai di kediaman Ibrahim tepat setelah adzan maghrib. Sebelum pergi ke rumah mereka, Ibrahim mengajak Azalea untuk ikut sholat berjama'ah di masjid milik pesantren. Azalea sedikit terkejut melihat ratusan santri yang berbondong-bondong pergi ke masjid saat dirinya dan Ibrahim baru memasuki area pondok pesantren.
Rasa terkejut Azalea belum selesai, tiba-tiba segerombolan santri mengerubungi mereka untuk bersalaman dengan Ibrahim dan Azalea hanya bisa terpaku di samping suaminya.
"Ustadzah Naila!" panggil Ibrahim lalu mengajak Azalea menghampiri seorang wanita yang berdiri agak jauh dari mereka.
"Bisa saya minta tolong?" tanya Ibrahim pada wanita itu.
"Tentu saja, Gus," jawab wanita itu dengan menundukkan pandangannya.
"Sebelumnya perkenalkan, ini Azalea istri saya. Saya minta tolong temani Azalea mengambil wudhu," jelas Ibrahim.
Naila mengangkat wajahnya melihat Azalea seraya mengulurkan tangannya. "Naila," ujarnya mengajak Azalea berkenalan.
"Aza," kata Azalea membalas uluran tangan Naila. Bukannya hanya berjabat tangan, secara mengejutkan Naila mencium tangan Azalea sampai membuat Azalea melebarkan matanya.
"Kenapa dicium? Aku masih muda lo, kamu ngiranya aku udah tua?" tanya Azalea agak sewot sedangkan Naila yang diomeli kebingungan melihat Ibrahim yang terkekeh.
"Za! Kamu ikut sama Ustadzah Naila ya! Ustadzah saya titip istri saya," kata Ibrahim lalu meninggalkan keduanya.
Setelah selesai wudhu, Ustadzah Naila mengajak Azalea ke masjid. Banyak santriwati yang bertanya-tanya tentang Azalea. Sampai akhirnya ada seorang santriwati yang berbisik ke Ustadzah Naila menanyakan tentang Azalea.
"Ustadzah, dia siapa?" tanya santriwati itu.
"Beliau istri Gus Ibra, Ning Aza," jawab Naila. Sontak santriwati itu melebarkan matanya dan berbisik ke teman-temannya sampai semua santriwati langsung mengerubungi Azalea.
"Mereka ngapain?" tanya Azalea yang panik ketika semua santriwati menengadahkan tangannya.
"Kasih aja tangannya, Ning," kata Naila.
Perlahan Azalea memajukan tangannya dan benar saja semua santriwati itu langsung mencium tangannya.
"Kenapa mereka cium tanganku? Kamu juga tadi cium tanganku? Emangnya aku keliatan tua ya?" tanya Azalea setelah semua santriwati kembali ke tempat sholatnya.
Naila tersenyum mendengar pertanyaan Azalea. "Bukan begitu, itu sebagai bentuk hormat kami kepada Ning Aza selaku istri dari Gus Ibra," jawab Naila.
Azalea menautkan alisnya. "Emang harus?" tanya Azalea lagi.
"Tidak wajib tapi sudah menjadi kebiasaan di pesantren."
Azalea hanya mengangguk lalu memakai mukenahnya karena sholat mau dimulai.
Selesai sholat Azalea dan Naila menghampiri Ibrahim yang sudah menunggu di parkiran masjid.
"Makasi Ustadzah, maaf merepotkan," kata Ibrahim.
"Tidak merepotkan, Gus. Kalau begitu saya permisi. Assalamu'alaikum." Naila lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Kita ke rumah Abi dulu ya?" kata Ibrahim seraya membukakan pintu mobil untuk Azalea. Wanita hanya mengangguk setuju.
Keduanya disambut hangat oleh Umi Aisyah. Mereka pun langsung dipersilahkan masuk ke ruang makan untuk makan malam bersama.
"Abi kemana Umi?" tanya Ibrahim.
"Ada undangan tausiyah (ceramah)," jawab Aisyah seraya menyajikan makanan untuk anak dan menantunya itu.
"Aza sukanya makan apa?" tanya Aisyah.
"Spaghetti," jawab Azalea.
Aisyah tersenyum mendengar jawaban Azalea. "Kamu kebalikan Ibrahim, dia malah gak suka sama spaghetti," kata Aisyah yang mendapatkan anggukan setuju dari Ibrahim.
"Makanan seenak itu kamu gak suka?" Azalea menatap Ibrahim dengan mata lebarnya.
Ibrahim terkekeh. "Lebih enak tempe penyet dimakan sama nasi anget pakek kerupuk," ujarnya.
"Aza udah pernah makan tempe penyet?" tanya Aisyah yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Azalea.
"Nanti Umi ajarin buat tempe penyet kesukaan Ibra ya? Gampang kok," kata Aisyah. Azalea hanya bisa tersenyum kikuk, pada dasarnya dia memang tidak bisa masak. Memang sesekali dia membantu mamanya memasak, itupun dia hanya membantu mengupas bawang selebihnya Azalea tidak tau sama sekali dalam hal memasak.
Selesai makan malam, Ibrahim dan Azalea langsung berpamitan pulang ke rumah Ibrahim yang hanya berjarak 2 rumah dari rumah orang tuanya.
Ibrahim memberikan Azalea sandal rumah sebelum wanita itu masuk ke rumahnya karena semua lantai di rumahnya sudah disucikan.
"Assalamu'alaikum! Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin." ujar Ibrahim seraya membuka pintu rumahnya.
Azalea berjalan celingukan di belakang Ibrahim. "Emang ada orang?" tanyanya kebingungan.
"Nggak ada," jawab Ibrahim lalu membawa koper Azalea ke kamar mereka.
Azalea pun segera menyusul Ibrahim ke kamarnya. "Terus ngapain ngucap salam?" tanya Azalea.
"Kan rumah ini juga ada penghuninya selain manusia," kata Ibrahim.
"Kamu melihara tuyul?" pekik Azalea yang sontak mengundang tawa Ibrahim.
"Ya gak mungkin lah Za. Semua tempat termasuk rumah ada penunggunya yaitu jin," jelas Ibrahim.
"Jangan nakut-nakutin!" Azalea refleks memukul lengan Ibrahim yang berdiri di sampingnya.
"Lah emang iya, Za. Kita itu hidup berdampingan sama jin dan setan jadi ngapain takut?" kata Ibrahim.
Azalea kembali memukul lengan laki-laki itu. "Udah jangan diterusin!" kata Azalea kesal yang hanya dibalas dengan kekehan oleh suaminya.
Setelah perdebatan yang berakhir dengan kekesalan Azalea, mereka berdua sibuk memindahkan pakaian dari koper ke lemari. Selesai merapikan pakaian, Azalea langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur untuk mengistirahatkan punggungnya yang terasa pegal karena kelamaan duduk.
"Ayo ambil wudhu Za! Kita sholat isha," ajak Ibrahim seraya menutup pintu lemarinya. Azalea tidak menggubris ajakan Ibrahim dan tetap menikmati rebahan di atas tempat tidur.
"Za!"
Azalea tetap diam dan wanita itu malah menutup matanya.
"Jin disini sensitif sama yang males ibadah, nanti kalau kamu diganggu jangan salahin aku ya?" ujar Ibrahim lalu berjalan keluar kamar hendak pergi ke musholla di rumahnya. Tanpa paksaan, Azalea langsung berlari menyusul Ibrahim untuk Sholat isha. Laki-laki itu benar-benar menyebalkan pikir Azalea.
Azalea sebenarnya ingin segera kembali ke kamar tapi karena takut dia terpaksa menunggu Ibrahim selesai mengaji di musholla.
"Kalau ngantuk balik duluan aja!" kata Ibrahim yang menyadari kalau istrinya sudah mengantuk. Ya, Azalea hampir tertidur dengan posisi duduk saking ngantuknya.
"Nggak! Gara-gara lo gue takut sendirian di kamar!" omel Azalea dengan wajahnya yang ditekuk. Ibrahim hanya tersenyum dan melanjutkan ngajinya.
"Ngajinya besok aja, gue ngantuk," rengek Azalea tapi Ibrahim tidak menggubrisnya.
"Ibra! Lo denger gue gak si? Gue ngantuk!" Azalea meninggikan suaranya namun Ibrahim tetap tidak menggubrisnya.
"Ibra!"
"Ngomongnya yang bener dulu! Jin disini gak suka cewek ngomongnya bentak-bentak gitu," kata Ibrahim lalu kembali melanjutkan ngajinya.
"Nyebelin banget sih!" gerutu Azalea.
"Ibra, aku ngantuk. Balik ke kamar sekarang yuk?" ujar Azalea dengan suara yang dibuat selembut mungkin. Berbanding 180° dengan nada bicaranya yang tadi. Mendengar itu, Ibrahim tersenyum dan segera meletakkan al-qur'annya. Azalea terdengar menghela napas panjang karena akhirnya bisa membujuk suaminya yang menyebalkan itu.
Azalea sibuk memainkan ponselnya di atas tempat tidur sedangkan Ibrahim sudah berbaring di sampingnya. Tadi wanita itu bersikeras untuk kembali ke kamar dengan alasan mengantuk tapi sekarang dia terlihat sangat segar menatap layar ponselnya.
"Nggak ngantuk?" tanya Ibrahim, Azalea hanya menggeleng tanpa memalingkan pandangannya dari ponsel.
"Aku tidur duluan. Tidurnya jangan malem-malem ya!" ujar Ibrahim seraya mengeratkan selimutnya.
"Hmm," sahut Azalea.
~~~
"Ibrahim!" teriak Azalea untuk yang kesekian kalinya saat terbangun dan tidak menemukan keberadaan Ibrahim. Azalea terbangun karena haus dan Ibrahim sudah tidak ada di sampingnya sedangkan sekarang masih pukul 2 pagi. Teriakan wanita itu terasa percuma karena kamar mereka kedap suara.
"Loh, kok bangun?" kata Ibrahim dengan santainya saat memasuki kamar. Azalea sontak melemparkan tatapan horor ke arah suaminya itu.
"Dari mana aja malem-malem?" omel Azalea.
Ibrahim meletakkan pecinya di nakas. "Sholat tahajud, kamu kok keringetan. ACnya gak rusak kan?" Ibrahim beralih mengecek remot AC dan ACnya baik-baik saja tapi anehnya kening Azalea berkeringat.
"Besok-besok jangan keluar kamar malem-malem, sholatnya disini aja!" kata Azalea lalu kembali merebahkan tubuhnya.
"Kamu takut?" kata Ibrahim yang akhirnya mengerti kenapa dahi istrinya itu sampai keringetan padahal suhu kamar mereka 20°C.
"Nggak!" elak Azalea.
~~~
Selesai sholat dhuha, Azalea menyibukkan diri di dapur untuk membuat sarapan. Rencananya dia mau sarapan roti tapi karena tidak ada roti, wanita itu terpaksa menggoreng telur.
"Masak apa?" tanya Ibrahim.
"Telor ceplok," jawab Azalea malas.
"Nasinya udah mateng?" tanya Ibrahim lagi.
Azalea sontak menatap suaminya. "Emang nasinya belum mateng?" tanyanya kebingungan.
Ibrahim langsung tertawa melihat raut wajah Azalea. "Kalau gak dimasak ya nggak mateng Za," kata Ibrahim.
"Aku gak bisa masak nasi," ujar Azalea yang mulai kesal karena untuk makan pun yang biasanya tinggal makan sekarang dia harus repot.
"Eh telornya gosong, Za!" pekik Ibrahim saat melihat masakan Azalea sudah menghitam di atas penggorengan.
"Ish kamu sih ngajak ngobrol," omel Azalea lalu segera mengangkat telurnya yang sudah tidak berbentuk.
"Biarin aja telurnya, sekarang aku ajarin kamu masak nasi dulu," Ibrahim lalu mengajak Azalea untuk belajar menanak nasi. Walupun menanak nasi dengan magic com sangatlah mudah, nyatanya Azalea masih kebingungan walaupun Ibrahim sudah membimbingnya pelan-pelan.
"Sudah, nunggunya berapa lama?" tanya Azalea.
"Sampai mateng, sekitar setengah jam lebih," jawab Ibrahim.
Raut wajah Azalea seketika kembali muram. "Aku lapernya sekarang," ujar Azalea kesal.
"Kita makan di luar ya?"
"Nasinya?"
"Mau kamu ajak sarapan di luar?" tanya Ibrahim bergurau.
Azalea berdecak. "Ya nggak, maksudku gapapa nasinya ditinggal?"
"Nggakpapa nanti mateng sendiri, ayo!" Ibrahim berjalan lebih dulu disusul Azalea yang mengelola di belakangnya.
Mereka sudah muter-muter selama 10 menit tapi belum juga nemuin tempat makan yang sesuai sama selera Azalea.
"Jam segini restoran masih belum buka Za, makan di warteg aja ya? Makanannya juga enak kok," kata Ibrahim. Udah berkali-kali laki-laki itu meyakinkan Azalea untuk makan di warteg tapi Azalea terus menolak.
Azalea hanya menatap keluar jendela dan tidak menjawab bujukan Ibrahim. Sampai terdengar bunyi yang berasal dari perut wanita itu.
"Kan! Udah kelaperan. Makan di warteg depan aja ya?" Ibrahim langsung membelokkan mobilnya tanpa menunggu persetujuan Azalea.
Awalnya Azalea ragu untuk makan di warteg pilihan Ibrahim. Tapi mau bagaimana lagi, perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya terpaksa Azalea harus sarapan di warteg dengan menu seadanya.
"Kamu pesen apa?" tanya Ibrahim.
Azalea membaca sekilas menu yang tertempel di lemari kaca warteg. "Nasi pecel sama es teh," jawab Azalea malas.
"Buk! Nasi pecel satu, nasi rames satu sama es teh 2," ujar Ibrahim pada sang penjual.
"Enak kan?" tanya Ibrahim saat melihat piring Azalea bersih karena wanita itu memakan makanannya dengan lahap.
"Lumayan," jawab Azalea sok jual mahal.
Selesai membayar makanan mereka, Ibrahim dan Azalea langsung pulang ke rumah.
~~~
"Ibra!" panggil seorang wanita saat Azalea dan Ibrahim baru turun dari mobil. Sontak mereka berbalik badan dan menemukan wanita yang tak lain adalah kakak ipar Ibrahim sedang berjalan ke arah mereka.
"Kalian dari mana pagi-pagi?" tanya Aliya dengan gaya bicaranya yang agak jutek.
"Sarapan di luar mbak," jawab Ibrahim dengan mengulas senyuman khasnya.
"Loh istrimu gak masak?" tanyanya lagi masih dengan nada judes dan tatapan julit ke arah Azalea.
"Emang lagi pengen makan di luar sih mbak," kata Ibrahim membela Azalea.
"Oh, kirain istri kamu gak bisa masak. Ya udah mbak balik dulu. Assalamu'alaikum." Aliya lalu pulang ke rumahnya yang berjarak 1 rumah dari rumah Ibrahim dan Azalea.
"Wa'alaikumussalam," jawab Ibrahim.
"Dia siapa sih? Judes amat!" cibir Azalea dengan tatapan tidak sukanya ke arah Aliya.
"Mbak Aliya, istrinya Bang Musa. Abang pertamaku. Kamu lupa sama beliau?" kata Ibrahim seraya berjalan masuk rumah bersama Azalea.
"Males banget inget-inget orang judes kayak gitu!" kata Azalea yang masih merasa kesal dengan ucapan Aliya tadi.
"Mbak Aliya orangnya baik kok, kalian butuh kenalan lebih lama aja," ujar Ibrahim.
"Males!" tegas Azalea lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Ibrahim begitu saja.
"Za!" Ibrahim terkekeh melihat wajah kesal Azalea lalu menyusul istrinya itu ke kamar.
Bersambung ...
Jangan lupa vote and comment 💜
Next?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro