Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 : Nyebelin

"Za! Aza!" Ibrahim berbisik di telinga Azalea untuk membangunkannya. Wanita itu hanya menggeliat dan tak kunjung membuka matanya.

"Za!" Kali ini Ibrahim sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga Azalea. Bukannya bangun, Azalea malah memalingkan wajahnya sampai hidung Ibrahim tak sengaja mengenai pipi istrinya itu.

Sontak Azalea membuka matanya dan menemukan wajah Ibrahim hanya berjarak 1 senti dari wajahnya. Refleks Azalea mendorong Ibrahim sampai laki-laki itu terpental ke belakang.

"Ngapain deket-deket? Udah dibilangin jangan deket-deket!" omel Azalea.

Ibrahim membenarkan posisi duduknya. "Aku cuma mau bangunin kamu," jawab Ibrahim.

Azalea melirik ke arah jam yang ternyata masih menunjukkan pukul 4 pagi. "Ngapain bangunin gue jam segini? Gue masih ngantuk," ujar Azalea lalu kembali merebahkan tubuhnya.

"Waktunya sholat subuh," jawab Ibrahim.

"Sholat sendiri aja, gue ngantuk." Azalea mengibaskan tangannya.

"Aku sudah jadi suami kamu, artinya kamu udah jadi tanggung jawab aku termasuk masalah ibadah."

Azalea kembali duduk dan menatap Ibrahim tajam. "Duh pagi-pagi udah bawel!"

"Mau aku gendong ke musholla atau jalan sendiri?"

"Iya... iya... Nyebelin!" Azalea bangkit dan pergi ke kamar mandi. Meski keras kepala, nyatanya wanita itu masih mau menurut pada Ibrahim. Walaupun Ibrahim harus ekstra sabar dan ekstra bawel menghadapi Azalea.

Wajah Azalea terlihat lebih segar saat keluar kamar mandi. "Ayo!" Azalea berjalan ke arah pintu untuk pergi ke musholla.

"Pakek ini dulu." Ibrahim menahan tangan Azalea dan memakaikan sarung untuk menutupi kaki istrinya.

Azalea menautkan alisnya. "Di rumah cuma ada Papa sama Mama, ngapain pakek ginian?" tanyanya sedikit sewot.

"Biar kamu terbiasa menutup aurat kalau keluar kamar," kata Ibrahim lalu menggandeng Azalea keluar dari kamar tapi Azalea langsung melepaskan tangan Ibrahim dan berjalan mendahului suaminya.

Selesai berdo'a Azalea cepat-cepat melepas mukenahnya, hendak kembali ke kamarnya.

"Za, mau kemana?" tanya Ibrahim saat Azalea hendak pergi dari musholla.

"Tidur lagi lah, gue masih ngantuk," jawabnya sinis.

"Gak boleh, Za."

"Siapa yang ngelarang?"

"Nabi Muhammad bersabda yang artinya seusai shalat subuh, janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rizki, hadis riwayat Thabrani," jelas Ibrahim.

"Terus mau ngapain jam segini?"

"Ngaji."

"Gue gak bisa."

"Aku ajarin," kata Ibrahim lalu mengambil 2 al-quran di lemari yang ada di musholla.
Azalea sedikit menghentakkan kakinya sebelum kembali duduk dan memasang mukenahnya. Azalea yang pada dasarnya tidak bisa mengaji hanya diam memandangi deretan tulisan arab di al-qurannya seraya mendengarkan Ibrahim yang entah sudah membaca sampai bagian mana.

Ibrahim menghentikan ngajinya. "Za, bisa nyimaknya?"

"Ya nggak lah, kan udah gue bilangin gue gak bisa ngaji."

"Surat Yasin bisa?"

"Nggak."

"Al-fatihah?"

"Bisa tapi gak selancar lo bacaannya."

"Ya udah kita belajar surat al-fatihah dulu ya?" Ibrahim membukakan surat al-fatihah di al-quran milik Azalea lalu menuntun Azalea membacanya.

"Capek, udah ya?" rengek Azalea saat Ibrahim menyuruhnya membaca sekali lagi.

"Ya udah." Ibrahim mengambil al-quran di tangan Azalea dan meletakkannya di lemari.

"Boleh balik ke kamar?"

"Sholat sunnah dhuha dulu ya?"

"Aduh, sholat apa lagi?" Azalea menghentakkan kakinya kesal.

"Cuma 2 rakaat, setelah itu balik ke kamar," kata Ibrahim.

Azalea dan Ibrahim kembali ke kamar setelah selesai sholat. Saat melewati ruang tengah, mereka melihat Tio dan Jihan sedang bersantai menonton acara pagi di tv.

"Ngapain pakek sarung, Za?" Tio tidak bisa menahan tawanya melihat sang putri yang untuk pertama kalinya memakai sarung.
"Disuruh ini, Pa." Azalea menunjuk Ibrahim yang berdiri di sebelahnya dengan dagu.

"Za! Yang sopan sama suami kamu!" tegur Jihan.

"Hebat kamu Ibrahim. Baru 2 hari nikah, Aza udah mau nurut sama kamu," ledek Tio. Sang menantu hanya tersenyum mendengar ucapan mertuanya.

"Aza bantuin Mama di dapur ya? Nyiapin sarapan," kata Jihan lalu pergi ke dapur bersama Azalea. Sedangkan Ibrahim melanjutkan obrolan dengan Tio di ruang tengah.

Selesai masak Azalea dan Jihan menata makanan di atas meja makan. Mereka hanya menyiapkan nasi goreng, telur mata sapi dan telur dadar untuk sarapan. Para lelaki pun segera menghampiri meja makan saat Jihan memanggil mereka.

"Za, bantu suami kamu ngambil makanannya!" kata Jihan karena Azalea malah sibuk dengan piringnya sendiri.

"Lo mau telor mata sapi apa dadar?"
Belum sempat Ibrahim menjawab, Jihan segera menyela, "Kamu panggil apa ke suami kamu? Lo? Jangan gitu Za! Yang sopan manggilnya!" tegur Jihan lagi dan lagi.

"Terus manggil apa Ma? Dia juga gak masalah tuh aku manggil kayak gitu, ya kan?"

Lagi-lagi Jihan menyela, "Mama yang gak suka dengernya. Manggilnya yang sopan, Ibrahim ini dibesarkan di lingkungan pesantren. Dia terbiasa sama orang-orang yang bicaranya lemah lembut. Kamu istrinya harus bisa beradaptasi sama lingkungan Ibrahim!" ujar Jihan panjang lebar.

"Aku gak mintak dinikahin sama dia. Kalo perjodohannya secara paksa harusnya dia bisa terima aku apa adanya. Bukan aku yang harus berubah!"

"Aza!" Bukannya mendengarkan ucapan mamanya, Azalea malah pergi begitu saja dari meja makan. Mood Azalea sudah buruk dan tidak selera untuk sarapan.

"Ibrahim samperin Aza dulu Ma, Pa."

"Ibrahim, maafin Aza ya," kata Jihan yang benar-benar merasa tidak enak pada menantunya.

"Nggakpapa, Ma." Dengan sabarnya Ibrahim tersenyum.

"Ibrahim tolong bawa makanannya ke kamar! Kalian makan di kamar aja. Aza gak mungkin mau balik kesini lagi," ujar Tio.

Ibrahim mengambil 2 piring miliknya dan milik Azalea lalu pergi ke kamar. Wanita itu berbaring membelakangi Ibrahim dan tidak bersuara.

"Za, makan dulu ya?"

"Males," sahutnya ketus.

"Aku taro sini makanannya. Nanti dimakan ya?" Ibrahim meletakkan makanan milik Azalea di nakas samping Azalea berbaring. Laki-laki itu lalu berjongkok melihat keadaan Azalea yang sedang menatapnya tajam.

"Lo gak masalah kan gue ngomongnya kayak gini?" tanya Azalea.

"Aku gak keberatan. Tapi untuk orang lain mungkin aneh kalo denger suami istri manggilnya lo gue." Ibrahim terkekeh.

"Terus gue harus manggil lo kayak gimana?" kata Azalea kesal.

"Biasakan pakek aku kamu, dan kalo panggil aku jangan, he! Panggil nama aja gapapa, Ibra."

Azalea memutar bola matanya. "Hmm."
"Sekarang makan?"

Azalea mengangguk lalu Ibrahim mengambilkan makanan di atas nakas untuk Azalea. Azalea tetap makan di atas tempat tidur sedangkan Ibrahim pindah ke sofa.

Selesai makan, Ibrahim menghampiri Azalea dan mengambil piring di tangan istrinya itu. "Nanti siang keluar ya?" kata Ibrahim.

"Kemana?"

"Beli gamis," jawab Ibrahim yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Azalea.

"Baju kamu ditinggal disini aja gak usah dibawa ke rumah," lanjut Ibrahim.

Azalea menautkan alisnya. "Rumah siapa?"
"Rumahku, nanti sore kita pulang."

"Kenapa gak nunggu semingguan dulu sih?" dengus Azalea.

"Aku punya tanggungan di pesantren jadi harus cepet pulang," jelas Ibrahim. Azalea tidak menanggapi jawaban suaminya dan beralih memainkan ponselnya.

~~~

"Kalian mau kemana?" tanya Jihan saat melihat Azalea dan Ibrahim berpakaian rapi menghampirinya di ruang tengah.

"Mau beli gamis buat Azalea, Ma," jawab Ibrahim karena Azalea tidak kunjung menjawab pertanyaan mamanya. Dilihat raut wajahnya, wanita itu masih kesal karena kejadian tadi pagi.

"Hati-hati ya!" kata Jihan lalu keduanya segera berangkat.

Mereka pergi ke sebuah butik baju muslim di mall. Namanya juga Azalea, wanita itu bahkan tidak menyentuh baju-baju di hadapannya dan hanya menatapnya aneh.
"Kamu bisa pilih yang kamu suka!" kata Ibrahim karena Azalea hanya diam di sampingnya.

"Gue gak selera sama baju ginian," bisik Azalea sampai membuat Ibrahim terkekeh. Laki-laki itu lalu memanggil salah satu pegawai butik untuk membantu Azalea memilih baju yang akan dia beli. Seraya menunggu Azalea selesai belanja, Ibrahim juga ikut membantu mencarikan baju yang cocok untuk istrinya itu.

"Ibra! Udah!"

"Udah?" Ibrahim sedikit terkejut karena baru 5 menit istrinya itu belanja dan sekarang sudah selesai. Ibrahim melirik beberapa baju yang ada di tangan pegawai butik.

"Kamu beli berapa baju?" tanya Ibrahim.

Azalea ikut melihat pegawai yang berdiri di belakangnya. "Lima, kenapa?" tanyanya karena melihat raut wajah Ibrahim yang sulit ditebak.

"Lima?! Mbak, tolong temani istri saya lagi ya? Pilihkan 15 baju lagi!" kata Ibrahim yang langsung diiyakan oleh sang pegawai.
"Banyak amat!" pekik Azalea.

"Kan kamu cuma punya 2 gamis, udah sana lanjutin!" kata Ibrahim lalu kembali melihat-lihat baju di hadapannya.

Mereka keluar dari butik dengan 4 kantung besar belanjaan di kedua tangan Ibrahim. Sedangkan Azalea berjalan di sampingnya seraya memainkan ponsel.

"Langsung pulang?" tanya Azalea tanpa memalingkan wajahnya dari layar ponselnya.

"Mau beli baju tidur?" tawar Ibrahim.
Azalea menghentikan langkahnya dan melihat Ibrahim.

"Gue-"

"Apa?" sela Ibrahim dengan tingkah seolah tidak mendengar ucapan Azalea.

"Gue-"

"AKU gak denger," kata Ibrahim dengan menekan kata aku pada kalimatnya.
Azalea menghela napas melihat tingkah laki-laki itu.

"AKU punya banyak, gak usah beli lagi," kata Azalea yang juga menekan kata aku pada kalimatnya.

"Tapi punya kamu pendek, beli yang panjang ya? Ayo!" Ibrahim berjalan mendahului Azalea dan meninggalkan wanita itu jauh di belakangnya.

"Jalannya cepet amat!" dengus Azalea setelah akhirnya bisa mengejar sang suami.

"Makanya biar jalannya gak cepet digandeng," sindir Ibrahim lalu masuk ke sebuah toko yang khusus menjual piyama. Azalea mencibir tingkah Ibrahim yang menurutnya mulai menyebalkan.

Ibrahim memilihkan piyama yang berukuran panjang untuk Azalea sedangkan Azalea malah melihat-lihat model piyama dengan celana hotpants seperti miliknya di rumah.

Ibrahim merebut piyama di tangan Azalea. "Ini buat anak usia 5 tahun, Za." kata Ibrahim menyindir Azalea lalu mengembalikan piyama itu ke tempatnya. Azalea hanya memutar bola matanya jengah lalu pergi meninggalkan Ibrahim.

"10 Piyamana ukuran panjang, mau tambah lagi?" kata petugas kasir seraya mentotal harga piyama yang dibeli Ibrahim.

"Tidak, Mbak," jawab Ibrahim.

"Mas, Mbak udah nikah?" tanyanya lagi.

"Udah Mbak, baru kemarin," jawab Ibrahim karena Azalea terlihat tidak berselera untuk berbincang dengan kasir itu.

"Wah kebetulan pasangan pengantin baru, disana ada produk terbaru kami," ujarnya seraya menunjuk barisan lingerie yang terpampang tak jauh dari tempat kasir.

"Lingerie dari bahan premium, hari ini masih diskon 30% untuk pembelian 3 pasang," lanjut sang kasir.

Ibrahim sontak memalingkan pandangannya ke arah lain setelah melihat pakaian yang dimaksud kasir itu. Sedangkan Azalea mulai salah tingkah hanya dengan melihat pakaian itu.

"Berapa semuanya, Mbak?" tanya Ibrahim seraya mengeluarkan dompetnya.

"1.750.000, Mas," kata sang kasir lalu mengambil kartu kredit dari tangan Ibrahim.

"Lingerienya gak sekalian, Mas?" Pegawai itu seolah tidak mau menyerah untuk menawarkan pakaian itu pada Ibrahim dan Azalea.

"Kapan-kapan aja, Mbak," kata Ibrahim seraya mengambil kembali kartu kreditnya lalu mengajak Azalea pergi dari sana.

Mereka berdua masih canggung karena ulah kasir tadi. Tidak ada pembicaraan di dalam mobil selama perjalanan pulang sampai mereka tiba di rumah Azalea.

"Langsung dikemas, setelah sholat ashar kita berangkat," titah Ibrahim yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Azalea.

Bersambung ...

Jangan lupa vote and comment ya!

Next?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro