Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

three

WN POV.

Sesuatu yang cukup mengejutkan lagi-lagi terjadi. Luka di lengan Mama memnag tidak terlalu dalam, tapi bukan berarti tidak bahaya. Hanya saja Tuhan masih membantu Mama menghindari hal yang membahayakan nyawanya.

Mama sudah sempat membuka matanya. Dan kalau kalian penasaran kenapa alasan Mama melukai lengannya, jawaban dari Mama adalah, ia ingin mengakhiri hidupnya. Memang sejak perceraiannya dulu sampai kedatangan Foster, Mama memang menunjukkan gejala-gejala depresi. Tapi gue gak tahu kalau sampai separah ini.

"Nak. Makan dulu sana. Biar Papi yang jaga Mama."

Lamunan gue buyar saat Papi menaruh tangannya di bahu gue. Melihat wajah lelahnya, gue tidak bisa berkata apa-apa selain mengikuti kemauan Papi. Gue mengangguk dan pamit untuk pergi ke kantin, sendirian.

###

Author POV.

"So. Gimana? Mau gak? Jalanin hari ini oke? Nanti gue yang kasih tau." Randy sedang bicara dengan Aira, Milly dan Milo.

Mereka hanya mengangguk. Entah apa yang Randy beritahu pada mereka tadi.

Setelah bercakap dan setuju, mereka baru saja keluar dari kamar rawat Selvia dan mau makan di kantin.

"Eh. Tuh si WN." Randy menunjuk ke arah WN.

"Samperin yuk." Milo langsung memberi isyarat untuk mendekati WN.

"Yo. Bro." WN sontak langsung kaget karena Randy menepuk pelan bahu WN.

"Oh. Hai. Kalian abis jenguk Selvia ya?"

"Iya nih. Lu ngapain disini? Kayaknya tadi kita gak liat lu deh di kamar Selvia." Aira mengangguk setuju dengan kalimat Milly barusan.

"Oh. Iya. Gue lagi jagain nyokap gue. Dia soalnya masuk rs." Baik Randy, Aira, Milly maupun Milo hanya mengangguk tanpa ingin bertanya lebih lanjut karena jika dilihat dari raut wajahnya, itu bukan hal yang baik untuk diceritakan.

"Oh. Eh, iya. WN..."

"Milo. Panggil gue Troy aja." Troy memotong ucapan Milo.

"Oke. Troy. Kita mau ngomong sesuatu sama lu."

"Hah? Tentang apaan?"

"Tentang Selvia."

"Selvia? Emang dia kenapa lagi?"

"Selvia gapapa. Cuman. Kita ada misi. Dan ini terlibat sama lu. Oke? Bantuin kita ya?"

"Oke. Emang apa misi nya?" Randy langsung tersenyum senang dan langsung menceritakan rencana nya kepada Troy. Troy hanya mengangguk.

##

"Sellllllllllll." Suara seseorang yang familiar di telinga Selvia.

"Ya Tuhan. Caseyyyyy!!! Kuping gue conge lama-lama." Selvia merenggut kesal. Tidak Kara, tidak Casey, kedua kakak beradik kembar itu memang kompak sekali kalau dalam hal membuat Selvia tuli.

"Yeee. Selow dong. Eh. Gue bawa temen nih. Ini Rain, Lyn, Lita, Natha dan yang ini Theo, cowo gue." Casey langsung menunduk malu saat menyebut nama Theo sebagai cowonya.

"Oh." Selvia hanya oh singkat.

"Lu kok bisa babak belur kayak gini lagi sih? Lu kan lagi itu udah tobat."
Casey menginterogasi.

"Ck! Sama aja lu kayak Kara." Selvia baru menyadari 1 hal. Kara kan sudah bilang untuk tidak memberitahu Casey dan mama nya kalau Kara pernah kesini.

"Kara? Dia kesini?" Natha langsung angkat suara.

"Hah? Eng-eng-engga. Dia telpon gue. Udah ah. Gue mau tidur dulu." Selvia menjawab dengan sedikit tergagap.

Entah apa yang terjadi diantara Kara dan Casey, tapi ia rasa itu bukan hal yang bagus. dan lebih baik ia mengikuti apa yang Kara katakan daripada dia harus rebut dengan Kara. Casey melihat ada yang janggal dengan sepupunya itu.

"Ck! Jahat banget sih. Jauh-jauh gue ke sini, ke Indonesia dari Singapur, dan akhirnya gue diusir. Hiks. Gue sakit hati." Casey pura-pura nangis.

"Ck! Gak usah acting deh. Gak mempan sama gue. Lu tau kan?" Selvia memutar matanya.

"Iya-iya. Yaudah, gue sama temen-temen gue balik dulu ya. Byee. Cepet sembuh 'kay?"

Selvia hanya mengangguk.

Lalu mereka keluar.

"Sel. Kita bawa berita buruk sama berita bagus. Lu mau denger yang mana duluan?" Tanya Milly tiba-tiba yang sudah di kamar rawat Selvia dengan Aira, Randy dan Milo.

"Yang bagus dulu deh."

"Oke. Hari ini, kata dokter, lu udah boleh pulang." Kata Aira.

"Terus kabar buruknya?"

"Troy. Dia mengalami luka parah karena dia dipukulin lagi sama anak Karalanggar. Katanya sih karena dia ngelindungin elu lagi itu. Terus berhubung lu juga masih di rs, jadi mereka bales dendam ke Troy aja," jelas Aira.

"Troy? Troy itu siapa?"

"Troy itu ya si WN." Kata Milo.

Oke. Selvia jadi jengkel seketika mendengar kalo WN a.k.a Troy. Dia benci banget sama anak Karalanggar.

"Gue mau pulang." Selvia angkat suara sambil mengepalkan tangannya.

"Oke gue urus dulu surat keluar elu." Milo pergi ke administrasi.

##

Mereka sudah ada dimobil Randy, supir Randy yang menyetir. Setelah mengurus administrasi dan sebagainya tadi, dengan cepat Randy menghubungi supirnya.

"Gue mau ke rumah Troy. Lu tau kan rumahnya, Dy?" Selvia ingin mengecek keadaan Troy sekarang.

"Tau lha. Dia kan sepupu gue."

Semua mata tertuju pada Randy seketika.

"Apa?" Randy bertanya.

"Dia sepupu lu? Kok lu gak pernah bilang sih?" Milly menginterogasi.

"Iya. Kamu juga gak pernah bilang sama aku." Aira memberenggut kesal.

Randy yang melihat Aira sedang memberenggut kesal langsung memeluk Aira dari samping. Wajah Aira lucu kalo lagi kayak begitu menurut Randy.

Randy mengecup puncak kepala Aira. "Maaf ya sayang. Aku lupa." Randy mengacak rambut Aira pelan.

"Ck! Woyyy! Hargai dong yang masih jomblo. Lama-lama gue pites lu ah berdua." Selvia mendevak sebal.

"Ampun, mba." Randy berpura-pura minta maaf.

"Bodo amat."

Kali ini, Milo angkat bicara, "Kalo lu berdua kenal, sepupuan, kok kayak saling gak kenal gitu sih kalo ketemu?"

"Dia yang minta buat saling gak kenal. Ada alasan tersendiri katanya." Randy mengangkat bahunya.

Tau-tau mereka sekarang mereka sudah masuk ke dalam pekarangan rumah mewah.

"Ayo turun." Randy menggandeng tangan Aira.

Tok tok tok

Cklek!

"Eh. Den Randy. Mau ketemu sama Den Troy ya?" Wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman hangat.

"Iya bi. Ada kan?" Randy menjawab dengan sopan.

"Ada den. Masuk aja. Den Troy ada di kamarnya kok. Di lantai 3."

"Ih, Bibi. Saya kan sudah tau." Randy langsung mengajak teman-temannya naik ke kamar Troy.

##

"Coy. Ape kabar?" Randy langsung nyelonong masuk tanpa ketuk pintu ataupun izin sama Troy.

"Menurut lu? Sakit gila badan gue semuanya. Lu kebiasaan ya. Gak ketuk pintu terus." Troy mendecak sebal.

Kepala Troy di perban dan dia sedang berbaring di kasur empuknya. Selvia mendekati Troy, duduk di sebelah Troy di atas kasurnya dan tidak sengaja menyentuh perut Troy sampai Troy meringis kesakitan.

"Aw. Wah gila lu. Jangan sentuh perut gue."

"Perutnya juga kena di hantem sama anak Karalanggar? Liat aja besok mereka abis sama gue." Kemarahan Selvia sudah sampai ubun-ubun.

Baik Randy dan Troy langung saling bertatapan mata, emngirimkan kode. "Guys. Tinggalin gue sama Selvia bentar ya." Troy meminta.

"Oke." Dalam sekejap, mereka hanya berdua saja di kamar Troy.

Plak!

"Aw! Lu gila ya? Udah tau gue lagi sakit. Pake dipukul lagi. Gue kan sakit juga gara-gara lu."

Selvia mencibir. "Bodo amat. Siapa suruh sok pahlawan pake bantuin segala."

"Ini nih. Yang kayak gini nih. Gak tau diuntung. Masih mending gue tolongin luh. Kalo gak mah, udah gatau gimana keadaan lu sekarang."

"Yeeee. Yauda deh. Lu mau apa? Sebagai gantinya karena lu udah menolong gue walaupun babak belur juga. Gue bakal berusaha melakukan apapun selama masih legal dan bermartabat untuk dilakukan." Selvia mendecak sebal.

"Yakin? Semuanya?"

Selvia mengangguk.

"Kalo gitu gue mau lu gak tawuran lagi, gak berantem lagi, gak ngomong kasar atau kotor lagi, dan bersikap seperti cewek yang semestinya." Selvia langsung menatap mata Troy yang menatapnya dalam.

Apa-apaan coba permintaan nih orang, batin Selvia.

"Gue gak yakin gue bisa. Seperti yang lu tau gue masih harus membalas perbuatan mereka." Selvia mengalihkan pandangannya.

Troy menggenggam tangan Selvia. "Gue yakin lu bisa. Tadi kan lu bilang, lu bakal ngelakuin apapun yang gue suruh kan? Gue cuma mau lu ngelakuin itu doang. Gak aneh kan?" Genggamannya di tangan Selvia, membuat gadis itu mau tak mau menatap Troy lagi.

Dengan satu tarikan Panjang akhirnya Selvia menjawab. "Oke. Gue coba."

"Yey! Promise?" Troy memberikan jari kelingking nya kepada Selvia seperti anak kecil yang sedang membuat janji.

"Promise." Selvia mengaitkan jari kelingkingnya.

----------------------------------------------------------

Haiiii gimana ya petualangan Selvia menjadi cewek nantinya ? Ikutin terus yaaa.. btw. Vommentnya please.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro