Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

one

Sudah seminggu sejak Selvia nge kos. Dan sudah seminggu juga, dia kerja di café.

Kring kring kringggg

"Aduhhh... Masih ngantuk."  Bunyi alarm bukan menjadi alasan untuk Selvia memilih bangun dari tidurnya. Tentu saja ia hanya bangun untuk satu hal. Selvia mematikan alarmnya dan kembali tidur.

10 menit kemudian.

"Hoammm.. ngantuk gue."

Pada akhirnya dia bangun juga. Setelah merenggangkan kedua tangannya dan mengucek matanya, ia menoleh ke arah jam yang berdiri diatas nakas samping kasur.

6.45.

15 menit lagi dia masuk sekolah.


"Oh. Baru jam segini." Selvia memang sering telat. Tapi tidak ada yang berani menghukum, bicara bahkan berteman dengannya. Karena, ia salah satu donatur di sekolah dan anak yang paling berandalan di sekolah. Walaupun dia sudah tobat sih. Tapi tetap saja masih garang.

.
.
.

"SELAMAT PAGI, PAK ARI!." Selvia menyapa satpam disekolahnya yang hamper saja jatuh dari duduknya karena terkejut dengan teriakan Selvia. Jam sekolah sekarang menunjukan pukul 7.10.

Tapi ia tetap saja berjalan santai ke kelasnya dan duduk di tempat duduknya. Hanya ada beberapa orang yang mau berteman dengannya. Sahabatnya.

Girandy alias Randy, Airana, cewek yang feminim banget dan juga Milly serta Milo.

"Anjir. Lu sering banget telatnya. Tau diri dong lu. Telat mulu masa." Milly mulai ceramah. Selvia duduk di samping Milly. Guru padahal sudah menerangkan pelajaran saat Selvia masuk kelas tadi.

Tapi namanya Selvia tetap Selvia. Ia hanya menaruh kepalanya diatas meja. "Berisik lu ah," jawab Selvia acuh.

×××××

"Hoammm. Gila. Ngantuk banget gue parah." Selvia tidur di kelas. Lagi. Keempat temannya hanya bisa menggelengkan kepala. Ya mereka omelin Selvia juga tidak didengar oleh yang bersangkutan.

"Sel. Sel. Gila lu. Gue udah gak ngerti lagi deh ama lu. Parah." Randy menggelengkan kepalanya yang hanya dibalas cengiran kuda Selvia.

"Nanti pulang hang out yuk. Bosen nih gue." Milo sengaja berniat meledek Selvia.

"Sialan lu! Lu kan tau gue gak punya duit buat hang out. Ck!" Selvia mendecak sebal. Kalau mengingat kartu kreditnya dan kartu tabungannya yang ditahan mamanya, Selvia jadi kesal sendiri lagi.

"Ye. Itu kan elu. Bukan kita. Siapa suruh lu tawuran terus dulu. Lu yang salah sendiri." Aira yang tadinya diam akhirnya angkat suara sambil terkekeh pelan.

"Sialan lu pada. Gak ada setia kawannya." Selvia pura-pura ngambek.

"Yaelah. Masa gitu aja ngambek sih. Kita kan hang outnya ke cafè tempat kerja elu. Jadi kita bisa ngunjungin elu lha istilahnya." Milo menjelaskan.

"Ihhh.. temen-temen gue baik semua ya. Sayang deh sama kalian." Selvia merentangkan tangan memeluk teman-temannya.

"Sel. Ga bisa napas." Milly melepaskan pelukan Selvia.

"Hehe. Sorry." Selvia nyengir kuda lagi.

"Yauda ah yuk pulang," ajak Selvia.

"Eh. Tunggu. Gue, Milo sama Randy dipanggil ke ruang guru. Lu ke depan aja dulu berdua." Milly berjalan ke ruang guru bersama dengan Milo dan Randy.

Sedangkan Selvia dan Aira pergi ke depan.

Aira tiba-tiba berhenti untuk mengikat tali sepatunya.

"Lama, Ra." Selvia berjalan duluan ke depan. Pas sudah di depan pintu keluar, satu pot bunga mengenai kepala Selvia. Hingga Selvia mengaduh kesakitan. Darah mulai menetes dari kepalanya.

"Selvia!!" Aira datang untuk menolong Selvia. Tapi saat di depan pintu, dia malah dihadang oleh anak-anak dari sekolah Karalanggar. Musuh sekolahnya, musuh sekolah Bintang Dunia.

"Apa-apaan sih lu! Minggir!" Aira berusaha untuk melewati kerumunan anak Karalanggar, karena dia melihat kepala Selvia sudah mulai menetes darah dan beberapa anak Karalanggar datang memukul Selvia.

×××××

"Apaan tuh? Waduh. Tawuran. Ah bukan urusan gue lah." Cowok itu memilih untuk berjalan lagi, tapi emang dasarnya ia tidak bisa melihat cewe dipukuli, ia kembali lagi untuk menolongnya.

"Woy! Lepasin tuh cewek!! Banci lu semua! Beraninya ama cewe!! Cacat!"

"Weitsss. Ada pahlawan coy!! Hajar tuh cowok!" kata ketua dari anak-anak Karalanggar.

Cowok yang ingin membantu Selvia akhirnya jadi ikut berantem sama anak Karalanggar. Dan sepertinya coowk ini punya skill yang lumayan dalam berkelahi. Buktinya semua anak yang tadi memukuli Selvia langsung habis terhajar oleh cowok tadi dalam sekejap.

"Udah? Segitu doang? Cupu lu, men."

Melihat teman-temannya dihabisi begitu saja, tentu saja yang lain tidak bias diam. Anak-anak yang tadi menghadang Aira langsung berlari menyerbu cowok itu.

Aira yang lepas langsung menolong Selvia berdiri.

Terimakasih atas bantuan cowok itu, dalam hitungan menit, anak-anak Karalanggar langsung pergi.

Randy, Milly dan Milo yang baru saja tiba langsung berlari mendekat dengan panik Tentu saja mereka panik. Mau seberapa sering Selvia tawuran pun, mereka tetap saja akan panik dan takut Selvia kenapa-kenapa. Karena Selvia juga masih perempuan. Apalagi ini sudah lama sekali sejak terakhir kali Selvia tawuran. Mereka jadi bingung kenapa bias tiba-tiba banyak anak-anak sekolah musuh dating menerbu.

"Sel. Sel. Bangun, Sel." Aira menepuk-nepuk pipi Selvia.

Akibar berkelahi tadi, cowok tadi jadi mempunyai bekas luka dimana-mana.

Selvia masih saja pingsan. Akhirnya Randy yang membawa Selvia masuk ke dalam mobilnya dan diikuti teman-temannya.

×××××

"Gue dimana?" Selvia akhirnya sadar di rumah sakit setelah pingsan selama 1 jam. Segala perawatan sudah dilakukan oleh tim medis. Kepalanya terasa agak baal karena dibalut perban.

"Lu udah bangun?"

"Lu siapa? Dan kenapa gue bisa ada disini?" Selvia bertanya pada cowok yang menolong Selvia tadi.

"Lu tadi dikeroyok sama anak-anak Karalanggar. Temen-temen lu dan juga gue yang bawa lu kesini. Mereka sekarang lagi makan di kantin," jelas cowok tersebut sambil memegangi perutnya yang diperban dan masih ada bercak darah disana.

Karena, sialnya, tadi anak Karalanggar ada yang membawa pisau dan sempat menusuk perut cowok tersebut. Untung saja tidak dalam. Jadi hanya perlu diperban.

"Perut lu kenapa? Kok ada darah?" Tanya Selvia.

"Tadi pas nolongin lu, gue ketusuk sama anak Karalanggar," jelas cowok tersebut.

"Wah songong tuh bocah-bocah Karalanggar. Liat aja besok. Abis mereka sama gue besok," ujar Selvia yang akhirnya meringis kesakitan karena kepalanya. "Awww."

"Makanya lu, jadi cewek jangan tomboy. Ckckck. BIsa-bisanya punya musuh begitu." Cowok itu menghela napasnya pelan. "Lagian udah tau lagi luka tuh kepala, kenapa malah ngomel coba. Sakit lagi kan kepala lu."

"Diem lu!"

"Yehhhh. Gimana sih. Udah ditolongin juga. Masih aje ngomelin gue."

"Bawel lu. Udah lu sana pulang."

"Yaudah. Bye."

Tak ada kata-kata lain selain itu. Tak lama cowok itu pergi, teman-teman Selvia kembali. "Sel. Lu udah bangun?" Randy membuka suara.

"Hai. Seperti yang lu liat."

"Aduhh. Sel. Sel. Lu sih. Tomboy banget. Tawuran mulu. Walaupun lu udah tobat, tapi kan akhirnya lu jadi punya banyak musuh." Milly mulai bawel.

"Milly. Berisik. Udah tau gue lagi sakit. Masih diomelin juga." Milly memutar bola matanya.

"Gue udah telepon nyokap lu."

"What?! Lu gila ya, Milo? Wah lu. Gue bisa diamukin ama nyokap lagi nanti."

"Tapi kan dia mama lu, Sel."

"Ya kan nanti gue bisa kasih tau lu sendiri, Lo."

"Udah lah lu nurut aja ama gue. Bentar lagi juga nyokap lu nyampe."

"Ck!"

"Kita itung oke ? Satu. Dua. Ti..."

Belum selesai Milo menghitung, mama Selvia sudah datang.

"Selvia. Yaampun. Kamu ga apa-apa, nak?"

"Please deh, Ma. Aku udah biasa kali kayak gini." Selvia memutar matanya. Teman-temannya mundur ke belakang bermaksud memberi ruang untuk keduanya.

"Apanya yang gapapa. Kepala kamu sampe diperban begini. Hukuman kamu Mama sudahi. Sekarang, kamu pindah ke rumah lagi. Nanti Mama suruh Pak Kusar yang bawain barang kamu." Oke. Kalo mama Selvia udah kayak gini, udah gak ada yang bias menentangnya. Selvia langsung nyengir. Toh tidak ada ruginya.

Kalau dia pulang ke rumah lagi, artinya ia bias mendapatkan kartunya lagi, kan?

"Serius, Ma?" Mama Selvia hanya mengangguk.

"ASEK!!"

Sementara Selvia girang karena senang, teman-temannya diam-diam keluar dari kamar rawat inapnya.

"Oke. Gue rasa, Selvia ada sedikit merasa bersalah sama cowok tadi. Gimana kalo kita susun rencana?" Randy menjelaskan. Milly, Milo dan Aira hanya tatap-tatapan dan menganggukkan kepala.

-------------------------------------------------

Haiii.. oke. Ini chap 1 gw. Semoga kalian suka. Yeyyy.. vommentnya yaa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro