epilog
Selvia, Milly, Milo, Randy, Aira dan Troy sedang berjalan di koridor kampus. "Eh, kantin dulu nyok. Gue laper nih," ujar Selvia. Mereka semua langsung cus ke kantin kampus.
Mereka sudah menempati semester ke 4. Selvia, Milo dan Aira mengambil jurusan Desain grafis. Randy mengambil jurusan arsitek, sedangkan Milly jurusan akuntasi dan Troy mengambil jurusan kedokteran.
Mereka semua sudah tiba di kantin dan tengah duduk di meja kantin yang terdapat di tengah ruangan kantin. Selvia sedang membeli pesanan untk dirinya dan teman- temannya.
Dan perlu kalian ketahui, Selvia sekarang sudah menjadi feminim. Rambutnya digerai, memakai make-up walaupun tipis, dan memakai pakaian yang feminim seperti rok, croptee, dress dan flatshoes atau bahkan heels dan pakaian feminim lainnya.
"Coy, kalian inget gak lusa hari apa?" tanya Randy.
"Inget dong. Lusa ultah nya Selvia yang ke 23 kan? Troy. Lu udah ada rencana belom buat kejutan Selvia besok?" Milo menoleh ke arah Troy. Troy hanya tersenyum misterius.
"Udah dong. Gue udah siapin semuanya. dan gue butuh bantuan kalian." Semua tatap-tatapan dan mengangguk setelahnya. Troy langsung membagi kerja dan tersenyum puas. Ia yakin, rencana nya tidak akan gagal.
×××××
Esok harinya.
"Pa, Ma, Sel pergi dulu ya." Selvia bangkit dari meja makan dan pamit dengan kedua orang tuanya lalu dia pergi ke garasi untuk menyalakan mesin mobilnya, setelahnya, dia berangkat ke kampus.
Selvia sudah duduk di kursi empuk kampus. Dia buka laptop nya dan mengerjakan tugas desain dari dosennya. Dia lupa untuk mengerjakan nya semalam.
"Woi. Lu ngapain? Wah belum kerjain tugas desain lu, ya? gue bilangin dosen lu." Milo mengagetkan Selvia. "Berisik lu. Udah sana. Gue mau kerjain dulu tugasnya."
Dalam waktu 15 menit, Selvia sudah menyelesaikan tugasnya. Dia ambil hape nya dan membuka kontak line nya Troy.
Selvia: Troy, kamu nanti ke kelas aku gak?
Troy: engga
Selvia: Kenapa?
Troy: Bnyk tugas.
Selvia: Tapi nanti ke kantin kan?
Troy: Gak tau.
Troy: Kyknya engga.
Setelah pesan line terakhir Troy, Selvia memasukkan hapenya kedalam tas nya dengan kasar.
×××××
Troy POV
Hahaha. Pasti Selvia bakal ngamuk deh. Ngambek deh dia pasti. Sorry bey. Gak maksud buat gituin kamu kok. Tenang aja.
"Coy. Yeee. Dia senyum-senyum sendiri kayak orang gila." Gue nengok ke sebelah gue. Ada Randy. Dia sama gue gak ada kuliah pagi sebenernya, tapi kita tetep datang pagi buat pacar kita. Sekarang aja kita ada di kantin. "Yeh kan. Dia malah bengong sekarang." Randy membuyarkan lamunan gue lagi.
"Gimana nyokap lu? Lu masih ribut sama dia?" Randy kenapa deh nanya nya itu mulu.
"Udah engga kali dari 1 tahun yang lalu." Gue memutar bola mata gue.
"Eh, Troy, lu yakin rencana lu bakal berjalan dengan lancar?"
Gue tersenyum dan mengangguk. Gue yakin rencana gue bakal berjalan dengan lancar.
×××××
Selvia pulang denan menghentak-hentakan kakinya. "Kak. Lu kenapa sih? Pulang-pulang udah kusut aje tuh muka," tanya Liana.
"Gue kesel masa gue hari ini didiemin sama Troy dan yang lainnya sih."
"Kak. Inget. Gak boleh ngomel-ngomel. Besok kan lu ultah."
Selvia tidak mengindahkan perkataan adiknya itu. Liana hanya menggeleng-geleng kepala melihat kakaknya naik ke kamarnya dengan menghentakkan kakinya. Liana tahu juga tentang rencana Troy begitu pula dengan kedua orangtuanya dan juga Foster.
×××××
Begitu sampai di kamar, Selvia memilih untuk bergati baju dan tidur.
Drrrrtttttt Drrrrrtttttt
Hape Selvia berbunyi dan membangunkan si empunya. "Siapa sih?" Selvia melihat jam di nakasnya. Jam 11 malam. Siapa coba yang menelepon nya semalam ini. Gak ada otak.
Dengan malas, Selvia mengangkatnya. "halo?"
"Gu mau kita putus." Dan telepon diputuskan. Selvia hanya bisa termangu. Besok adalah hari ulang tahunnya. Dan sekarang hanya tinggal menunggu waktu sekitar 1 jam lagi dan Troy minta putus.
drrrrttttt drrrrttttttt
Selvia mengangkat teleponnya lagi.
"Halo?"
"Halo, Sel. Aira pingsan di cafe yang biasa kita datengin. Lu bisa dateng sekarang gak? Mobil Milo habis bensin. Randy juga gak bawa mobil. Lagian obatnya Aira sama elu kan?" Suara Milly terdengar dari seberang sana.
"Oke. Gue jalan kesana sekarang." Yaampun, cobaan apa lagi ini. Dia langsung ganti baju dan berlari menuju mobilnya dan langsung melesat tanpa pamit. Toh orang tuanya pasti sedang tidur.
×××××
Selvia POV
Gue lari begitu gue keluar dari mobil. Gue khawatir sama Aira. Jam menunjukkan pukul 11.45.
Gue masuk ke dalam cafe dan melihat ke sekeliling. Sepi dan gelap. Gue yakin, mereka pasti ke rooftop. Gue lari ke rooftop. Di rooftop juga gak ada apa-apa.
Gue berbalik badan dan mendengar ada suara. "Ra. Bangun, Ra." Itu suara Milly. Gue langsung mendatangi asal suara. Disana, di pojok rooftop ada Aira yang terbaring dan ada Milly, Milo, Randy yang mengelilingi Aira.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.58.
Gue berlari ke arah Aira dan menepuk pipinya pelan. "Ra, bangun, Ra."
Lalu Milly angkat suara. "Sel. Coba deh liat sekarang jam berapa? Gue mau telepon orang tua Aira soalnya. Kalo udah kemaleman, biasanya mereka gak ada yang angkat teleponnya." Gue langsung liat jam tangan yang ada di tangan gue. 12.00
"Jam dua bel--" Suara kembang api mengagetkan gue. Gue menengadahkan kepala gue. Dan pas gue mau liat lagi para sahabt gue, mereka ilang.
"Happy birthday to you. happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you." Gue liat Liana, Foster, Milly, Milo, Randy, papa, mama, dan... Aira? Jadi dia pura-pira pingsan? Sial. Gue dikerjain. Mereka membawa cheese cake kesukaan gue dengan lilin angka 23 di atas cheese cake itu.
Di atas kepala gue, kembang api mulai meletus lagi. Menemani bintang-bintang yang bersinar di langit.
"Gimana? Suka?" Suara itu. Gue langsung balik badan gue dan mendapati dia. Dia. Iya, Troy.
Gue menangis. Gue juga ga tau kenapa gue nangis. "Hei, kenapa nangis?"
"Lu ngapain disini?" Gue bertanya dengan suara serak.
"Ngerayain ultah kamu lah."
Gue tertegun. kenapa dia msih bicara memakai aku-kamu? Kita kan udah putus.
Gw mulai angkat suara lagi. "Lu ngapain disini? Bukannya kita udah putus?"
"Kamu ikut aku deh." Dia menarik tangan gue ke pinggir rooftop. "Liat ke bawah." Gue menuruti perintahnya.
Gelap. Gak ada apa-apa. Dan seketika, seperti ada lampu yang sudah ditempel di jalanan. Lampu itu menyala. Membentuk huruf W-O-U-L-D Y-O-U M-A-R-R-Y M-E-? Tunggu- tunggu. Apa tulisannya?
'Would You Marry Me?'
Gue langsung menoleh ke Troy yang sekarang tengah berlutut dan membuka kotak cincin.
"Would you marry me?" Oke cukup. Gue gak bisa nahan air mata gue. Gue nangis lagi. Troy mungkin kaget karena dia langsung merengkuh gue ke dalam pelukannya.
Gue pukul punggung dia bertubi-tubi. "Kenapa? Kenapa kamu jahat sama aku? Kenapa kamu mutusin aku?"
Troy melepas pelukannya. Dia hapus air mata gue dan menatap manik mata gue.
"Aku gak mau kita pacaran terus. Aku maunya kita lebih dan aku maunya menghabiskan sisa hidup aku sama kamu. Kamu mau kan?" Gue mengangguk. Troy langsung meluk gue lagi dan melepas pelukannya lagi. Dia memakaikan cincin di jari manis gue dan memeluk gue lagi.
Terdengar suara siulan dan tepuk tangan dari Milly, Aira, Randy, Milo, Foster, Liana dan orangtua gue.
"Jadi ini semua rencana kamu, hm? Orang tua aku juga udah tau?" Troy mengangguk.
Jujur. Gue bahagia sama semua ini. Bahagia banget.
Gue cewek tomboy pada awalnya dan gue terikat janji sama orang yang tersakiti karena gue walaupun itu ternyata sandiwara karena rencana para sahabt gue yang pengen gue berubah. Gue seneng akan semuanya.
Makasih, Tuhan, buat semuanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro