Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👉 Chapter 24

......Happy Reading.....

.

.

.

Sejak kejadian semalam hingga pagi ini, Sehun sama sekali belum melihat batang hidung Tao muncul di hadapannya. Ya, saudara tirinya itu belum pulang ke rumah sejak semalam.

Tuan Oh dan istrinya kini tengah sibuk mencari Tao, sementara Sehun tak ambil pusing dengan masalah itu. Gadis itu terlihat tengah bergegas menuju ruang makan. Mengambil selembar roti tawar, dan membawanya keluar rumah.

Namun, langkah kaki Sehun langsung terhenti saat baru sampai di pintu gerbang. Di depannya, kini berdiri sesosok pemuda jangkung yang sangat ia kenali. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sehun dingin.

"A-aku ingin menemui Tao," jawab pemuda itu.

"Dia tidak ada di rumah." Tidak ingin berlama-lama bicara dengan pemuda tersebut, Sehun pun segera melangkah pergi. Namun, langkah kakinya harus terhenti lagi saat sebuah tangan berhasil menahan lengannya. "Yak, Wu Yifan! Kau tahu, aku bisa telat ke sekolah jika kau seperti ini," ucap Sehun marah.

Pemuda yang ternyata adalah Wu Yifan itu pun melepas cekalan tangannya. "Maaf. Aku kira kau berbohong mengenai Tao," sesalnya.

"Aku selalu serius."

"Baiklah. Kalau begitu, hubungi aku jika kau melihat Tao," pesan Yifan.

"Aku tidak punya nomor ponselmu," kata Sehun ketus, lalu segera berjalan menjauh dari Yifan. Mengabaikan pemuda jangkung yang sepertinya masih ingin berbicara dengannya itu.

.....

Sehun sangat berharap, di pagi yang cerah ini bibirnya dapat tersenyum lepas, seperti tidak ada beban sama sekali. Namun, hal seperti itu mustahil terjadi sekarang. Mood-nya tiba-tiba saja berubah buruk saat melihat kehadiran Yifan tadi. Apalagi jika membahas tentang Tao.

Sehun tidak tahu ada urusan apa Yifan mencari Tao. Dia juga tidak ingin tahu. Apa mungkin setelah perasaan Yifan dia tolak, pemuda itu langsung mencoba menyukai Tao kembali? Sepertinya mungkin. Ah, Sehun tidak peduli itu.

"Selamat pagi, Sehunie," sapa Chanyeol begitu melihat Sehun berjalan memasuki kelas.

Sehun tak membalas sapaan Chanyeol. Gadis itu malah terus berjalan menuju bangkunya dan menghempaskan tubuhnya di sana.

"Kau kenapa, hah? Kenapa wajahmu terlihat muram? Apa ... ada sesuatu yang terjadi?" tanya Chanyeol cemas.

Sehun menggeleng. "Tidak ada," jawabnya. Dia lalu melihat bangku Kyungsoo yang ternyata masih kosong. "Di mana Kyungsoo?"

"Ah, dia belum berangkat," Chanyeol menjawab. "Kenapa? Apa Kyungsoo penyebab kau jadi seperti ini?"

"Tidak. Aku ada perlu sedikit dengan dia. Ada hal yang harus aku bicarakan dengannya."

Chanyeol mengangguk paham. "Oh, ya. Nanti malam akan ada pertunjukan kembang api di Sungai Han. Ayo kita melihatnya bersama."

"Um ...," Sehun tampak menimbang-nimbang, "baiklah. Aku mau," putusnya akhirnya, tanpa berpikir lama-lama.

Chanyeol tersenyum puas. Tak habis pikir bahwa akan semudah ini mengajak Sehun pergi bersamanya. Padahal, hanya melihat pertunjukan kembang api saja, bukan ke restoran berbintang atau ke tempat romantis. "Aku akan menjemputmu nanti malam."

Sehun mengangguk mengiakan.

.....

"Jadi, selama ini kau sudah tahu kalau Tao-lah yang berbuat jahat padaku?"

"I-itu ...."

"Kau tidak bisa mengelaknya, Kyungsoo-ya. Aku kemarin mendengar pembicaraanmu dengan Tao."

"A-apa?"

Kyungsoo tampak terkejut mendengar penuturan Sehun. Dia sudah menduganya, bahwa suatu saat Sehun pasti akan mengetahui semuanya, meskipun bukan dari mulut Tao langsung yang mengatakan pada Sehun. Dan, kemarinlah waktunya.

"Kenapa kau tidak pernah bilang kepadaku, Kyungsoo-ya?" Mata Sehun mulai berkaca-kaca. "Kenapa? Apa kau takut kalau aku tidak akan percaya padamu?" Dia mengguncang bahu Kyungsoo.

Kyungsoo menggeleng-gelengkan kepalanya. Air mata sudah membanjiri permukaan pipinya. "B-bukan seperti itu, Sehun-ah. Hanya saja ... aku ingin Tao langsung yang berterus terang padamu. Aku ingin dia meminta maaf padamu," terangnya.

"Tapi apa, hah? Kenyataannya, dia sama sekali belum meminta maaf padaku. Bahkan dia hampir membuatku mati semalam."

"Apa?"

"Aku juga sangat ingin mendengar kalimat penyesalannya. Namun, yang keluar hanyalah kata-kata kebenciannya padaku. Aku tidak tahu, kenapa Tao bisa begitu iri padaku. Padahal, banyak hal yang tidak bisa aku miliki yang ia miliki." Sehun mulai menangis sesenggukan.

"Sehun-ah ...." Kyungsoo yang melihatnya pun segera memeluk temannya itu. "Maafkan aku."

.....

Cermin besar itu menjadi saksi atas penampilan Sehun malam ini. Coat berwarna mocca dipadu dengan kaos berwarna hitam, serta celana jins hitam memperlihatkan betapa simple gaya berbusana Sehun. Dia tidak ingin terlihat mencolok, tetapi juga tidak ingin terlihat kuno. Ini hanyalah kencan biasa menurutnya, hanya melihat pertunjukan kembang api.

Begitu siap dengan semuanya, Sehun pun bergegas keluar dari kamarnya. Lima belas menit yang lalu Chanyeol mengiriminya pesan bahwa pemuda itu bersiap untuk pergi ke rumahnya. Sehun tahu, pasti kekasihnya tersebut sangat bahagia.

"Eomma, aku akan pergi dengan Chan–"

"Tao-ya! Kau mau ke mana?!"

Sehun langsung menghentikan kalimatnya begitu melihat Shin Young yang berteriak menyebut nama Tao di ruang tamu. Dia melihat Tao yang berlari keluar rumah dan Shin Young yang mengejar Tao. Sehun tidak tahu kapan Tao pulang ke rumah.

Tanpa banyak pikir, Sehun mengikuti langkah Shin Young, mengejar Tao. Di depan gerbang, dia melihat Chanyeol yang baru saja tiba, serta Yifan yang tampak kebingungan melihat orang-orang yang pada berlarian.

"Sehun-ah! Kau mau ke mana?!" teriak Chanyeol. Namun, tak ada respons dari Sehun. Dia pun ikut berlari menyusul Sehun. Yifan yang melihatnya pun juga ikut berlari.

"Eomma ... hh ... hh ...." Sehun menghentikan larinya saat melihat Shin Young yang berhenti berlari.

"Tao, Sehun-ah ... hh ... hh ...." Shin Young menunjuk Tao yang saat ini masih saja berlari.

Tanpa meminta penjelasan apa pun, Sehun segera berlari lagi untuk mengejar Tao. Dia bersyukur penyakit jantungnya sudah sembuh total. Jadi, tidak akan kambuh lagi jika digunakan untuk berlari cepat seperti ini. "Tao-ya! Yak, Huang Zitao!" serunya.

Tao tak menggubris seruan Sehun. Yang ada di pikirannya saat ini adalah berlari sejauh mungkin. Bahkan sampai menabrak bahu beberapa orang yang lewat di sekitarnya. Dia tampak seperti orang yang putus asa.

Sehun sudah hampir dekat dengan Tao. Napasnya sudah mulai tak teratur. Namun, dia tak menyerah. Masih tetap berlari sekuat tenaga. Sehun langsung mengumpat begitu melihat Tao yang berhenti tepat di tengah jalan. Tsk, apa dia sudah gila? batinnya.

Banyak kendaraan yang melewati Tao, bahkan sampai ada yang menyembunyikan klakson berkali-kali. Sekalipun rasa kesalnya ke Tao sangat besar, Sehun tak sampai hati untuk melihat saudara tirinya itu tertabrak mobil tepat di depan matanya. Tidak, tidak! Sehun tidak ingin kejadian itu terjadi.

"Tao-ya! Awas!" Sehun berteriak sekuat tenaga saat melihat sebuah mobil yang tampak ugal-ugalan melaju menghampiri Tao. Tak peduli dengan risiko yang mungkin akan terjadi, Sehun dengan cepat berlari menghampiri Tao.

Berhasil.

Sehun berhasil merangkul tubuh Tao dan membawanya ke pinggir jalan sebelum mobil itu sempat menyentuh tubuhnya dan juga Tao. "Akh ...." Namun, pendaratan dengan mulus gagal. Tubuhnya dan Tao ambruk di trotoar. Itu karena badannya Tao yang lebih berat daripada badannya. Sehun tidak kuat menahannya. Posisi tubuh mereka saat ini yaitu Tao yang berada tepat di atas tubuh Sehun.

Tao yang sadar dengan apa yang sudah terjadi pun segera bangkit. Dia melihat Sehun yang tengah merintih kesakitan. Gadis itu hanya diam saja, tanpa sedikit pun rasa iba untuk menolong Sehun.

"Akh ... yak, Huang Zitao! Apa kau sudah gila, hah?" omel Sehun, lalu mencoba untuk bangkit. "Yak! Apa kau tuli?" Setelah berhasil bangkit pun Sehun masih saja mengomel.

Tao tak mengacuhkan Sehun. Dia mengepalkan tangannya erat, seakan kebenciannya pada Sehun semakin menjadi-jadi.

"Kenapa, hah? Kenapa kau diam saja? Apa kau masih membenciku? Yak, harusnya aku yang membencimu!"

Bukannya membalas, Tao malah menangis dalam diam. Wajahnya tampak memerah.

Beberapa pejalan kaki yang lewat bahkan sampai berhenti hanya untuk melihat mereka. Chanyeol dan Yifan yang baru sampai pun hanya diam saja, tak ada yang ingin ikut campur. Mereka kini menjadi tontonan. Seperti sebuah drama yang mereka sering lihat di televisi.

"Tao-ssi. Bukankah sebelumnya aku sudah bilang padamu untuk tidak iri padaku, hah?! Kenapa kau tidak pernah mendengarku?! Kau seharusnya bersyukur, Tuhan masih memberimu orangtua yang lengkap. Kau bahkan masih bisa merasakan bagaimana rasanya kasih sayang ibu kandung," Sehun kini menangis, teringat mendiang ibu kandungnya, "kau seharusnya tidak seperti ini!"

"Oh Sehun! Hentikan!" teriak Tao sambil menutup kedua telinganya. Gadis itu terisak.

"Tidak! Aku tidak akan menghentikannya sebelum kau berkata bahwa kau menyesali perbuatanmu selama ini! Aku ingin permintaan maafmu!"

Tao menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak bersalah! Aku tidak akan meminta maaf padamu!" tolaknya.

Sehun mendengus. Dia yakin kalau Tao pasti sudah dirasuki oleh iblis sehingga bersikap seperti itu. "Baiklah, kalau kau tidak mau. Aku akan selalu mengingat segala kesalahanmu sampai aku mati. Ingat itu, Tao-ssi," tuturnya, lalu melangkah pergi meninggalkan Tao.

Tao terduduk di trotoar. Dia terisak. Tak mengerti kenapa dia menjadi seperti ini. Begitu sulit rasanya untuk sekadar berkata "maaf" kepada Sehun. Berat rasanya.

"Yifan-ssi," Sehun berhenti di hadapan Yifan. "Tao sudah kaulihat sekarang. Kaubisa menyelesaikan urusanmu dengannya." Setelah mengatakan itu, Sehun lantas menghampiri Chanyeol yang masih diam di tempat. "Kau tidak lupa dengan agenda kita malam ini, kan?"

"A-ah, tentu saja tidak. Kau tak apa-apa?" tanya Chanyeol khawatir.

Bukannya menjawab, Sehun malah menunjukkan kedua telapak tangannya. Di sana terdapat bercak darah.

"Astaga! Kau terluka." Chanyeol menatap luka di tangan Sehun dan wajah Sehun bergantian.

"Sakit," eluh Sehun.

"Kita harus cepat mengobatinya." Tak ingin berlama-lama, Chanyeol pun segera membawa Sehun ke apotek terdekat. Apalagi kalau bukan untuk membelikan kekasihnya tersebut obat.

.....

"Maaf, gara-gara aku, kita jadi terlambat datang kemari," sesal Sehun sambil memperhatikan Chanyeol yang sedang mengobati luka di tangannya. Keduanya kini berada di pinggir Sungai Han dengan acara pertunjukkan kembang api yang sudah selesai beberapa menit yang lalu.

Chanyeol menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Kau tak salah. Kau tak perlu meminta maaf."

Sehun tersenyum tipis. Dia lalu menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit yang tampak cerah. Seketika dia melupakan masalahnya dengan Tao. "Chanyeol-ah ...," panggilnya ke Chanyeol kemudian.

Chanyeol menghentikan aktivitasnya, lalu menatap wajah Sehun. "Hm?"

"Apa kau sekarang bahagia?" tanya Sehun.

"Tentu saja," jawab Chanyeol percaya diri.

"Apa yang membuatmu bahagia?"

Chanyeol tersenyum. Pemuda itu kemudian menangkup kedua bahu Sehun. Iris matanya menatap manik mata kekasihnya itu dalam. "Kau tahu, melihatmu ada di hadapanku dan tersenyum padaku saja sudah membuatku sangat bahagia," ujarnya, lalu menyentil hidung bangir Sehun.

Sehun balas tersenyum. Dia lalu memeluk Chanyeol erat. "Terima kasih sudah hadir dalam kehidupanku," ucapnya.

"Justru aku yang seharusnya berterima kasih padamu, karena kau telah sudi menerima cintaku," ujar Chanyeol tak mau kalah.

Sehun menghela napas panjang, tentunya masih dalam pelukan Chanyeol. "Tsk, aku mungkin sudah gila. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada seseorang yang bahkan menurutku sangat aneh ini? Tuhan tidak pernah tidur, kan?"

"Apa? Yak!" pekik Chanyeol seraya melepaskan pelukan Sehun.

"Hahaha," Sehun tertawa lepas. "Aku hanya bercanda."

"Sehun-ah," panggil Chanyeol pelan.

"Ya?"

"I love you."

"Apa? Aku tidak dengar. Bisa kau ulangi sekali lagi?" Sehun pura-pura tidak mendengarnya.

"I love you! So much!" Chanyeol meninggikan volume suaranya.

Sehun tersenyum lebar. "I love you too," balasnya, lalu mengecup bibir Chanyeol singkat. Malam ini, dia sangat bahagia. Tak peduli permasalahannya dengan Tao. Dia yakin, Tao tak akan melakukan hal jahat lagi padanya. Banyak yang sudah mengetahui tentang perbuatan Tao padanya. Jadi, Sehun yakin bahwa akan ada banyak orang yang melindunginya.

Aku bahagia bisa mengenal orang-orang yang membuatku banyak berubah. Ya, sekalipun tidak sepenuhnya berubah.
Aku berjanji, aku akan mencoba untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari ini.
Aku ingin melihat semua orang bahagia. Kecuali, orang yang tak ingin melihatku bahagia.

Aku tak peduli seberapa banyaknya rasa benci Tao padaku.
Gadis itu aku yakin akan berubah dengan sendirinya.

Intinya, aku bahagia sekarang.
Memiliki orangtua yang mulai menunjukkan rasa pedulinya padaku.
Memiliki sahabat yang selalu peduli dengan kesusahanku.
Dan,
Memiliki kekasih yang tak pernah menyerah untuk mendapatkan hatiku.

Eomma ....
Aku bahagia.
Kuharap Eomma juga bahagia di atas sana.
Terima kasih sudah melahirkanku ke dunia ini.

Tuhan ....
Terima kasih atas segalanya.

.

.

.

T A M A T


BELUM WOY! MASIH ADA EPILOG.....

Rabu, 13 Februari 2019

Alhamdulillah sudah lebih dari 2 bulan berlalu...
Asekkkk
Semoga langgeng sampai akhirat. Aamiin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro