Bab 36.
Keseharian Sera kini sudah mirip dengan kegiatannya sebelum hamil dan menikah dengan Davi. Bedanya saat ini ada yang menemaninya tidur di ranjang, membangun dengan kecupan lembut dan membisikkan kalimat erotis.
Meski Davi belum pernah menyatakan cinta tapi Sera tahu lelaki itu bisa diandalkan untuk saat ini sebagai suaminya.
"Mbak Aster, setelah ini aku boleh langsung pulang?" Sera bertanya pelan pada iparnya. Mereka baru saja menghadiri acara yayasan yang bekerja sama dengan sebuah organisasi nirlaba lain dari luar negeri.
"Kamu nggak mau makan dulu?"
Sera menggeleng.
"Ya sudah, sekalian Mbak juga ada urusan lain. Kita pulang bersama saja, Sera."
Setelah keduanya berpamitan dengan ketua acara, Sera memutuskan ke toilet perempuan sebelum keluar menuju mobil mereka. Aster mengikuti di belakangnya.
Ketika Sera memasuki toilet, ia mendengar suara perempuan yang sedang terisak. Sera menoleh pada Aster karena penasaran. Semakin lama isak tangisnya makin kencang.
Sera menyandarkan pinggul di wastafel saat iparnya mengetuk pintu asal suara tangis dan bertanya keadaan perempuan yang ada di dalam. Beberapa saat kemudian, pintu dibuka dari dalam dan wajah jelita Clara, istri Darius muncul ke hadapan mereka.
"Clara, ada apa?" Aster segera mendekap perempuan dan membimbingnya menuju sofa tanpa sandaran yang ada di tengah.
Sera masih berdiri di posisi semula dengan rasa khawatir. Aster memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Clara, tapi tidak dengan dirinya.
Wajah Clara sembab bukan main, make-up perempuan itu berantakan bukan main dengan maskara yang luntur membasahi sepasang mata cantiknya. Sera ingin menepuk bahu Clara tapi sadar diri, keduanya tidak terlalu dekat.
"Darius berniat mengajukan perceraian karena perempuan lain," jerit Clara tidak tertahan sebelum akhirnya kembali menangis. Aster menoleh ke sekeliling dan menyadari bahwa di ruangan itu hanya ada mereka bertiga.
Tubuh Sera membeku saat mendengar peristiwa yang menimpa sahabat iparnya itu. Cerai. Perempuan lain.
Raungan yang berasal dari mulut Clara tentang mengapa hal ini terjadi, ia tidak pernah mencurigai Darius dan siapa perempuan yang telah merusak rumah tangganya membuat Sera makin tidak enak.
Apa Darius benar-benar melakukan apa yang diucapkan olehnya? Menuntaskan rumah tangganya bersama Clara dan merebut Sera dari Davi? Gila!
Sera memutar keran agak keras dan mencuci tangannya yang tidak kotor. Suara aliran air setidaknya menyamarkan racauan Clara tentang perceraian di depan mata.
"Bagaimana dengan masa depan Nanda, Aster? Jika ia tidak lagi mempunyai orangtua yang utuh? Belum lagi kondisi kesehatannya yang lemah, bagaimana aku bisa kuat mengurus kami berdua?"
Sera mendengar Aster mengatakan kata-kata untuk menghibur Clara. Sampai akhirnya, Aster ikut bertanya pada Sera yang masih mencuci tangan.
Merasa tindakannya mencurigakan, Sera mematikan keran dan mengambil tisu yang ada di dekatnya. Ia sudah menyiapkan diri untuk berhadapan dengan Clara, jika perempuan itu akhirnya tahu bahwa Sera adalah biang keladi rusaknya rumah tangganya.
Sera menghampiri Clara yang masih dalam dekapan, ia berjongkok dan meraih tangan perempuan itu dan menangkup nya. Lidah Sera mendadak kelu, keraguan menjalar di sanubari.
Saya perempuan yang membuat Darius menceraikan, Mbak Clara. Kami pernah punya masa lalu. Bahkan mendiang calon bayi yang pernah dikandungnya adalah milik Darius.
"Maafkan saya, Mbak Clara." Sera memandang sepasang mata sembab Clara. Perkataan Sera juga membuat iparnya heran, Aster melemparkan tatapan penuh tanya atas ucapannya.
***
"Sera, apa ada yang kamu sembunyikan dari Mas?"
"Maksudnya?"
"Iya," ujar Davi pelan sambil bergeser ke sisinya. Tangan Davi dibentangkan hingga bahu Sera untuk merangkul dirinya.
"Apa ya? Apa Mas tahu sesuatu yang justru aku nggak tahu?"
"Lha, ditanya kok malah nanya balik. Kamu tuh gimana sih?"
"Ya habis, Mas pakai acara sembunyi-sembunyi segala. Mana aku tahu, kita sedang membahas apa?" Sera mengalihkan pandangan dari tayangan televisi dan menangkap wajah suaminya.
Telunjuk Davi mendarat di ujung hidung istrinya. "Situasinya jangan dibalik dong, Sayang."
Sesaat kemudian Sera terkekeh. "Beneran deh, aku nggak paham Mas sedang bahas apa? Bukannya posisi favorit Mas yang dibalik ya?"
Davi mengecup hidung istrinya. "Ditanya malah tanya balik terus. Sini Mas cium dulu." Kecupan Davi turun menuju bibir Sera, merasai manisnya jus jambu yang dinikmati sepanjang sore oleh wanitanya.
Lengan Davi kini merengkuh Sera untuk memperdalam ciuman mereka. Bibir istrinya merekah, pasrah dan siap menerima kecupan lain darinya. Keduanya berciuman panjang dan lama, penuh emosi. Hingga akhirnya Davi menarik diri tapi sambil tetap mengecup Sera.
Sera membuka mata ketika suaminya menjauhkan diri.
"Masih mau menyembunyikan sesuatu?" Davi mengulang pertanyaan, "Mas lihat ada bungkus test-pack di kamar mandi. Hasilnya positif. Apa itu punyamu, Sera?"
Sesaat Sera mematung mendengar pertanyaan suaminya. Perempuan itu benar-benar bergeser dan menjauhi Davi seketika.
"Sera," panggil Davi.
Sera menggeleng. Wajahnya menegang. "Bayi itu bukan punyamu, Mas."***
Add this book to your library! Love and Vote!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro