Bab 34.
Uang memang bisa mengabulkan keinginan dalam jangka waktu tertentu. Sera mengagumi hasil kerja agensi yang telah menyulap kamar lama menjadi kamarnya bersama Davi.
Kamarnya saat ini jauh lebih luas karena Sera menyatukan dua ruangan yaitu kamar lama dan sebuah studio kecil yang biasa digunakan untuk meditasi atau menenangkan diri. Sera akan menggunakan paviliun menjadi tempat kerja atau melakukan hal yang diinginkannya.
"Mbak Sera, sudah siap?" Moon, asistennya menyundulkan kepala di ambang pintu. Sepasang mata ikut penasaran dengan isi kamarnya bersama Davi. Kebetulan Sera memang membuka pintu kamarnya setengah.
"Sudah, Moon. Kemana kita hari ini?" Sera bertanya sambil mematut diri di depan kaca tinggi, memperhatikan penampilannya hari ini. Bodycon dress tanpa lengan bernuansa batik yang didominasi warna biru muda membungkus tubuhnya dengan pas.
"Talk show seperti biasa, Mbak. Sudah terima TOR dan garis besar seminarnya kan?" Moon mendadak panik dengan pertanyaan Sera. Pria yang bulan ini rambutnya dicat ash-blonde dan masih berpotongan cepak itu segera membuka layar ponsel.
Sera mencubit pinggang pria yang sudah beberapa bulan menjadi asisten dan bisa diandalkan ini. "Makanya jangan suka iseng. Kalau dikerjain males kan?"
Moon mengaduh pelan sambil menyodorkan matcha tea favorit Sera. "Silakan, Mbak."
Setelah meraih minuman dan mengucap terima kasih, Sera berjalan lebih dulu yang diikuti Moon di belakangnya.
***
Kegiatan seminar yang dihadiri Sera sebagai salah satu pembicara berlangsung cukup ramai. Pesertanya mayoritas anak sekolah dan mahasiswi karena memang diadakan dalam satu rangkaian launching produk kosmetik terkenal yang cukup besar.
Setelah dibantu Moon turun dari panggung, Sera berpapasan dengan Celia, sepupu Davi. Keduanya saling menyapa.
"Sera, apa kabar? Jauh-jauh kita bertemunya di sini," ujar Celia dengan ramah.
Sera membalas sapaan Celia dan memberi pelukan singkat. Keduanya akhirnya memutuskan melanjutkan obrolan dengan makan siang bersama.
"Aku baru tahu kalau Halim Group juga memiliki perusahaan kosmetik, Celia." Sera berkata sambil menikmati menu makan siangnya, creamy smoked salmon pasta. Sedangkan, Celia memesan salad dengan potongan roti yang dioles campuran mentega bawang putih dan rempah lalu dipanggang, croutons.
"Ini sebetulnya baru proyek kecil-kecilan, Sera. biasa, proyek kolaboratif. Daddy mana pernah minta aku urus perusahaan, perempuan katanya cantik-cantik saja nggak perlu repot."
Hal sama dilakukan Mas Edric padanya, Sera sendiri buta soal perusahaan keluarga yang telah menghidupi dan memberi kemewahan selama ini.
"Om Theo dekat sekali dengan Davi?"
"Davi dan Dante tepatnya," ujar Celia sambil meletakkan pisau dan garpu tepat diatas menu makan siangnya. Jari lentik nya mendorong piring ke samping sebagai tanda ia telah selesai.
Sepasang mata Sera mengikuti telunjuk Celia memanggil pelayan dan meminta agar mengambilkan piring baru. Pelayan juga tidak bertanya alasan sepupu Davi itu memesan lagi menu yang persis sama.
Merasa tidak bingung, Sera bertanya keheranan. "Ada yang salah dengan pesanannya, Celi?"
"Potongan rotinya tidak simetris," ucap Celia pendek seolah tidak ada yang salah dengan jawabannya.
Mendengar jawaban Celia, Sera hanya tersenyum. Mungkin bagi beberapa orang potongan yang tidak simetris akan membuat sulit proses menelan makanan.
"Minggu depan ikut main yuks, Sera. Nanti undangannya aku kirim ke rumah," ajak Celia. "Suamiku mau launching kapal pesiar terbarunya."
"Nanti aku tanya Mas Davi dulu, Celia. Beberapa hari terakhir, Mas Davi sibuk di kantor."
Menu pesanan Celia yang baru sudah diantarkan pelayan. Perempuan yang usianya tidak jauh berbeda dari Sera itu lalu melanjutkan, "Kalau kamu berangkat, Davi pasti berangkat juga."
Sera mengiyakan.
"Setelah menikah, Davi agak berubah. Dulu itu tertutup sekali. Bahkan dengan Daddy, selain bukan urusan sekolah atau pekerjaan, Davi akan mengunci mulutnya rapat-rapat." Celia mengunyah croutons yang menurutnya sudah simetris di dalam mulut.
Segala yang berhubungan dengan Celia tampak elegan, mahal dan tanpa cela. Bahkan potongan roti pun harus sempurna.
"Bagaimana kalian dulu bertemu?"
Aku hamil dan Mas Edric memaksa agar aku menikahi Davi.
"Perjodohan," ucap Sera pendek.
"Wah, jalan hidup kita agak mirip. Daddy dan ibu tiri Saga menjodohkan kami berdua. Kami akan memasuki tahun ketiga pernikahan, Sera."
"Apa kalian saling cinta?" Pertanyaan Sera hampir membuat Celia menyemburkan cocktail yang baru saja diminumnya.
"Not a chance, ya nggak lah. Mana mungkin bisa cinta, jelas-jelas kami menikah karena perjanjian bisnis." Celia memutar sepasang bola matanya yang indah dan menggerakkan kepala, "But, I'll let you know if my heart changes and Saga makes me fall in love with him."
Sera sedikit kaget dengan keterbukaan yang diutarakan Celia. Mereka memang saudara ipar yang baru bertemu dua kali tapi mengapa Celia begitu terbuka padanya?
Seolah membaca rasa penasaran Sera, Celia lalu menjelaskan alasannya. "Sera, aku tidak mudah dekat dengan orang lain. Fake friends yang mendekati hanya untuk menikmati kekayaan milik keluargaku atau daddy, aku mengetahuinya dengan mudah. Sedangkan kamu?"
"Ada apa denganku, Celia?"
"Kita satu level, Celia. Tidak mungkin kamu memanfaatkanku sedangkan keluargamu juga punya semuanya. Pansos juga sepertinya tidak karena aku melihat kamu memang tulus apa adanya."
Sera kembali syok dengan isi kepala Celia yang diurai blak-blakan tentangnya.
"Apalagi dengan latar belakang orang tua Davi, perempuan terhormat mana yang mau dengan sepupuku itu?" Celia menyebut nama suaminya.
"Memangnya ada apa dengan orangtua Davi? Bukankah ibunya sudah meninggal dan ayahnya pergi meninggalkan mereka."
Telunjuk Celia bergerak ke kiri dan ke kanan untuk meralat perkataan yang diketahui Sera.
"Ibunya menembak ayahnya dengan keji lalu berakhir depresi di rumah sakit jiwa," ucap Celia enteng. "Entah mengapa, Davi menyembunyikan fakta tentang masa lalunya. Bukankah sebelum menikah setiap pasangan harus saling terbuka?"
Sera mematung saat mendengar uraian Celia tentang pernikahan.***
Add this book to your library! Love and Vote!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro