Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 02. Sera Hanafy

Sera menghela nafas berat, ia melihat ke arah luar jendela yang gelap gulita sebelum memulai kegiatan berendam.

Dalam usia genap dua puluh empat, Sera dikenal sebagai public figure dengan segudang prestasi. Situasi ini disebabkan karena Sera aktif dalam kegiatan yayasan sosial yang berdampak luas.

Hanafy Foundation sering menyediakan beasiswa untuk kelompok remaja perempuan tidak mampu, dimana Sera sering aktif terlibat dalam kegiatan di lapangan.

Rambut Sera yang mencapai pinggang sudah diurai. Untung saja selama acara berlangsung, hair stylist nya tidak terlalu banyak menggunakan hairspray. Sera tidak bisa membayangkan rambutnya kusut seperti manisan gulali setelah acara selesai.

Jari lentiknya mematikan keran air hangat yang sudah memenuhi hampir tiga per empat bathtub berbentuk lonjong terbuat dari batu kali. Sera kesal karena sebetulnya ia ingin langsung pulang ke rumah setelah acara selesai, bukannya menghabiskan malam bersama suaminya.

Apa yang akan dilakukannya bersama lelaki asing di sebuah kamar cottage khusus pengantin baru?

Dengan gerakan hati-hati Sera mulai masuk ke dalam bathtub, tidak lupa ia melepaskan jubah mandi sambil memegang perut ratanya. Air hangat suam kuku menyapa ujung kakinya yang cantik berkat hasil fresh manicure, lalu merambat ke betisnya. Seketika Sera rileks.

Pikiran tentang keberadaan lelaki asing di ruangan sebelah yang kini resmi menjadi suaminya terkikis sedikit. Sera menoleh kembali pada pintu kamar mandi dan meyakinkan diri bahwa ia sudah memutar kuncinya.

(Sumber: unsplashdotcom/roberto-nickson)

Tubuh Sera sudah masuk penuh ke dalam bathtub dan buih-buih busa hasil dari sabun cair aromatherapy yang dituang olehnya. Seketika semerbak lavender memenuhi ruangan berdesain minimalis pada kamar mandi cottage.

Davi Halim, bawahan yang selalu dipuji kakaknya di meja makan. Salah satu pegawai cekatan dan cemerlang. Tidak memiliki kekasih dan bersedia menjadi suami kontraknya.

Secara fisik, Davi memang jauh dari kata mengecewakan. Seolah tahu bahwa perempuan sekarang menyukai oppa-oppa Korea, lelaki itu memiliki potongan rambut curtain cut yang cocok dengan bentuk wajahnya.

Sudah tentu banyak yang heran dengan pernikahan hari ini. Bagaimana ia dan Davi akhirnya dapat melangsungkan upacara pernikahan pada hari ini. Kapan mereka dekat? Bagaimana mereka bertemu? Sejak kapan mereka berpacaran?

Sera tersenyum kecut. Bahkan, ia sendiri tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan basa-basi diatas. Saat Sera melingkarkan tangan pada lengan suaminya dan menyalami tamu, Davi yang cekatan dan percaya diri menambal istana kebohongan mereka.

Kakaknya benar, Davi memang bisa diandalkan. Sera tidak perlu khawatir jika sandiwara pernikahan mereka terkuak. Sandiwara suaminya menguatkan bahwa mereka pasangan dimabuk cinta.

Salah satu harga mahal yang harus Sera ambil untuk menghadirkan jantung hatinya ke dunia. Sera mengelus kembali perutnya yang polos. Meski belum terlihat membesar tapi Sera dapat merasakan degup kecil yang berdetak bersamaan dengan miliknya.

"Aku hamil, Mas."

Respon pertama yang diterima Sera bukanlah kemarahan atau bahkan kata-kata binatang yang dikhawatirkan keluar dari mulut Edric. Kakak lelaki satu-satunya yang membesarkan Sera setelah kedua orang tua mereka meninggal.

Sera dan Edric memang terpaut usia cukup jauh, 20 tahun. Ketika mendiang ibu mereka hamil, Edric sedang menyelesaikan kuliah sarjana. Saat kakaknya hendak wisuda, nyawa ibu mereka tidak tertolong ketika melahirkan Sera.

Belum cukup pedih untuk mengurus bayi merah, ayah mereka pun menyusul istrinya saat Sera genap berusia tiga bulan. Sejak itu Edric yang membesarkan Sera dengan tangannya sendiri.

Mendiang ayah mereka yang penuh persiapan memang sudah menyiapkan perusahaan dan bekal materi. Ia dan kakaknya tidak pernah hidup kekurangan. Sera bahkan harus merengek beberapa tahun lalu karena Edric masih betah membujang dan tidak tampak ingin berumah tangga.

Tepat saat Sera wisuda sarjana tiga tahun lalu, akhirnya Edric mempersunting Aster, istrinya sekarang. Ia tidak pernah melupakan bagaimana raut kebahagiaan di wajah kakaknya saat menikahi Aster.

Namun, berita tentang kehamilannya tiga minggu lalu jelas membuat Edric sangat terpukul. Kakaknya hanya memeluk Sera dan berkata bahwa ia gagal menjaga adiknya.

Seolah belum selesai menyiksa kakaknya, Sera mengatakan bahwa ia sendiri tidak mengenal pria yang menghamilinya. Sera mengaku melakukannya saat mabuk dan berakhir one night stand dengan pria asing di salah satu klub saat dirinya liburan di Singapura.

Bohong besar! Sera tahu dengan jelas siapa yang menghamilinya. Bahkan, Edric pun mengenal dekat pria itu. Sera sengaja menyembunyikan dan bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya sendiri.

Jatuh cinta pada pandangan pertama dan terjerat gombalan pria beristri memang tipis bedanya.

Sera sedikit bahagia merasakan hangatnya air serta aroma lavender yang bercampur sedikit lemon dan peppermint. Campuran sempurna yang menghasilkan efek sedatif pada tubuh, mengurangi mual akibat kehamilan dan mengurangi rasa lelah setelah resepsi pernikahannya.

Meski Sera belum bisa merasa tendangan kecil di perut karena kandungannya pun baru memasuki minggu ketiga belas. Namun, ia tahu bayinya merasakan keresahan yang dirasa olehnya.

Jari Sera memainkan air dengan pikiran tidak tenang. Sera tidak bohong jika batinnya dilanda rasa takut dan cemas. Bagaimana ia akan menghabiskan sisa malam pertamanya dengan Davi sebagai pengantin baru?

Sera masih ingat pertemuan pertamanya dengan Davi, Edric mengenalkan mereka secara resmi. Tentu saja keduanya canggung tapi ia tidak memiliki pilihan selain mengikuti keinginan Edric.

Untung saja, Edric tidak meminta untuk menggugurkan janinnya. Padahal, Sera sudah menyiapkan sejumlah rencana mengasingkan diri keluarga negeri bersama calon bayinya.

"Kamu nggak boleh kabur, Sera. Hadapi saja, Mas dan Mbak Aster akan ada dibelakang untuk mendukungmu," lirih Edric dengan perasaan kecewa yang sangat dalam. Apalagi setelah menikah bertahun-tahun, Edric dan istrinya belum dikarunia buah hati. Lukanya makin terasa.

"Kamu harus kuat untuk mendukung ibu ya, Dek." Sera berkata pada calon bayinya. "Kita pasti bisa, Dek."

Sera memejamkan mata dan berusaha tenang, ia tidak ingin merusak acara mandinya. Tubuh Sera sudah lelah belum lagi pikirannya seakan tidak mau berhenti berpikir hal buruk.

Wanita tersebut membuka mata saat mendengar suara pintu diketuk pelan, ia mendengar suara Davi memanggilnya pelan. Sera tersenyum kecut tapi tidak menjawab panggilan Davi. Tangannya meraih body bath tepat di atas rak bathtub.

"Sera, kamu tidak apa-apa? Sudah satu jam kamu berada di dalam kamar mandi," ucap Davi sopan.

Sera meringis. Lelaki itu hanya melakukan tugasnya sebagai bawahan Mas Edric untuk menjaganya dengan baik.

Ia sendiri tidak bertanya-tanya mengapa Davi sepakat menikahinya yang tengah berbadan dua. Sera beranggapan Mas Edric telah menawarkan sesuatu yang tidak ditolak Davi untuk mengambil posisinya saat ini, yaitu menjadi pemadam kebakaran atas kebodohannya terjerat buaya darat.

Sera menyabuni tubuhnya perlahan-lahan. Ia kembali menarik nafas berat. Davi masih mengetuk pintu dengan ketukan pelan berirama. Setidaknya untuk mencegah Sera naik pitam karena mereka belum saling mengenal satu sama lain.

"Aku sedang berendam, Mas. Tidak apa-apa, sebentar lagi juga selesai." Sera akhirnya memberi jawaban yang akan memuaskan Davi untuk tiga puluh menit kedepan.

Sera berpindah tempat dan kini membasuh diri di bawah pancuran. Wajahnya kembali tersiram hangatnya air dan membersihkan sisa busa di kepala dan seluruh tubuhnya.

Mendadak ingatan Sera terpaut pada percakapannya dengan kakak iparnya. Aster dan Davi memang satu angkatan saat kuliah dulu. Kebetulan keduanya kembali bertemu saat Aster resmi menjadi Nyonya Edric Hanafy.

"Sudah, Sera. Mas Edric sudah mengupayakan solusi terbaik. Mbak juga kenal Davi cukup lama. Anaknya tekun, aktif di organisasi dan selalu jadi favorit adik atau kakak kelas. Ya, karena wajah gantengnya itu."

"Masa nggak punya pacar sih, Mbak? Jangan-jangan belok ya?" Sera penasaran dengan latar belakang calon suaminya. Hanya pada Aster ia bisa berkeluh kesah. Selain karena Aster kakak ipar yang terbuka dan gampang mengambil hati, keduanya juga lahir di tanggal dan bulan yang sama.

Aster membantah. "Dulu ada sih satu, tapi aku nggak terlalu mengikuti ya. Circle mainnya beda, Ra. Kami kebetulan kerja bareng di acara lintas fakultas sih. Entah ya, kalau ternyata Davi belok."

Sera sebetulnya lebih berharap pada kenyataan jika Davi memang belok. Bukankah rumah tangga rekayasa mereka akan lebih mudah? Sera fokus membesarkan bayi, sedangkan Davi terserah asal tidak mengganggunya.

Namun, Sera bimbang sendiri jika Davi memang belok. Sambil membelitkan handuk di dada dan berdiri di depan cermin, telunjuk Sera menyentuh bibirnya yang lembab akibat terlalu lama berada di pancuran.

Adegan upacara pemberkatan tadi pagi kembali terngiang di kepala Sera. Setelah pendeta mengatakan bahwa mereka telah sah menjadi pasangan suami istri dan keduanya boleh berciuman.

Sepasang pipi Sera kini bersemu merah, ia dengan jelas dapat melihat pantulan dirinya di depan cermin yang beruap. Sera membuang nafas kesal sambil membalikkan tubuh.

Mengapa ia malu sendiri? Sudahlah, lebih mudah meyakini bahwa suaminya tidak menyukai perempuan. Lagipula, lelaki normal macam apa yang tidak keberatan mengakui seorang anak yang bukan berasal dari benihnya?***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro