Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 39

Happy reading everyone

Hope you like this story

Janga lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tolong tandai juga kalo ada typo, harap maklum jarinya jempol semua

Muucih 💋

❤❤❤

I think I wanna marry you
by Bruno Mars

______________________________________

A happy man marries the women he loves;
a happier loves the women he married
Susan Douglas
______________________________________

Jakarta, 6 Juni
12.00 p.m.

Aku mulai menggiti kuku ketika jadwal penerimaan kelas akselerasi sebentar lagi akan di tempel di mading sekolah, terlebih saat ini sudah memasuki jam istirahat. Jam yang digunakan untuk menempel hasil tes.

"Tenang Mel, lo uda usaha maksimal," kata Karina mengelus punggungku agar tenang.

Bagaimana aku tidak gugup mengingat tidak banyak dari kelasku yang mendaftar kelas akselerasi, hanya aku, Bayu, Sasa, dan Umar Onta karena memang kelas itu hanya akan menerima sekitar tiga puluh siswa. Sedangkan siswa kelas sepuluh yang mendaftar jumlahnya kurang lebih seratus, itu artinya peluangku di terima sangatlah minim.

Debaran jantungku bertambah semakin cepat, gigitan kukuku semakin menjadi ketika Umar berlari dari koridor menuju kelas kami. Napasnya masih ngos - ngosan saat berdiri di depan white board.

"Guys, pengumuman kelas akselerasi uda di tempal di mading!" Seru Umar. Sontak saja aku berlari menuju mading yang sudah bejubel banyak siswa rebutan ingin melihat hasil tes mereka.

Aku mendesak, tidak peduli menyikut siapa hanya untuk membaca pengumuman itu. Karena kau tahu sendiri tinggiku hanya sejengkal, jika tinggiku dua meter tentu aku tidak akan bersusah payah menerobos kerumunan masa seperti ibu - ibu yang berburu diskon.

Aku menelusuri namaku, harusnya huruf awalan namaku tidak jauh, tapi karena letaknya tinggi aku harus berjinjit, mengurutnya dari huruf A sampai huruf B.

Balada...

Baskara...

Benjamin...

Benita...

Berlian Melody...

Napasku tertahan lalu melirik hasilnya. Lulus. Aku menutup mulut, membaca tulisan "lulus" berkali - kali lalu keluar kerumunan masa dan berteriak, "aaakkkkk aku lulusssss." Sambil berlari menuju kelas memeluk Karina.

"Kar gue lulus Kar," ucapku senang seraya lompat - lompat dalam pelukan Karina. Merasa sahabatku ini tidak seheboh biasanya ketika mendapat kabar baik, aku melepaskan pelukan dan melihat wajahnya, "Eh kok lo cemberut sih?"

"Selamat Mel, gue sedih aja kita bakalan nggak sekelas lagi, bebeb gue juga uda lulus, sepi Mel," tukasnya berkaca - kaca.

"Ya ampun, jangan sedih dong, gue traktir spa di salon langganan lo deh."

"Serius lo?"

"Dua rius."

Aku menepati janji. Dan disinilah kami berada, di salah satu salon langganan Karina pada akhir minggu ini. Kami spa bersama, merilekskan otot - otot yang kaku setelah ujian semester akhir kelas sepuluh berakhir. Terlebih kami spa untuk mempercantik diri persiapan nanti malam pesta pernikahan daddy dan Amanda.

Biasanya aku tidak terlalu sering spa mengingat selama enam belas tahun ini aku jomblo. Percuma spa, siapa yang akan memuji jika bukan ejekan yang keluar dari mulut duo jahilun? Tapi sekarang situasinya beda. Aku punya Jayden. I will impressing him. Aku juga akan memberitahunya tentang hasil tes akselerasi.

Aku sengaja tidak memberitahunya langsung saat itu karena menunggu moment yang tepat, ingin melihat ekspresinya secara langsung saat mendengar tentang hal itu. Seperti saat duo jahilun kuberitahu soal itu. Aku masih ingat kata - kata kak Brian.

"Hahaha adek sapa dulu dong, abangnya aja jenius gini, pasti nurun dari gue nih," kata kak Brian membanggakan diri sendiri.

"Enak aja, nurun dari daddy itu," potong daddy cepat. Lalu kubiarkan mereka berdua baku hantam.

Well, setelah ribet dengan segala macam perisapan ala perempuan, akhirnya aku dan Karina memasuki  ball room hotel berdekorasi gold and white simple but elegant.

Tamu - tamu undangan ber-dress code black and gold tampak berlalu lalang menepati meja yang tertera nama mereka masing - masing. Sementara aku dan Karina celingukan mencari meja khusus keluarga.

Ekor mataku menangkap kak Brian yang duduk dengan kak Bella super cantik. Aku dapat melihat beberapa laki - laki melihatnya terang - terangan. Untuk itu kakakku selalu stay di dekatnya.

Setelah mendaratkan pantat di kursi sebelah kak Brian, kami berbincang sebentar, sambil menunggu acara di mulai.

Di meja keluarga, aku juga masih celingukan mencari Jayden yang sejak tadi tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun. Sampai acara ramah tamah baru melihatnya berjalan ke arahku dengan tuxedo hitam yang melekat pada tubuh tingginya, seperti saat pesta topeng dulu, membuat Jayden semakin sangat amat tampan sekali, dan bodohnya aku baru menyadari itu. Hello, kemana aja lo Mel?

"Kok baru dateng sih?" tanyaku heran ketika ia duduk di sebelahku.

"Ketiduran," jawabnya enteng.

Kak Brian yang akan melahap kue di atas meja menghentikan kegiatannya dan menjawab, "kebiasaan lo."

Jayden hanya nyengir kuda. Ia melirikku lalu menunduk untuk berbisik, "you're always cute and beautiful all the time. Terlebih kalo lagi mendes...aduh!" Gaduhnya.

Aku memukul lengannya sebelum ia melengkapi kalimat itu. Bisa - bisanya di saat pesta seperti ini ia mengucapkan kata - kata mesum.

Setelah menghabiskan persedian kue segala macam rasa dan minuman berkarbonasi, kami baru berjalan ke arah panggung hendak mengucapkan selamat pada daddy dan Amanda yang masih menyapa para tamu. Kami mengantri di sebelah panggung mini tempat group music yang di sewa daddy.

Aku menyenggol lengannya, menunjuk ke arah panggung, mengkode minta di nyanyikan sebuah lagu oleh Jayden. Kak Brian yang meyadari kelakuanku langsung berkata, "Jangan dah, si Jay pasti bakalan nyanyi lagu metal, bisa lo bayangin undangan daddy bakal kabur semua."

"Ish!" kupukul lengan kak Brian tapi ia berhasil menghindar. Mulutnya itu selalu penuh nyinyiran, aku jadi curiga, jangan - jangan admin akun lambe - lambean itu adalah dirinya. Jika bukan sedang di acara pernikahan daddy, mungkin sudah kusentil ginjalnya.

"Mainin melody buat aku please," pintaku memelas pada Jayden.

"G'mainin Melody, aku serius sama dia," kata Jayden enteng. Aku sedikit tersipu lalu mengoreksi. "Gitar melody maksudku, bukan aku."

Jayden mengernyit, "Emang namamu Melody?"

"Bukan! Namaku maimunah!" Ucapku agak kesal.

"Kirain namamu my baby," lagi - lagi Jayden melafalkan itu dengan nada datar.

"Sa ae lo bambank! Buruan maju elah! Malah berenti jalan gombalin kesayangan gue!" Dorong kak Jameka yang ternyata juga antri di belakang kami. Kak Brian bertos ria dengannya. Aku, kak Bella dan Karina menahan tawa.

Seandainya kau tahu ketakutan Jayden terletak pada kakaknya, kau pasti akan tertawa. Wanita kuat seperti kak Jameka ini memang paling di takuti semuanya. Tito sampai menamai kak Jameka dengan Yang Mulia Ratu Jameka. Selain parasnya yang sangat cantik, auranya, nada perintahnya, dan apa yang ada dalam diri kak Jameka membuat orang mampu menuruti semua kata - katanya. Seperti Jayden sekarang, ia seperti anak umur lima tahun yang digiring ibunya dengan sapu karena main di sungai.

Saat antrian sudah sampai pada kawanan kami, aku berlari dulu untuk memeluk daddy, jadi ingin mewek.

"Astaga anak gadis daddy," kata daddy ikut berkaca - kaca. Kak Brian ikut menghambur memeluk kami. Ia ini paling ahli merusak moment. Aku sampai tidak bisa napas karena di kempit ketiaknya. Beruntungnya kak Brian cukup tahu diri memakai parfum aroma musk, jadi aku tidak perlu mual dan sebagainya.

Tadinya air mataku sudah mau tumpah, mendadak hilang entah kemana karena kelakuan kakakku ini.

Setelah itu kami semua bergantian memeluk daddy dan Amanda, memberi ucapan selamat menempuh hidup baru, lalu berphoto gaya formal dan gila.

Btw kali ini aku yang mengaitkan tangan ke lengan Jayden dengan posessesive karena mata beberapa perempuan muda sudah jelalatan ke arahnya. Nampaknya mereka belum pernah di colok dengan kuku bocel milikku. Untuk itu aku menggiringnya ke balkon yang tidak terlalu ramai orang.

"Possessive huh?" Tanyanya sambil memelukku dari belakang.

"Mereka belum pernah di sleding," ucapku menahan debaran saat ia berbicara tepat di telingaku.

"Kamu wangi banget, wangi vanila lagi, jadi pengen makan," Ucapnya sambil mulai mencium kepalaku terus menerus.

"Kalo laper ya uda ambil aja makanan, stoknya masih melimpah kok, perlu aku ambilin?" Kataku sengaja mengalihkan pembicaraan dengan sedikit menggodanya. Sungguh aku sudah hafal Jayden. Otaknya itu tidak jauh dari selangkangan jika sedang bersamaku.

"Pesen kamar yok," godanya.

"Ish! Mau ngapain?"

"Berishin WC," ucapnya datar beda dengan nada yang di gunakan untuk menggodaku tadi, nampaknya ia sedikit kesal, aku malah terkekeh. Sekali - kali membuatnya kesal ternyata asyik juga.

Ia melepas pelukannya dan berdiri sejajar denganku memandang kolam renang di bawah sana. Air kolam itu seperti kaca besar berwarna gelap yang memantulkan bintang - bintang malam ini. Cantik sekali.

"Ngambek nih?" Godaku.

"Enggak," jawabnya singkat.

Aku jadi semakin gemas, dengan cepat menyusupkan diri di antara lengan - lengannya yang terjulur memegang pagar pembatas. Memposisikan diri berhadapan dengannya. Ia kemudian melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Kamu ganteng banget," Ucapku sambil memainkan dasi hitamnya. Aku tahu Jayden senang menatapku intens.

Saat aku mendongak mata kami saling beradu pandang, menambah debaran jantungku.

Aku sendiri kadang heran, sudah berapa juta kali ia menatapku seperti ini, tapi jantungku masih saja tidak bisa stay cool. Memalukan, mungkin jika bukan karena ruangan yang temaran, ia pasti bisa melihat rona wajahku.

"Kalo aku cantik kamu nggak bakalan mau," katanya mulai menunduk. "Apa lagi kalo aku cium kayak gini," tambahnya mulai melumat bibirku dalam. Aku terbuai melingkarkan tangan ke lehernya, sampai lupa di belakang Jayden sedang ramai orang. Sedangkan ia malah terkekeh di tengah ciuman kami, aku jadi bingung.

"Mulai terbiasa di tempat rame huh?" Ejeknya masih terkekeh, aku hanya menunduk malu. Ketika baru membuka mulut akan memberitahu tentang hasil tes akselerasi, Jayden menjauhkan diri. Lalu...

Plak

Suara tamparan keras di pipi Jayden membuatku menoleh.

______________________________________

Thanks for reading this chapter

Makasih juga yang uda vote dan komen

Kesel nggak ada yang nampar Jayden tiba - tiba?

Mahluk apa sih yang berani nampar Bos Jay?
Jadi pengen nampol otaknya

Bonus photo bang Jay lagi pake tuxedo terlove 😍😍😍

See you next chapter teman temin

With Love
Chacha Prima
👻👻👻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro