Bab 1
San Fransisco, 2006
"Sial, sial, sial!" Suara umpatan Joe menggema di ruangan saat rekan kerjanya memutuskan untuk mengundurkan diri dari projek yang sedang mereka kerjakan.
"Tidak semudah itu kau lari dari tanggungjawab, Bajingan!" Joe tak terkendali, ia tampak murka.
"Kita banyak masalah karena projek ini. Lalu mengapa kau ingin meneruskan?" Dante--rekan kerja Joe--berdecih. "Ingin kembali ke masa lalu katamu? Persetan dengan itu semua. Aku muak!" Dia membalikkan badan lalu berniat pergi dari ruangan ini.
Ada tawa kecewa bercampur meremehkan saat Joe melemparkan sebuah remot hingga membuat pintu yang setengah terbuka itu kini tertutup akibat lemparannya yang tepat sasaran. "Masa mudaku kuhabiskan untuk membuat mesin ini dan setelah apa yang telah kita lakukan bersama beberapa tahun itu, kau ingin menyerah begitu saja?"
Dante menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah Joe. "Istriku selingkuh dan menikah lagi karena menganggap aku tidak memedulikannya. Lalu kemarin anakku mengalami kecelakaan parah sampai dia belum sadarkan diri. Ini semua salahku karena aku jarang berada di rumah untuk menjaga mereka. Kamu tau? Aku lakukan ini demi menyelesaikan projek gila bersamamu. Sekarang hidupku hancur, Joe. Aku merasa gagal menjadi seorang ayah dan suami. Kau tahu itu?"
Joe masih bergeming di tempat.
"Kenapa? Kau takut tidak bisa membayar tuntas para investor yang telah berani membayar mahal demi projek gila ini yang tidak tau pasti bagaimana akhirnya?"
Terlihat Joe menahan diri saat apa yang diucapkan Dante adalah sebuah kebenaran. Ia seperti kalah telak, merasa tertampar dengan sebuah kenyataan pahit bahwa mesin waktu yang dibuatnya selalu mengalami kegagalan dan jalan buntu.
"Masa lalu biarlah di tempatnya, Joe. Kau sudah melangkah jauh demi kehidupan ke depan yang jauh lebih baik. Lantas mengapa kau ingin kembali ke masa itu lagi?"
Joe yang sebelumnya menunduk, kini wajahnya terangkat menatap manik biru milik mata Dante. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha menguasai diri dan memaksakan sebuah senyuman.
"Kita bisa mengatur mesin waktu itu ke masa depan atau ke masa lalu. Jika kamu mau, kita bisa kembali lagi ke kehidupan keluarga harmonismu dan kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi seperti seka--"
"Hentikan omong kosong itu." Dante mengacak rambutnya penuh emosi. "Aku muak dengan penemuan tanpa ujung ini. Aku berhenti. Maaf, Joe." Dante melepaskan rompi dan topi keselamatan kerja saat membuat tabung untuk mesin waktu, lalu melangkah meninggalkan Joe yang masih bergeming di tempat.
***
San Fransisco, 2020.
"Aaron, gimana disertasimu?" Ana melepaskan kacamata radiasi lalu menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri hingga terdengar suara retakan patah-patah.
"Ya, aku sudah mau mendaftar ujian. Itu sebabnya mungkin kita harus libur dulu melakukan eksperimen ini untuk beberapa waktu ke depan, An. Apakah kamu tidak keberatan?"
Sejak kecil Anna dan Aaron sering melakukan penelitian dan eksperimen kecil hingga Joe membuatkan sebuah lab untuk mengekspor kemampuan mereka.
"Tentu saja."
"Disertasimu sendiri gimana?"
"Sangat buruk."
"Maksudnya-"
Belum selesai Aaron menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara wanita yang sedang meneriaki nama Anna.
"Kamu belum sarapan dari pagi tadi dan sekarang sudah memasuki makan siang, An. Perutnya itu dijaga nanti kalau sudah sakit seperti Ibu kamu bakalan bingung."
Sebuah kebiasaan yang kerap kali membuat Anna hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah sambil memutar matanya malas. Ibunya memang memiliki penyakit asam lambung dan sering mengomel tidak jelas kerap kali Anna selalu telat makan. Aaron malah tertawa melihat ekspresi itu.
"Udah sana, makan dulu." Aaron mengeluarkan lidahnya sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya yang diletakkan di pelipis. "Perutnya dijaga, Anak Mami." Sebuah jokes yang sering dilontarkan. Namun di detik selanjutnya terdengar suara kesakitan saat Anna dengan keras menendang tulang kering bagian kaki milik Aaron. "Maap-maap. Sakit, An."
"Sekarang hari apa?" tanya Anna mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Minggu. Kenapa?" jawabnya cepat.
Garis lurus yang berada di bibir Anna tiba-tiba saja membentuk sebuah garis melengkung, matanya menyipit dan mengeluarkan senyuman jahil. Aaron yang tampak paham akan tatapan itu hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah.
"Kenyang aku, An."
Dengan paksa Anna menarik lengan Aaron agar keluar dari ruangan ini , menemaninya untuk menemui Lydia-ibu Anna. Ya, dia akan menjadikan Aaron sebagai alasan mengapa bisa makan telat lalu dengan begitu, ibunya tak akan marah lagi.
"Ayolah. Biar ibuku nggak ngomel terus, Ar!"
***
Setelah menemani Anna makan siang--yang digabung menjadi satu dengan makan pagi, kini Aaron mengantarkan temannya itu ke sebuah tempat. Persahabatan mereka memang terjalin erat saat kecil. Aaron yang dulunya pindahan dari New York memang memiliki sifat pendiam dan memiliki tetangga baru bernama Annastasia Katherine--yang lebih aktif dan lincah. Membuat Anna sering mengajak Aaron bermain hingga pertemanan itu terjalin hingga sekarang.
"Kamu nggak tau panas apa ya, An? Aku tuh pengen rebahan aja di rumah."
Kini malah giliran Aaron yang mengomel. Bibirnya mengerucut, malah tampak menggelitik di perut Anna.
Dengan jahil Anna malah memegang bibir monyong itu. "Squisy."
Perlakuan itu seketika membuat Aaron tersenyum lalu dengan sengaja menggigit jari telunjuk dan jempol milik Anna yang bermain-main di bibirnya.
"Hentikan, Ar. Kau menyakitiku," ucap Anna bercampur tawa saat Aaron menoleh dan tersenyum.
"Memangnya siang-siang gini kamu mau ngajak aku ke mana? Kamu tahu bahwa musim panas di bulan September itu sangat menyengat."
Anna hanya diam. Memang biasanya ia ke tempat itu bersama ibunya dan tidak pernah mengatakan ke siapa pun, tanpa terkecuali Aaron.
"Entahlah. Tiba-tiba saja tadi ibuku menyuruhku ke tempat ini bersamamu. Katanya kamu yang akan menggantikannya untuk menemaniku nanti."
Aaron yang tampak bingung dengan ucapan Anna pun langsung menoleh dan menjawab, "Maksudnya?"
"Entahlah, Ar. Aku juga tidak tau."
Mobil berhenti saat mendapat instruksi dari Anna. Aaron hanya terdiam saat Anna malah mengajaknya ke sebuah tempat persinggahan terakhir manusia, pemakaman.
Aaron dengan pasrah mengekor di belakang Anna saat tangannya ditarik ke depan, membuat pria itu baru menyadari bahwa yang ada di tangan kanan Anna adalah sebuah wadah berisi bunga sedangkan tangan kiri Aaron yang bebas itu digunakan untuk memegang payung karena panasnya yang luar biasa menyengat. Kini mereka menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan kacamata hitamnya.
Langkah kaki mereka terhenti pada salah satu pemakaman. Dengan segera Anna langsung mencabuti rerumputan yang dibantu dengan Aaron. Suasana sangat canggung dan hening. Tak ada yang berbicara selama proses itu berlangsung yang dilanjut dengan menaburi bunga di atas makam.
Melihat matahari yang menyengat, Aaron memutuskan untuk kembali berdiri dan memayungi Anna agar tidak kepanasan.
Teka-teki Aaron langsung terjawab saat membaca nama pada pusara makam ini yang bernama, Joehannes Marthin. Ya, itu adalah nama dari ayah Anna atau yang biasa dipanggil dengan Joe.
Lantas perkataan Anna beberapa menit yang lalu terlintas di benak Aaron.
"Entahlah. Tiba-tiba saja tadi ibuku menyuruhku ke tempat ini bersamamu. Katanya kamu yang akan menggantikannya untuk menemaniku nanti."
Aaron bergeming, keningnya tampak mengerut. "Menggantikannya?" gumam Aaron sambil menggigit bibir bagian bawahnya. "Apa maksud dari ungkapan itu?"
Di detik selanjutnya Aaron terlonjak kaget saat ada tangan seseorang yang menyentuh pundaknya. "Ha, apa? Udah selesai?"
"Ya, dari tadi. Kamu tampaknya sedang melamun. Apa yang kamu pikirkan, Ar?" ucap Anna yang kini ikut berdiri dan sejajar dengan Aaron.
"Oh tidak. Lupakan." Aaron membantu Anna membawa wadah bekas bunga sebelumnya lalu berjalan meninggalkan makam itu. "Mau ke mana kita selanjutnya? Langsung pulang atau jalan-jalan terlebih dahulu?"
"Aku ingin makan es krim."
"Siap, Tuan Putri."
Anna tersenyum dengan jokes itu dan memukul punggung Aaron pelan saat berjalan di belakang pria tersebut.
***
Hello. Gimana part pertamanya?
Ada kesan yang mau disampaikan nggak?
Komen, ya.
Aku tunggu
Thanks.
Jangan lupa meninggalkan jejak
10 April 2023.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro