Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Back Door.5| Who?

"Hyung...benarkah kau, aku dan Seungmin akan menjadi satu tim?"

Lee Know berdehem tanpa minat, menjawab pertanyaan Han yang sudah lebih dari sekali pria itu lontarkan kepadanya.

Han bertepuk tangan heboh lantas berujar "Hyung, tidakkah itu luar biasa? Aku dan kau bisa menjadi satu tim"

Kali ini Lee Know hanya bisa menghela nafas pelan, terlalu malas untuk membalas ucapan Han yang justru menambah rasa kesal di hatinya. Lee Know pun coba tak menghiraukan pria pecinta cheesecake dengan menyibukan dirinya merajang beberapa bahan untuk menu mereka hari ini.

"Hyung...apa kau senang memiliki aku di timmu?" Berpikir takkan lagi mendengar ocehan dari Han, Lee Know kembali dibuat kesal kala sosok Han buka suara.

"Aku kan memiliki teropong cermin jadi hal itu akan mempermudah tim kita untuk mendapatkan arwah-arwah yang terlepas. Bukan begitu hyung?"

Lee Know menancapkan pisau yang ia pegang di atas meja tempatnya tadi memotong beberapa sayuran, membuat Han terkejut mendapati hal itu. Perlahan tetapi pasti, Lee Know pun memutar tubuhnya menghadap Han yang kini terlihat melempar tatapan siaga.

"Han-ya, apa kau tahu kenapa aku bisa menggunakan tangan kananku dan tangan kiriku dengan sama baiknya?" Tiba-tiba saja Lee Know melempar frasa sambil mengukir senyum aneh di wajahnya.

Yang ditanya tidak menjawab, hanya membalas dengan tatapan bingung karena pertanyaan random yang tiba-tiba Lee Know lontarkan.

"Alasan kenapa aku bisa menggunakan kedua taganku dengan sama baiknya adalah, agar aku bisa tetap memasak dan mencekik orang yang menggangguku memasak dalam waktu bersamaan. Karena itulah aku melatih kedua tanganku ini, agar bekerja sama baiknya" Tak mendapat jawaban dari Han, Lee Know langsung menjawab pertanyaan yang tadi ia lontarkan.

"Apa kau mau melihat bagaimana aku melakukannya Han Jisung?"

Minho berujar lembut...bahkan saaaaaangat lembut, namun anehnya Han Justru merinding mendengar kalimat yang pria Lee itu lontarkan. Terlebih ketika netranya melihat senyum miring yang diukir Lee Know di wajahnya dan jangan lupakan tatapan tajam yang pria itu arahkan padanya. Kedua hal itu merupakan perpaduan pas yang membuat sirine tanda bahaya imajiner milik Han berbunyi.

Dia harus menghentikan omong kosongnya dan pergi dari hadapan Lee Know detik itu juga. Menjauh dari daerah teritorial sous chef itu dan tidak mengusiknya menjadi jalan ninja yang Han pilih saat ini. Jadi tanpa basa basi dan bahkan tak menunggu Lee Know benar-benar melaksanakan niatnya, Han langsung berlalu dengan langkah terburu.

"Akhirnya pergi juga" Lee Know berujar lega, kala melihat tubuh mungil Han menghilang dibalik pintu gudang penyimpanan bahan.

Setidaknya untuk beberapa saat kedepan dia takkan mendengar ocehan unfaedah dari Han dan itu cukup membantu memperbaiki moodnya yang sejak tadi hancur karena pembagian tim.

_Back Door_

Changbin berjengit kala mendapati sebuah sentuhan di punggungnya. Nyaris saja pisau yang ia gunakan untuk memotong-motong daging domba dilempar kearah Felix –sosok yang mengagetkannya- untung pikiran Changbin masih sedikit sadar, jadi benda tajam itu tidak benar-benar terlempar dan melukai sang hobae.

"Kau mengagetkanku saja" Protes Changbin, kembali menekuni pekerjaannya.

Felix tertawa pelan, kemudian mendudukan dirinya di samping Changbin.

"Kenapa hyung kaget? Apa hyung melamun barusan?" Tanya Felix

"Eoh" Jawab Changbin tak coba berdusta.

Lagi tawa Felix berderai "Hyung melamun saat bekerja, nanti jika tangan hyung teriris bagaimana?" Tanya yang lebih muda kemudian.

Tangan Changbin berhenti memotong daging domba yang ada di hadapannya, kemudian tatapannya ia bawa kearah Felix.

"Aku arwah, Kalaupun aku terluka. Lukaku akan cepat sembuh" Balasnya

"Benarkah?" Felix menatap tak percaya "Bahkan luka besar sekalipun?"

Changbin menarik sebuah senyum tipis, bahkan sangat tipis sampai-sampai Felix tak menyadari kalau pria yang berada disampingnya itu sedang tersenyum padanya.

"Apa itu berarti hyung takkan benar-benar bisa terluka. Maksudku, apa takkan ada luka yang membahayakan untuk hyung?" Lagi Felix bertanya guna menuntaskan rasa penasaran yang mendera hati pria Lee tersebut.

"Tentu saja ada" Jawab Changbin "Kami bisa dalam bahaya saat berhadapan dengan kekuatan hitam. Jika kekuatan hitam mengenai tubuh kami, mungkin akan memerlukan waktu cukup lama bagi kami menyembuhkannya. Karena itu kami harus berhati-hati jika berhadapan dengan musuh" Paparnya kemudian.

Felix tak lagi buka suara, membuat Changbin berpikir segala rasa ingin tahu lelaki yang lebih muda darinya itu sudah terpenuhi. Tangan kekarnya pun kembali menekuni kesibukannya, mengabaikan Felix yang masih duduk manis di sampingnya.

"Hyung" Panggilan Felix kembali mengalihkan atensi Changbin.

Mau tak mau Changbin menghentikan lagi kegiatannya, guna menatap Felix yang sepertinya ingin menanyakan sesuatu kepadanya.

"Kau mau bertanya apa lagi?" Tukas Changbin sebelum Felix sempat meminta izin untuk bertanya kepadanya.

Senyum pemuda Lee itu merekah, dia senang dengan sikap Changbin yang selalu paham dengan apa yang ingin ia lontarkan.

"Kenapa Randagio?" Tanya Felix kemudian

"Maksudmu?" Changbin tidak mengerti.

"Kenapa buku itu harus disimpan di Randagio? Apa kalian tidak bisa menyimpan di tempat lain? Di gunung misalnya atau di gua. Dengan begitu takkan ada manusia gila seperti kami yang akan memasuki tempat kalian menyimpan buku itu" Jelas Felix panjang lebar.

Changbin mengitari pandangannya sesaat ke sekeliling tempat mereka saat ini berada, memastikan tak ada orang lain yang akan mendengar percakapan mereka nantinya. Hal tersebut menulari Felix yang melihatnya, pria berwajah mungil itu ikut-ikutan menoleh kesana kesini seperti maling yang memantau keadaan.

"Buku itu memang sudah ada disini sejak dulu" Tukas Changbin setelah memastikan kondisi aman. "Bahkan sebelum tempat ini berubah menjadi pusat kota, buku itu sudah lebih dulu ada di sini. Bukan keinginan kami untuk menyimpan buku itu di sini melainkan, tempat ini memanglah seharusnya buku itu berada."

"Itu...bagaimana maksudnya hyung?" Felix masih belum paham.

Changbin menarik nafas dalam "Kau tahu...dibalik pintu belakang itu, tempat kalian menemukan buku iblis...ruangan kecil itu adalah hellevator yang menghubungkan dunia manusia dan dunia arwah"

"Eh? Hellevator?"

"Hmm" Changbin mengangguk "Dulu ruangan itu adalah pintu gerbang ke dunia arwah. Kami menjaganya sejak beratus-ratus tahun bersama buku yang tetap terkunci. Siapapun manusia yang mencoba masuk akan kami cegah begitupun dengan arwah yang akan keluar. Kami akan mengunci arwah-arwah yang ngotot ingin menyeberang ke dunia manusia di dalam buku yang kalian temukan"

"Lalu bagaimana dengan manusianya?" Tanya Felix lagi.

"Jika masih bisa diatasi, kami akan membebaskan mereka. Tapi kalau tidak bisa, maka kami akan membiarkan dia menaiki hellevator itu agar mereka bisa membusuk di dunia arwah"

"Dan...hellevator itu masih berfungsi sampai sekarang?"

"Kalau tidak berfungsi, kau pikir kami akan menjaganya?" Alih-alih menjawab, Changbin justru balas bertanya pada Felix kini.

Yang lebih muda hanya diam, merasa pertanyaannya terlalu bodoh untuk dilontarkan.

"Hellevator itu tak bisa dipindahkan kemanapun dan perkembangan zaman juga tak bisa kami cegah. Karena itu kami hanya bisa menjaga pintu itu agar tetap tertutup dan membuat orang-orang tidak bisa membukanya"

"Tapi kami akhirnya membuka buku itu dan membuat hyung semua dalam masalah" Felix berujar lemah membalas kalimat terakhir yang Changbin lontarkan.

"Hari seperti ini memang cepat dan lambat pasti akan terjadi" Changbin berujar bijak "Jika bukan kalian, pasti akan ada orang lain yang bisa membuka pintu itu kapan saja"

"Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri, karena itu hanya akan membuat aura negatif untuk tim kita nantinya"

"Begitukah?"

Changbin hanya mengangguk menjawab tanya yang Felix lontarkan.

"Baiklah hyung, aku akan berusaha berpikir positif mulai sekarang. Dengan begitu, energi positif juga akan melingkupi kita. Begitu kan hyung?" Tukas Felix disambut senyum lebar oleh Changbin.

Tangan pria Seo itu terhulur guna mengusak surai Felix sebentar membuat senyum di wajah Felix kian terukir lebar.

_Back Door_

"I.N-ie, kau kenapa?" Hyunjin bertanya melihat I.N yang bersandar di dekat toilet dengan wajah yang terlihat pucat.

Yang termuda menggeleng, lantas mencoba untuk berdiri tegap kembali. I.N bahkan sudah tersenyum lebar pada Hyunjin karena tak mau pria yang lebih tua darinya itu merasa khawatir padanya.

"Kau sakit?" Tanya Hyunjin lagi.

I.N meggeleng "Tidak hyung, aku baik-baik saja"

Hyunjin tak langsung percaya, pria Hwang itu kini mengulurkan tangannya guna meraba kening I.N.

"Suhu tubuhmu naik dan kau bilang baik-baik saja?" Tukas Hyunjin lengkap dengan wajah cemas yang mulai terlukis jelas di paras tampannya.

I.N mengigit bibirnya sambil menundukkan pandangan. Matanya sedikit berkunang-kunang kini dan itu membuatnya merasa pusing.

"Kita pulang ya, hyung akan mengantarmu" Usul Hyunjin disambut gelengan ribut dari I.N.

"Kenapa?" Tanya Hyunjin bingung.

"Pekerjaanku masih banyak hyung, aku tak mungkin pulang tanpa menyelesaikannya"

"Biar hyung yang selesaikan semua pekerjaanmu"

"Tapi hyung..."

"Yang Jongin, kau sudah tak mau mendengarku!?" Hyunjin berujar dengan nada yang tak mau dibantah.

Hal itu jelas saja membuat I.N kembali menundukkan pandangannya. Ia tak pernah mendapatkan amarah Hyunjin –sebenarnya hyung yang lain juga tidak- jadi ketika melihat sosok yang lebih tua menggunakan penekanan saat bicara dengannya, itu membuat I.N merasa takut.

"Maaf...hyung tak bermaksud meninggikan suara seperti itu" Seketika Hyunjin menyesal ketika melihat ekspresi yang I.N tunjukan.

"Tidak apa-apa hyung" Lirih I.N masih dengan kepala tertunduk.

Hyunjin menghela nafas pelan sebelum tangannya terhulur mengusak surai berwarna biru milik I.N, membuat yang termuda perlahan menarik kepalanya yang tertunduk guna memandang pria tertampan di tim nya tersebut.

"Hyung mencemaskanmu I.N-ie" Tukas Hyunjin terdengar begitu tulus di telinga I.N.

"Iya, aku tahu" Balas I.N

"Kalau tahu dengar kata hyung. Hyung akan mengantarkanmu pulang agar kau bisa beristirahat dengan baik" Lagi Hyunjin berujar yang dibalas anggukan patuh oleh I.N

"Bisa jalan sendiri?" Tanya Hyunjin kemudian.

"Bisa" Jawab I.N

Hyunjin mengangguk, kemudian berjalan pelan di sisi I.N menuju ke ruang karyawan. Sesampainya di ruangan itu,Hyunjin menyuruh I.N megganti pakaiannya sedangkan dirinya sendiri memasukan beberapa barang I.N yang ada di loker ke dalam tas.

"Kau tunggu disini sebentar ya, hyung mau meminjam kunci vespa Changbin hyung dulu" Tukas Hyunjin ketika I.N keluar dari dalam kamar mandi.

I.N mengangguk setuju, kemudian duduk di dekat tasnya dan membiarkan Hyunjin berlalu meninggalkannya. Pria pemilik surai blonded sebahu itu pun melangkah tergesa menuju ke dapur, mencari sosok Changbin guna meminjam kendaraan milik pria kekar tersebut.

"Hyung" Tangan Hyunjin menahan Chan yang baru saja akan melewati tubuhnya.

"Ada apa?" Balas Chan sambil melempar tatapan bingung pada Hyunjin.

"Lihat Changbin hyung tidak?" Tanya Hyunjin kemudian.

"Dia di belakang, sedang mengeksekusi daging domba. Ada apa?" Bang Chan bertanya setelah lebih dulu memberi tahu keberadaan Changbin pada Hyunjin.

Pria Bang itu terlanjur penasaran melihat ekspresi Hyunjin yang tampak sedikit cemas, karena itu tanpa sadar ia melontarkan frasa tanya tersebut pada pria tinggi di hadapannya.

"Aku mau meminjam vespa Changbin hyung, mau mengantar I.N pulang" Jelas Hyunjin membuat dahi Chan langsung dihiasi kerut halus.

"Memangnya I.N kenapa?"

"I.N sakit, suhu tubuhnya naik"

"Benarkah?" Hyunjin mengangguk "Sekarang dimana dia?" Tanya Chan lagi.

"Di ruang karyawan" Jawab Hyunjin sambil mengarahkan telunjuknya kearah ruang karyawan berada.

Tanpa basa basi bahkan tanpa mengucapkan apapun lagi, Chan segera beranjak menuju ruang karyawan. Hyunjin yang melihat hal itu secara spontan mengikuti langkah atasan, dia bahkan lupa kalau tadi mau meminjam kendaraan milik Changbin untuk mengantar I.N.

"I.N-ie Kau baik-baik saja?" Chan langsung berhambur ke sisi I.N guna mengecek keadaan member paling muda mereka tersebut.

Tangan Chan sudah meraba kening, pipi dan leher I.N membuat pemuda bermarga Yang itu menggeliat tidak nyaman.

"Hyung, aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing" Tangan I.N mendorong Chan pelan agar pria Bang itu menjauh dari dirinya.

Tidak, I.N tidak membenci Chan. Hanya saja si pria muda ini memang tidak terlalu suka orang lain memegang-megang tubuhnya. Lagipula I.N kan bukan bayi, dia seorang pria dewasa. Kenapa juga Chan harus memperlakukannya seolah dirinya adalah anak kecil yang belum bisa melakukan apapun?

"Bukankah tadi kau baik-baik saja I.N-ie?" Chan yang teringat kalau I.N tak suka skinsip segera memberi jarak.

"Ne, aku tadi baik-baik saja hyung" Jawab I.N lemah "Tapi...entah kenapa beberapa menit lalu aku merasa tubuhku sakit semua" Paparnya kemudian.

Kedua iris gelap mirip Chan menatap cemas pada I.N tepat setelah mendengar perkataan pria muda itu. Ia sedikit paham apa yang terjadi pada rekannya dan hal tersebut tentu saja tak luput dari perhatian Hyunjin. Pria tinggi bermarga Hwang itu mendapati reaksi tak biasa dari pimpinan mereka dan tentunya hal itu menggelitik rasa penasaran Hyunjin.

"Hyung, apa I.N sakit karena ritual yang tadi kita lakukan?" Tanya Hyunjin pada Chan.

Jujur dia juga merasa ada yang aneh pada tubuhnya, sejak tadi pria Hwang itu seperti merasakan sesuatu yang tak nyaman. Namun karena berpikir itu hanyalah perasaannya semata, ia tak sampai mengatakan itu pada teman-temannya. Tapi melihat kondisi I.N saat ini, Hyunjin jadi sedikit cemas. Ia takut kalau ritual yang mereka lakukan tadi memilki dampak buruk, karena itu Hyunjin bertanya pada Chan dengan harapan pria Bang itu bisa menghilangkan pikiran buruk Hyunjin tersebut.

"Ne, kurasa ini memang pengaruh ritual yang kita lakukan"

Mata Hyunjin langsung membola mendengar ucapan dari Chan "Apa itu berbahaya hyung?"

"Tidak" Chan menggeleng "Ini hanya efek samping saja, tidak akan membahayakan nyawa kalian"

"Benarkah?" Dengan raut wajah tak yakin Hyunjin kembali bertanya.

Chan tersenyum, merasa maklum jika Hyunjin tak langsung percaya dengan apa yang ia katakan. Biar bagaimanapun semua ini adalah pengalaman baru untuk Hyunjin dan rekan-rekannya. Justru hal aneh jika mereka semua sama sekali tak merasa takut atau cemas dengan apa yang terjadi pada diri mereka sendiri.

"Iya, cakra yang hyung buka di tubuh kalian sedang meyesuaikan diri dengan kekuatan baru yang masuk. Jadi karena hal itu mungkin kalian akan merasa sedikit resah, bahkan sakit seperti yang sedang terjadi pada I.N" Chan mengusap poni I.N gemas.

Kali ini Hyunjin bisa menghela nafas lega setelah mendengar penjelasan dari Chan.

"Kau sendiri, apa baik-baik saja?" Tanya Chan yang ia tujukan pada Hyunjin.

"Aku?" Hyunjin menunjuk dirinya sendiri "Aku merasa sedikit tak nyaman, tapi tidak apa-apa" Imbuhnya kemudian.

"Syukurlah, berarti tubuhmu cukup mampu menerima kekuatan yang kami berikan" Senyum lembut Chan terukir bersamaan dengan kalimat yang ia lontarkan.

Hyunjin cukup bangga dengan fakta yang Chan katakan, hal tersebut terlihat dari senyum lebar yang ia rekahkan.

"Kalau begitu I.N, apa sebaiknya hyung saja yang mengantarmu pulang?" Perhatian Chan kembali terarah pada I.N yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka.

Wajah I.N seketika kaget "Tapi...tadi Hyunjin hyung bilang, Hyunjin hyung yang akan mengantarku"

Chan menoleh lagi pada Hyunjin yang sudah mengangguk-angguk pelan.

"Dengan vespa?" Tanyanya

"Iya" Jawab Hyunjin.

"Jika mengantar menggunakan itu, kondisi I.N bisa saja menjadi semakin buruk karena akan terkena angin berlebihan." Jelas Chan keberatan.

"Ah, benar juga" Hyunjin baru menyadari hal itu.

"Biar hyung saja mengantarmu dengan mobil hyung, jadi Hyunjin bisa langsung mengerjakan tugas-tugasmu nanti"

Tukas Chan memberi usulan baru kepada I.N juga Hyunjin. Keduanya langsung saling lempar pandangan kini, seperti saling berkomunikasi menggunakan tatapan.

"Ya sudah, hyung saja yang mengantar kalau begitu" Setelah mendapati wajah tak keberatan dari Hyunjin, I.N pun setuju dengan ide Chan.

Itu juga lebih baik bagi Hyunjin bukan? Pria Hwang itu tak perlu mondar mandir hanya karena ingin mengantarkan I.N jadinya. Lagipula I.N sudah cukup tak enak hati membiarkan Hyunjin mengerjakan tugas yang seharusnya ia kerjakan, masak ia harus merepotkan Hyunjin lagi dengan mengantarnya pulang. I.N cukup tahu diri untuk tidak merepotkan orang lain, meski sebenarnya tak ada yang merasa keberatan dengan hal itu.

"Ayo kita segera pulang, kau bisa jalan kan? Apa perlu hyung gendong?"

"TIDAK PERLU! AKU BUKAN BAYI!" Tolak I.N cepat membuat Chan dan Hyunjin langsung tertawa mendengar kalimat bernada tingginya.

"Sampai di rumah kau harus langsung istirahat. Jangan main game apalagi menonton kartun di youtube, cepat sembuh ya I.N-ie" Bagai seorang ibu, Hyunjin berujar sambil mengusap-ngusap surai belakang milik I.N.

"Hyung berisik!" Balas I.N kemudian berjalan sedikit menyentak mendahului Chan.

Lagi Chan dan Hyunjin tertawa karena tingkah pria bermarga Yang tersebut. Menggoda anggota termuda memang semenyenangkan itu, jadi tak mungkin Bang Chan dan Hwang Hyunjin akan melewatkan kesempatan tersebut begitu saja.

_Back Door_

Seungmin baru saja akan mengganti pakaian kerja ketika menyadari salah satu batu yang menghias di kompas miliknya menyala. Tak membuang waktu, pria bermarga Kim itu berlari keluar dari ruang karyawan lantas mencari sosok Lee Know dengan segera.

"Hyung" Panggil Seungmin pada sosok Lee Know yang masih tampak sibuk berkutat di dapur.

Yang dipanggil menoleh singkat, sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada panci berisi bumbu yang ada di hadapannya.

"Ada apa?" Tanya Lee Know kemudian.

"Batu yang ada di kompasku menyala, hyung" Masih sedikit terengah, Seungmin berujar sambil menunjukan kompas miliknya.

Lagi Lee Know mengarahkan pandangan pada Seungmin, kemudian menatap kompas yang pria Kim itu tunjukan kepadanya.

"Hanya satu batu yang menyala, itu berarti arwah yang kita incar tidak terlalu dekat" Jelas Lee Know.

Kali ini Lee Know mematikan api kompor, kemudian memberi isyarat pada Seungmin agar mengambilkan tempat bumbu yang berada tak jauh dari tubuh jangkungnya. Tangan Seungmin pun meraih tempat bumbu itu tanpa bertanya, kemudian memberikan kepada Lee Know.

"Jadi hyung, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Seungmin kemudian.

Pria Kim itu bingung melihat bagaimana tenangnya Lee Know menanggapi laporannya. Tak ada sikap khawatir sama sekali, seolah pekerjaan menangkap arwah bukanlah pekerjaan yang berbahaya.

"Apa Han sudah pulang?" Tanya Lee Know membalas pertanyaan yang Seungmin lontarkan.

"Sepertinya dia masih ada di gudang, memeriksa stok sayur bersama Felix" Jawab Seungmin.

"Kalau begitu bilang padanya kalau kau akan menginap di rumahnya" Perintah Lee Know.

"Ne?" Seungmin nampak kaget "Aku harus menginap di rumah Han?"

Lee Know mengangguk pelan sambil membawa bumbu yang sudah jadi untuk disimpan di lemari pendingin.

"Kenapa hyung?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa aku harus menginap di rumah Han?"

Tangan Lee Know menutup pintu kulkas dengan keras, kemudian menatap lurus sosok Seungmin yang ada di hadapannya. Jujur pria itu terusik kini, dengan Seungmin yang terus mencecarnya dengan pertanyaan yang tak penting –menurut Lee Know- kepadanya.

"Besok kita akan pergi menangkap arwah itu pagi-pagi sekali dan karena aku malas menjemput kalian di dua tempat yang berbeda, jadi aku memintamu menginap di tempat Han" Jelas Lee Know panjang lebar.

"Kalau begitu kenapa tidak..."

"Aku tidak tahu dimana rumahmu, lagipula rumah Han lebih dekat dengan Randagio. Jadi berhenti bertanya lagi dan lakukan apa yan kukatakan. Atau...kau mau aku menjadikanmu saos spageti untuk menu makan siang besok?" Tanpa membiarkan Seungmin melontarkan kalimat protes, Lee Know kembali berujar membuat sang lawan bicara langsung terbungkam seketika.

Tak memiliki pilihan lain, Seungmin pada akhirnya memilih mengiyakan apa yang Lee Know katakan. Pria manis yang memiliki wajah seperti anak anjing itu pun beranjak meninggalkan dapur dan bergegas menjumpai Han di gudang. Beruntung yang dicari memang masih ada disana, tengah asik membantu Felix sambil sesekali bercanda.

"Han" Panggilnya Seungmin.

"Oh, Seungmin-a....katanya tadi mau pulang" Balas Han seraya meletakkan beberapa sayuran yang sudah disusun Felix pada tempatnya.

"Aku memang mau pulang" Jawab Seungmin.

"Oke, bye...bye. Sampai jumpa besok, hati-hati di jalan ya. Hubungi aku jika kau terjatuh atau memilki masalah. Nanti akan kusuruh Changbin hyung menolongmu, hehehehe" Seperti biasa Han melempar kalimat bernada bercanda pada Seungmin yang membuat Felix di sisinya ikut terkekeh pelan.

Biasanya Seungmin juga akan membalas dengan senyum lebar sambil berujar kata 'bodoh' padanya. Tapi hari ini berbeda, Seungmin sama sekali tak memberi reaksi apapun. Bahkan pria manis itu hanya diam di tempatnya sambil menarik nafas pelan mendengar ucapan yang Han lontarkan.

"Aku harus pulang ke rumahmu" Seungmin kembali berujar membuat Han membulatkan matanya mendengar kalimat yang baru saja pria Kim itu katakan.

"Eh? Maksudmu apa?"

"Aku menginap di rumahmu malam ini, jadi ayo cepat pulang"

"Huh?" Han jadi semakin bingung kini.

"Cepatlah Han! Aku benar-benar sudah lelah sekarang"

_Back Door_

Seperti perintah Lee Know, akhirnya Seungmin jadi menginap di kediaman Han. Ini kali pertama pria kelahiran bulan September itu menginap di kediaman milik rekan sekaligus sahabatnya tersebut, setelah lebih dari 2 tahun bekerja bersama-sama dengan Han. Sebuah rekor bukan? Dan fakta yang lebih mencengangkan lagi, Seungmin bahkan tak tahu kalau rumah Han berada tak jauh dari Randagio. Andai saja hari ini ia tak menginjakkan kakinya disini, bisa dipastikan Seungmin takkan pernah tahu di mana seorang Han Jisung tinggal.

"Maaf ya, mungkin rumahku sedikit berantakan. Aku belum sempat membereskanya, terlebih kau meminta menginap tiba-tiba" Han berujar setelah membuka pintu apartement miliknya.

Tanpa menjawab Seungmin mengikuti langkah Han memasuki kediaman kecil itu, dia juga merasa tak enak hati sebenarnya. Tapi apa boleh buat, Lee Know sudah membari titah padanya. Apa mungkin Seungmin menolak perintah sosok kedua tertua itu? Bisa-bisa dia tidak akan melihat matahari besok pagi jika melakukannya.

"Selamat datang di kediaman pangeran Han" Han berujar penuh rasa bangga sambil merentangkan sebelah tangannya di udara layaknya seorang pelayan yang menyambut pelanggan mereka.

Seungmin diam, membeku di tempatnya. Tatapan mata pria yang dijuluki anak anjing oleh rekan-rekannya itu tampak kosong setelah melihat kondisi kediaman Han. Netra Seungmin bahkan di bawa menyapu tiap sudut, lantas berakhir menatap si pemilik rumah yang melempar senyum tanpa dosa padanya.

"Han, ini benar-benar kediamanmu?" Tanya Seungmin dengan nada suara yang terdengar sangat putus asa.

Bagaimana tidak? Seungmin yang dikenal sebagai sosok paling rapi di Randagio harus menghadapi ruangan yang sangat berantakan di hadapannya. Pakaian yang berceceran di lantai, beberapa kertas lusuh yang entah berisikan coretan apa, bungkus makanan dan jangan lupakan mangkuk makanan yang belum dicuci. Semua benda itu memenuhi ruangan tempat tinggal Han saat ini, dan apa tadi? Pria serupa tupai itu mengatakan kalau rumahnya sedikit berantakan? Bagi Seungmin kondisi rumah Han saat ini bahkan lebih dari kata berantakan.

"Tentu saja ini rumahku, memangnya kau pikir ini rumah siapa?" Han terkekeh pelan sambil mengarahkan tungkainya menuju nakas yang berada di samping ranjang.

Melempar tas punggungnya di atas benda itu, Han kemudian kembali menatap Seungmin yang belum bergerak dari posisinya.

"Seungmin-a, kenapa diam disana? Ayo kemari" Tukas Han sambil melambai-lambaikan tangannya pada sang sahabat.

Dengan wajah lelah bercampur kesal Seungmin menatap Han. Ia benar-benar ingin marah saat ini, tapi Seungmin cukup tahu diri untuk tidak benar-benar melakukan itu. Biar bagaimanapun dia tamu dan Han adalah tuan rumah. Bagaimana mungkin Seungmin memarahi tuan rumah hanya karena ekpektasinya terhadap tempat tinggal tidaklah sama dengan kenyataan yang didapatnya.

"Han, dimana kau letakkan sapu?" Menekan segala rasa kesal yang memuncak, Seungmin sebisa mungkin berujar lembut kepada Han.

Pertanyaan yang dilontarkan Seungmin tiba-tiba membuat Han kembali kebingungan.

"Untuk apa sapu?" Tanya pria itu dengan lugunya.

Seungmin menarik nafas dalam "Tentu saja untuk membersihkan semua sampah-sampah ini" Tangannya menunjuk semua sampah yang memenuhi ruangan Han.

"Besok saja kita lakukan, bukankah tadi kau bilang kau lelah"

"Aku tidak bisa tidur di tempat sekacau ini Han" Balas Seungmin.

"Aku takkan menyuruhmu tidur di lantai Seungmin-a. Kau bisa tidur di ranjangku" Tangan Han menepuk ranjang kecil miliknya pelan "Tidak ada apapun di ranjangku, jadi kau bisa istirahat disana"

Han benar, diantara seluruh tempat di kediaman Han hanya ranjang milik pemuda itu yang terlihat tidak berantakan. Tak ada satupun sampah disana, meski Seungmin tak begitu yakin apa tidak ada debu menempel di seprai yang terpasang.

"Tidak, biarkan aku membersihkan tempat ini dulu. Aku...benar-benar tak sanggup melihat semua ini" Seungmin menolak kebaikan Han dan bersikeras ingin membersihkan ruangan milik Han.

"Tapi Seungmin-a..."

"Jebal, jangan membuatku kesal. Aku sedang tak ingin bertengkar sekarang" Final Seungmin yang tak mampu lagi dibantah lagi oleh Han.

Tak ingin mengecewakan tamunya, Han akhirnya mengalah saja. lagipula tak banyak yang dia lakukan selain mengerjakan apa yang Seungmin perintahkan. Sesekali Seungmin akan bertanya apa benda yang dipungutnya masih diperlukan oleh Han atau tidak. Jika iya, lelaki Kim itu akan meminta Han menyimpan di tempat yang seharusnya dan jika benda itu tidak diperlukan maka tanpa segan Seungmin akan membuang benda tersebut di tempat sampah. Tiga puluh menit waktu yang mereka perlukan untuk membersihkan kediaman Han dan Seungmin sepertinya cukup puas dengan kerja kerasnya tersebut. Ruangan itu jelas terlihat lebih baik bahkan lebih pantas disebut kediaman daripada penampakan saat Seungmin baru menginjakan kakinya disana.

"Wuaah, ruangan ini jadi terlihat berbeda"Han berujar sambil menatap takjub tempat tinggalnya.

Tak ada lagi apartement berantakan, Seungmin menatanya dengan sangat baik hingga semua barang-barang Han tertata sebagai mana mestinya.

"Terimakasih Seungmin-a, kau benar-benar..." Han tak jadi melanjutkan ucapannya, kala melihat sosok Seungmin mengacungkan tangannya ke udara sebagai isyarat agar Han tak perlu mengatakan apapun kepadanya.

"Aku ingin membersihkan diri, dimana kamar mandinya?" Tukas Seungmin setelahnya.

Han berdecih pelan, namun tetap menunjuk kamar mandi yang berada di sebelah pintu dapur. Ia pun membiarkan Seungmin membersihkan diri sementara dirinya menuju dapur untuk membuat dua gelas teh.

"Mau teh?" Tanya Han tepat setelah Seungmin keluar dari kamar mandi.

"Aku sudah sikat gigi" Jawab Seungmin sambil menyeka rambutnya yang setengah basah.

"Jadi kau mau langsung tidur?" Tanya Han kemudian.

"Hmm" Seungmin mengangguk kemudian mendudukan tubuhnya di atas ranjang Han. "Kau akan tidur dimana Han? Tempat tidurmu sepertinya hanya cukup untuk satu orang"

Han meneguk teh buatannya cepat, kemudian tangannya menunjuk lantai yang berada tepat di bawah ranjang miliknya.

"Aku akan tidur disitu" Tukas Han mulai meneguk teh yang tadi ia buatkan untuk Seungmin.

"Tidak beralas apapun?" Tanya Seungmin dengan mata membulat.

"Eoh..." Han beranjak bangkit kembali menuju dapur "...aku juga biasanya begitu" Suara keran air terdengar bersama kalimat mudah yang pria itu lontarkan.

"Jadi maksudmu kau tak pernah tidur di kasur?" Tanya Seungmin tak percaya

"Ya, begitulah"

Seungmin melongo tak percaya mendengar jawaban yang Han lontarkan. Pantas saja dari semua tempat yang ada di kamar tersebut,ranjang Han yang paling bersih. ternyata benda yang biasa dipakai manusia untuk mengistirahatkan tubuh ini tak pernah sang sahabat gunakan selama ini.

"Apa badanmu tak pernah sakit, karena terus menerus tidur di lantai?" Tanya Seungmin kala melihat sosok Han yang sudah keluar dari dapur.

Han mengeleng, melangkah mendekati ranjang miliknya dan langsung mendudukan tubuh di samping Seungmin. Kedua tangannya bertumpu di atas lutut sementara pandangannya diarahkan pada sang sahabat.

"Justru badanku akan sakit jika aku tidur di atas ranjang" Jawabnya

Seungmin terkekeh pelan "Yang benar saja"

Han ikut terkekeh lalu mengambil sebuah bantal yang berada di balik punggung Seungmin.

"Sudah, jangan merasa tak enak hati. Sebaiknya kita cepat tidur saja..." Han kembali bangkit setelah melempar bantal yang tadi dia ambil ke bawah ranjang tepat di dekat kaki Seungmin "...kau pasti sudah lelah membersihkan rumahku. Lagipula, kita akan berangkat menangkap arwah pagi-pagi sekali kan?" Lanjut Han mulai mencari posisi tidur yang nyaman.

"Jangan sampai kita terlambat, jika sampai itu terjadi Lee Know hyung yang agung akan menjadikan kita dendeng nanti, hehehe" Sempat-sempatnya Han membuat lelucon disaat Seungmin justru masih melempar tatapan sungkan padanya.

Seungmin tak merespon apapun, pria itu hanya menatap Han yang mulai menyamankan posisi lantas memejamkan matanya. Hal itu berlangsung beberapa menit, membuat Han yang sudah terpejam kembali membuka mata.

"Kau akan tidur dengan posisi begitu?" Han bermaksud bercanda lagi, namun spontan Seungmin justru menggeleng.

"Kalau begitu berbaringlah, kenapa jadi melihatku? Apa kau suka melihat pria tampan ini tidur huh?" Lagi Han melontarkan kalimat candaannya.

"Kau mau kulempar ya?" Balas Seungmin namun tak ayal dia tersenyum juga.

"Ya sudah, tidur kalau begitu. Kalau memang tak bisa tidur dengan lampu menyala, kau bisa mematikan lampunya" Han menunjuk sakelar lampu yang ada di dekat pintu masuk.

"Apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, malam ini aku akan mencoba tidur dengan lampu yang mati" Jawab Han.

"Biasanya kau tak pernah mematikan lampu memangnya?"

"Tidak, aku selalu membiarkan lampu kamarku menyala" Jawab Han.

Seungmin kembali diam, belum beranjak untuk mematikan lampu ataupun merebahkan dirinya.

"Apa kau punya penutup mata?" Tanya Seungmin tiba-tiba

"Huh?"

"Kalau punya aku pinjam penutup matamu, jadi kita tak usah mematikan lampunya" Seungmin mengusulkan idenya pada Han.

Han bangkit dari duduknya,kemudian menarik laci nakas. Mencari sesaat disana, akhirnya tangannya meraih sesuatu yang tadi Seungmin tanyakan.

"Ini" Han memberikan penutup mata berwarna coklat pada Seungmin.

"Terimakasih, aku pinjam dulu ya" Seungmin meraih benda itu lalu memakainya.

Setelahnya Seungmin langsung merebahkan diri dengan nyaman di atas ranjang empuk milik Han.

"Good night Han" Tukas Seungmin sembari mencoba meraih lelapnya.

"Night Seungmin" Balas Han

_Back Door_

Tawa Jaebum memenuhi ruang tengah kediaman megah milik Esminets, tepat saat Yugyeom –salah satu rekan termudanya- menceritakan perihal situasi Randagio padanya. Terlalu lucu bagi Jeabum,ketika mendengar informasi yang Yugyeom bawakan. Bahkan lelaki bermarga Im itu sampai menyeka sudut matanya yang berair akibat terlalu banyak tertawa.

"Apa sekarang Bang Chan kehilangan kecerdasannya?" Ejekan itu terlontar dari bibir Jaebum, disela tawa yang ia urai "Bagaimana mungkin dia tak mengetahui kalau Bongwan selama ini ada di dekatnya, sementara aku saja bisa langsung tahu tanpa melihat sosok itu" Lanjut pria Im itu lagi

"Aku sendiri heran hyung, kenapa Bang Chan bisa selalai itu. Padahal dengan melihat fakta buku terbuka dengan mudahnya, itu saja sudah membuktikan kalau salah satu pekerjanya itu adalah sosok Bongwan" Yugyeom menimpali.

"Bang Chan sepertinya lupa kalau Bongwan adalah kunci utama Zastezkha" Lagi Jaebum berujar masih dengan nada ejekan.

Yugyeom mengangguk setuju lantas memandang Jinyoung yang justru sibuk menatap keluar jendela. Tak ada senyum apalagi tawa terurai dari bibir si pria tampan itu. Seolah kabar yang dibawa Yugyeom bukan sesuatu yang bisa membuatnya senang saat ini.

"Hyung, kau tidak senang dengan kabar yang kubawa?" Tanya Yugyeom yang pensaran dengan raut datar milik Jinyoung.

Yang ditanya menoleh lantas menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan seorang Kim Yugyeom.

"Kenapa?" Tanya Yugyeom bingung.

"Seo Changbin" Satu nama terlontar dari bibir Jinyoung.

Nadanya terdengar begitu datar namun mengandung kegelisahan yang begitu kentara.

"Kurasa dia sudah menduga satu nama dalam pikirannya" Lagi Jinyoung berujar sambil mengetuk-ngetuk keningnya.

"Darimana kau menyimpulkan hal itu?" Kali ini Jaebum yang bertanya pada Jinyoung.

"Mudah saja, Seo Changbin adalah sosok yang paling dekat dengan Bongwan dulu. Ikatan mereka terlalu erat, jadi akan mudah baginya menemukan sosok Bongwan" Jelas Jinyoung.

Yugyeom mengangguk, setuju dengan penjelasan dari Jinyoung. Perkiraan pria Park itu jarang meleset, karena memang dia seseorang yang mengawasi sesuatu dengan teliti. Jinyoung selalu bisa diandalkan dalam membuat intuisi, karena itu Jaebum selalu bergantung pada pria tampan tersebut.

"Mereka datang" Ditengah kebisuan yang sempat tercipta sesaat Jinyoung kembali berujar.

Tubuh tingginya ditarik bangkit kemudian menghadap kearah pintu masuk. Melihat hal tersebut, Yugyeom dan Jaebum melakukan hal sama. ketiganya kini sama-sama menatap lurus pintu besar kediaman mereka yang berlahan terbuka.

Tiga sosok yang mereka nanti tiba disana bersama dengan Youngjae yang memimpin di depan mereka.

"Welcome back brother" Jaebum berujar sambil merentangkan tangannya lebar,menyambut sosok Mark, Jackson juga Bambam yang baru menunjukan diri di kediaman megah itu.

Dengan kedatangan ketiga pria tersebut, kelompok Esminets pun sudah lengkap. Sepertinya perang antara dua kelompok itu akan kembali terulang, entah siapa yang akan memenangkannya kali ini...takkan ada yang bisa memastiannya.

To Be Continue...

Langsa, 21 Mei 2021
Story battle with Haebaragi13
Cek akunnya dan cari buku dengan judul dan cover yang sama


All Kill Gaeees...🥰
Chukae Melody, Stay dan Atiny. Tetep akur dan saling dukung ya. Fighting buat kita semua...🥰
🌕Porumtal🌕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro