Bab 23
Suasana rapat hari ini begitu tegang. Ada sebuah proyek baru yang akan mereka luncurkan, yaitu pembangunan hotel di Inggris. Proyek yang akan menelan biaya ribuan juta dollar, bahkan mungkin lebih. Proyek pertama yang akan mereka bangun di luar benua Amerika.
Di bawah tatapan tajam Jeff, para staf dan karyawan yang hadir tidak berkutik sama sekali. Mereka sangat hati-hati untuk mengajukan proposal proyek tersebut pada Jeff. Namun, itu sepertinya tidak berlaku untuk Scott.
Laki-laki itu tampak santai dan duduk dengan mimik wajah yang tidak begitu serius.
"Apakah Scott yang akan memegang proyek ini?" tanya Jeff langsung pada semua karyawan yang hadir.
Mereka tidak langsung menjawab, tapi hanya bisa melirik ke arah nama yang telah disebutkan oleh Jeff.
"Apakah ada yang salah, jika aku yang memegang proyek tersebut?" tanya Scott dengan nada sinis.
Scott merasa sikap Jeff sudah keterlaluan padanya. Ayahnya masih memiliki saham di perusahaan ini. Jadi, kenapa dia tidak bisa memegang proyek tersebut.
Jeff melirik tajam ke arah Scott. Matanya seperti ujung tombak yang bisa langsung menghunus jantung laki-laki tersebut.
Scott mendengkus ditatap seperti itu. "Apa kau lupa bahwa aku yang telah memenangkan tender proyek tersebut? Lalu kenapa aku tidak boleh bertanggung jawab atas kerja kerasku?"
Seluruh ruangan menjadi sangat hening. Tidak ada yang berani bicara. Para staf yang hadir sudah mengenal baik siapa Jefferson dan Scott tentunya. Jadi, lebih baik jika mereka tutup mulut daripada ikut campur. Ini bukan masalah mereka.
"Aku tahu," balas Jeff datar. Dia kemudian memeriksa kembali proposal yang ada di tangannya dan mengacuhkan Scott.
"Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Scott dengan nada sinis.
Jeff dengan tenang meletakkan kertas proposal yang dipegangnya di atas meja. "Ini bukan proyek main-main," balas Jeff.
Setelah itu Jeff langsung berdiri dan meninggalkan ruangan rapat. Dia akan kembali ke ruangannya. Namun, sebenarnya Jeff sedang menghindari keributan di saat rapat dan bisa saja itu akan mempermalukan sepupunya atau malah dirinya sendiri. Jadi, jika laki-laki itu ingin berdebat dengannya, dia bisa datang ke ruangannya.
Benar dugaan Jeff, tak berapa lama dia masuk dan belum juga duduk, sosok Scotter sudah menyusul di belakang.
"Sekarang kita bisa bicara bukan?" Suara Scott menandakan ketidaksabaran juga sedikit emosi.
Jeff sudah menunggu hal ini. Dia mengenal baik bagaimana sepupunya tersebut. Scott bukan orang yang mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Laki-laki itu pasti akan menggunakan banyak cara.
Jeff tidak bodoh. Dia tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Scott. Itu adalah Mega Proyek jadi keuntungan yang didapatkan akan sangat besar jika berhasil. Jadi, jika seorang Scott mengincar proyek tersebut maka dapat dipastikan dia tidak hanya mengincar keuntungan tapi juga kekuasaan. Pasti para pebisnis dan investor akan bertanya siapa orang dibalik proyek tersebut. Mereka pasti akan mencari orang tersebut untuk diajak kerja sama. Jika itu sampai terjadi Scott akan punya kesempatan untuk menjatuhkan dirinya. Namun, Jeff tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Jeff melipat kedua tangannya dan bersandar di tepi meja.
"Cih, kau masih bertanya apa yang aku inginkan? Bukankah jelas aku ingin proyek tersebut!"
Jeff mencibir. Dia tidak bodoh. Sudah cukup untuk Scott menghancurkan beberapa proyek yang dipegangnya. Membuat proyek tersebut terbengkalai bahkan ketika sudah menghabiskan dana ratusan juta dollar.
"Apa kau lupa dengan beberapa proyek yang kau tangani? Apa mereka ada yang beres?" sindir Jeff tajam.
Scott mendengkus. Dia tidak membantah atau membuat pembelaan. Namun, dia tetap ingin proyek di Inggris menjadi miliknya.
"Kau tidak bisa menyalahkanku atas hal itu. Bukan salahku jika para pekerja tiba-tiba tidak mau bekerja."
"Kau mirip dengan ayahmu," sindir Jeff lagi.
Wajah Scott yang tadinya terlihat biasa saja jadi berubah lebih gelap setelah mendengar perkataan Jeff tentang ayahnya. Cih, selalu saja ayahnya yang dijadikan alasan. Scott membenci hal itu.
"Bisakah kau tidak melibatkan ayahku untuk urusan ini!" tegas Scott. Dia tahu Jeff sedang memprovokasinya, tapi tetap saja membuat emosinya muncul.
"Tidak!"
Scott semakin terbakar amarah. Dia benci kelakuan ayahnya, tapi dia lebih benci jika itu dijadikan alasan untuknya dalam pekerjaan.
"Ayahku sudah pensiun."
"Tapi, ayahmu juga telah merugikan perusahaan," cecar Jeff.
Sial.
"Apa kau takut aku akan melarikan uang perusahaan?"
"Itu sudah terjadi."
"Apa?" Scott berteriak setelah mendengar perkataan Jeff.
"Apa bukti kalau aku telah melarikan uang perusahaan?"
"Sedang kuselidiki."
Scott mendengkus. Dia memang tidak sepintar Jeff, tapi juga tidak bodoh. Jeff tidak akan bisa menemukan apa-apa.
"Apa kau sedang mengancamku?"
"Tidak, tapi aku sedang memperingatkanmu. Seharusnya kau tidak serakah."
"Apa kau bilang? Aku serakah?"Scott terkekeh. Dia merasa geli ketika Jeff mengatakan hal tersebut. Siapa yang sebenarnya serakah di sini?
"Apa kau lupa asalmu?" tanya Scott. Nadanya merendahkan.
Jeff tidak merespon perkataan Scott. Dia hanya menatap dingin laki-laki yang berstatus sepupunya tersebut. Sepupu? Sepertinya bukan. Karena mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali.
"Kau seharusnya tahu di mana tempatmu," tambah Scott.
Scott menyeringai. Memberikan tatapan ketidaksukaannya dengan sangat jelas.
Jeff mengangkat sudut mulutnya. Mencibir. Dia sedang berpikir tentang semua perkataan Scott. Rasanya sedikit lucu. Seperti menonton sebuah komedi yang sedang menunjukkan ketololan sang pemain.
"Aku tidak lupa asalku Scott, dan aku juga tidak serakah. Semua yang kumiliki saat ini adalah memang seharusnya jadi milikku," ucap Jeff dengan angkuh.
"Kau!" Scott terlihat geram.
"Kenapa kau marah?" Jeff beranjak dari tempatnya kemudian berjalan ke arah Scott. "Aku tidak mencuri apa pun darimu."
Tatapan Scott lebih gelap. Mereka hanya berjarak beberapa meter saja. Saling melempar pandangan membunuh.
Tak berapa lama Jeff menyeringai kemudian membalikkan badan. Dia menuju kursi lalu duduk dengan angkuh.
"Aku tetap tidak akan memberikan proyek tersebut padamu Scott!" tegas Jeff. Nadanya tidak terbantahkan.
Scott mendengkus. "Aku akan meminta pada kakek."
Jeff terkekeh setelah mendengar perkataan Scott. Kakek?
"Siapa yang kau panggil Kakek?" tanya Jeff mencemooh.
Mata Scott semakin menggelap. Darah dalam tubuhnya mendidih. Dia benar-benar membenci laki-laki yang sedang duduk di hadapannya. Membuat amarahnya akan meledak. Namun, dia harus menahannya.
"Jangan bermimpi. Dia bukan kakekmu, tapi kakekku," jelas Jeff dengan nada penuh penekanan.
"Kau!" Scott bertambah geram. Kedua tangannya terkepal di samping.
"Tidak ada gunanya kita berdebat Scott. Kau tahu dengan jelas posisi kita saat ini berbeda."
Scott masih berdiri di tempatnya. Dia bersumpah akan membalas laki-laki di depannya ini.
"Kau boleh pergi sekarang," usir Jeff. Dia mengabaikan Scott dengan dingin.
Scott kehilangan kata-katanya kemudian berbalik untuk pergi. Namun, sebelum tangannya memutar handle pintu, Jeff menghentikan langkahnya.
"Tunggu."
Scott tidak berbalik. Dia berdiri memunggungi Jeff. Sambil menunggu kata apa lagu lagi yang akan laki-laki itu ucapkan untuknya.
"Kau harus ingat satu hal, bahwa aku yang memiliki kuasa atas perusahaan ini bukan orang yang kau sebut kakek. Dia sudah pensiun!"
Mendengar perkataan Jeff langsung membuat Scott menoleh dan menatap tajam. Buku-buku jarinya telah memutih. Amarahnya siap untuk meledak. Sedetik kemudian dia menghilang dari pandangan Jeff.
Tatapan Jeff tidak beralih dari pintu yang baru saja tertutup. Ada amarah bercampur benci dalam dadanya. Namun, dia harus lebih bersabar lagi. Semua baru permulaan. Tidak akan menarik jika berakhir sampai di sini.
Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengungkap semuanya. Informasi yang dia kumpulkan belum cukup. Jadi, dia akan masih bermain cantik, tapi pemenangnya sudah pasti diputuskan adalah dirinya sendiri.
*****
Hallo... Hallo...
Ada yang bingung mungkin dengan cerita ini atau malah makin penasaran.
Tenang saja makin banyak hal menarik kok. Tunggu saja...
BTW saya sebenarnya sedang tepar karena salah makan. Minta doanya supaya bisa lekas pulih.
Happy reading
Vea Aprilia
Senin, 29 Oktober 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro