Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.2 | Lost In Japan

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

SEONGWU mengembuskan napasnya kuat-kuat, membuat Daniel yang duduk di sampingnya semakin merasa bersalah. Saat ini mereka berdua sedang dalam pesawat menuju Jepang atau lebih tepatnya menuju Osaka, seperti rencana mereka pagi tadi. Sampai Jisung datang tergopoh-gopoh bersama sang kekasih Minhyun, wajahnya terlihat panik dan-

Lagi-lagi Seongwu mengembuskan napasnya dan Daniel semakin di dera rasa tidak enak hati. Siapa menyangka ia harus melakukan pemotretan di Jepang, pada esok hari. Jisung mengatakan harus membereskan beberapa pekerjaan di agensi, jadi pada akhirnya Seongwu harus menggantikan posisi Jisung sementara.

Masalah terbesar dari masalah ini adalah Kuanlin yang menangis sangat kencang saat melihat Daniel dan Seongwu berpamitan untuk pergi ke Jepang. Daniel merasa tidak enak, namun pada kali ini pekerjaannya melarangnya membawa tamu, jadi Kuanlin akhirnya dengan segala bujuk rayu bisa lebih tenang, terima kasih pada Jihoon yang mengatakan akan menjaga Kuanlin selama Seongwu dan Daniel pergi.

Jisung juga berjanji akan menyusul mereka sambil membawa Kuantan saat pekerjaannya selesai. Masih dengan hati yang berat. Seongwu akhirnya mencoba menyamankan posisi duduknya dan memasang penutup mata dengan bentuk anjing laut untuk tidur selama perjalanan.

Daniel tahu kalau ia membuat Seongwu kecewa kali ini, selain meninggalkan Kuantan kecil di Korea-ia juga akan membuat Seongwu repot dan kesepian selama ia bekerja di Jepang. Jadwal pemotretan kali ini memang baru dikonfirmasikan beberapa hari yang lalu dan Jisung tidak sempat mencatatnya di note pribadinya. Alhasil semuanya terjadi, tapi Daniel bukan tipe orang yang akan menyalahkan orang lain. Sebab itu, sejak tadi ia mencoba meminta maaf pada kekasihnya itu dengan setulus dan sehalus yang ia bisa.

Tapi, Seongwu sudah jatuh tertidur. Daniel membiarkan kepala Seongwu bersandar di bahunya dan keduanya menghabiskan waktu selama hampir dua jam lebih berada di pesawat menuju ke Osaka, Jepang.

🌿🌿🌿

Seongwu terlihat serius dengan ponselnya, ia sedang mengirimkan pesan kepada Jisung bahwa mereka telah sampai dengan selamat di bandara. Daniel sedang menelefon salah satu staff yang berada di bandara untuk memberikan tumpangan menuju hotel yang telah dipesannya. Seongwu yang terus menghindari Daniel, meskipun itu dalam hal tidak mendekatinya di radius tertentu.

"Seongwu, mobil kita ada di depan sana. Ayo!" ajak Daniel.

Sambil menyeret koper mereka-Daniel memimpin arah menuju ke arah mobil van berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berasal. Terlebih dahulu memberikan kopernya kepada sopir dan pengawal yang ada, Daniel melihat Seongwu kesulitan mengangkat koper miliknya lalu berinisiatif untuk membantu Seongwu.

"Sini biar aku yang mengurusnya, naik saja terlebih dahulu...," ujar Daniel sambil meraih koper Seongwu.

Seongwu terdiam beberapa detik sebelum akhirnya melakukan hal yang dianjurkan oleh Daniel. Pemuda itu duduk di kursi belakang dekat jendela, masih dengan ponsel miliknya di tangan. Daniel menyusul beberapa saat kemudian melihat Seongwu yang benar-benar menghindarinya.

Sopir yang berada di mobil yang sama bertanya-tanya dalam hati mengapa Daniel dan Seongwu bersikap demikian. Perjalanan menuju hotel berlangsung dalam keheningan—Daniel hendak mengirimkan pesan kepada Jisung,  namun hal itu akan memecah konsentrasi Jisung dalam menyelesaikan pekerjaannya. Akhirnya Daniel memilih untuk menghubungi Minhyun, namun pesannya tidak kunjung dibalas bahkan setelah ia turun dari mobil. 

Sambil mendengus kesal, Daniel memasukkan ponselnya ke dalam saku coat yang digunakannya. Jisung yang sudah mengatur segala akomodasi memudahkan Daniel dan Seongwu untuk menginap, tapi Jisung sepertinya tidak menyadari situasi yang ada sekarang. Ia lupa kalau pasangan muda ini akan mati dalam kecanggungan. Keduanya di tempatkan di kamar yang sama.

Daniel menerima kartu kunci kamar dengan pandangan kosong, sementara Seongwu membulatkan kedua matanya saat menyadari kalau ia akan terjebak lebih lama dengan Daniel. Melihat reaksi Seongwu, Daniel lalu pergi ke arah resepsionis dan menanyakan kamar kosong. Dan sialnya, tidak ada kamar kosong untuk hari ini. 

Diam-diam Daniel melirik ke arah Seongwu dan siapa menyangka Seongwu-pun sedang melirik Daniel, namun dengan dramatisnya ia memberikan tatapan dan lirikan tajam yang membuat Daniel mulai semakin ketakutan. Seongwu marah.

"Kau pasti sudah dengar bukan? Jadi... kita harus tidur sekamar, besok kau bisa tidur di kamar yang kau inginkan."

"Tidak perlu," jawab Seongwu pendek masih tetap tidak ingin melihat raut bodoh Daniel. 

Daniel yang semakin ketakutan lalu memilih diam. Ia hendak memberitahu kamar dan di lantai berapa mereka berada, namun Seongwu lebih dahulu melangkah. Tentu saja Seongwu tahu kemana ia seharusnya mulai melangkah, ia mendengar penjelasan dari sopir yang membantu mereka. Setelah masuk ke dalam lift  Seongwu merasa kalau sikapnya sedikit berlebihan pada Daniel, tapi ia sudah terlalu malu untuk meminta maaf terlebih dahulu. 

Jadi Seongwu memilih untuk menunggu sampai Daniel yang meminta maaf kepadanya. Seongwu dan Daniel akhirnya masuk ke dalam kamar tempat mereka menginap, Seongwu memilih untuk mendekat ke arah sofa dan duduk di sana bersama koper yang dibawanya. Membuat Daniel kembali menghela napas panjang. 

Siapa menyangka kalau Daniel akhirnya meletakkan kopernya dengan sembarangan dan kini berdiri di hadapan Seongwu, membuat si pemuda dengan kemeja putih dan cardigan berwarna gading mendongkak. Wajah Daniel yang terlihat terlihat dingin membuat Seongwu menunduk.

Entah darimana keberanian darimana,  Daniel memegang dagu Seongwu dan membuat pemuda itu mendongkak ke atas—menatap sepasang manik mata Daniel yang menatapnya tajam.

"Apa kau akan terus mendiamkan ku seperti ini? Ong Seongwu?" tanya Daniel dengan ekspresi dingin.

Wajah Seongwu menegang dan membuat Daniel sedikit di dera rasa bersalah. Hati Seongwu terasa sedikit sakit karena Daniel memperlakukannya seperti ini, dengan menahan airmata yang mengalir. Ia menepis tangan Daniel dan bangkit dari posisinya, menjauh dari Daniel. Namun belum sempat Seongwu menjauh Daniel sudah lebih dahulu menangkap pergelangan tangan Seongwu.

"Seongwu...," panggil Daniel pelan, "kumohon jadi seperti ini, aku tahu... aku minta maaf membuat semuanya jadi seperti ini."

Seongwu menatap wajah Daniel dengan kedua manik mata berkaca, bibirnya bergetar karena menahan isikan.

"Hyung selalu saja seperti ini, memutuskan semua hal sesuka hati. Apa kau paham kalau aku tidak bisa seenaknya bersikap? Aku punya tanggung jawab saat ini! Hyung   pikir aku pantas pergi seperti ini di saat Kuanlin masih membutuhkanku?!"

Ucapan Seongwu membuat Daniel paham hal yang terus mengganggunya selama perjalanan. Senyuman Daniel kembali, dengan lembut ia menarik Seongwu ke dalam pelukannya dan membiarkan Seongwu menghirup aroma parfum bodysoap yang digunakannya.

"Aku justru mengajakmu pergi seperti ini karena ingin membuatmu bisa bersantai... menikmati kencan yang normal seperti pasangan kekasih lain."

Bisikan Daniel di telinga Seongwu membuat pemuda itu berhenti menahan tangisnya, ia lalu mendongkak, memandang wajah Daniel yang lembut. Daniel yang selama ini dikenal dan membuatnya jatuh cinta. 

"Kau tahu... aku ingin membuatmu bergantung padaku, bersandar padaku di saat kau lelah. Kau tidak sendirian lagi Seongwu, tidak perlu menanggung semua beban itu sendirian." Daniel mengelus pipi Seongwu lembut sambil memandang kedua manik mata kekasihnya dengan penuh cinta yang bisa Seongwu rasakan. "Karena Seongwu sangat mandiri, sangat hebat dan selalu terlihat baik-baik saja... semua itu membuatku selalu khawatir. Apa Seongwu akan lelah? Apa Seongwu butuh aku sekarang? Kenapa Seongwu selalu menekan perasaan egoisnya untuk menyenangkan hati orang lain... hal-hal seperti itulah yang terus berkecamuk di kepalaku selama ini."

Kembali memeluk Seongwu dan mencium aroma manis dari parfum yang dipakai Seongwu, Daniel ingin meyakinkan kekasihnya itu.

"Karena Seongwu sudah memiliki aku, Kang Daniel. Aku pasti mengusahakan segala hal terbaik yang bisa aku lakukan demi kekasihku dan kebahagiaannya."

Tanpa bisa ditahan, Seongwu memeluk erat tubuh Daniel dan mengangguk paham. Ia yang bersikap dewasa seperti ini, sesungguhnya tidak paham dengan kesungguhan Daniel. Bukan sebuah keinginan egois, Daniel melakukan semua ini demi membuat Seongwu bahagia. Dan betapa bodohnya Seongwu sempat mengira Daniel bersikap kekanakan seperti remaja yang dimabuk cinta.

Sambil tertawa malu dan mengelap airmata yang lolos, Seongwu tersenyum bahagia menatap Daniel. 

"Jadi sudah tidak marah?" tanya Daniel disertai dengan senyuman iseng di wajahnya. 

"Tidak!" jawab Seongwu sambil tertawa pelan. 

Dengan gemas Daniel memeluk Seongwu dan memainkan tubuh Seongwu dengan cara melemparnya ke kanan dan ke kiri hingga membuat kekasihnya itu tertawa cekikan pelan. 

"Baiklah lebih baik kita makan siang dulu sambil berjalan-jalan di daerah Dotonbori untuk malam nanti."

Seongwoo mengangguk semangat dengan ide yang diberikan oleh Daniel. 

"Tapi aku masih lelah... bagaimana kalau kita tidur sebentar dan baru pergi berkeliling setelah dua jam beristirahat? Ini juga masih terlalu awal untuk pergi makan siang," ujar Daniel sambil menarik Seongwu ke atas ranjang. 

"Baiklah, aku juga sedang kurang tidur karena seseorang terus membuatku kesal sejak di Korea."

"Maafkan aku, aku benar-benar menyesal membuatmu jadi mengerutkan dahimu selama penerbangan."

Terlebih dahulu naik ke atas Seongwu menarik lengan Daniel hingga keduanya jatuh tertidur sambil tertawa pelan. Mata Seongwu dan Daniel saling bertubrukan yang membuat Seongwu maju terlebih dahulu—mengecup dahi Daniel, melihat Seongwu yang bertindak lebih inisiatif sontak saja membuat Daniel membeku, begitu terkejut. Tidak menyangka kalau Seongwu akan bersikap manja seperti saat ini. 

Wajah Daniel sudah memerah karena tanpa ia sadari kalau hanya Seongwu-lah yang mampu membuatnya berdebar seperti yang saat ini dirasakannya, beberapa orang yang sempat datang dan pergi ke kehidupannya—tetapi hanya Seongwu yang bisa menghadirkan begitu banyak warna di kehidupannya yang terasa monoton. Bukannya tidak bersyukur, namun sudah sifat dasar manusia untuk mencari sesuatu yang mampu membuat setiap hal yang dilakukannya berharga dan patut disyukuri.

Pertemuan dengan Seongwu mengubah banyak aspek dalam diri Daniel dan ia bersyukur, kalau cinta—satu hal yang dahulu tidak dipercayainya kini menjadi pegangannya untuk terus berjuang demi Seongwu. Demi kekasihnya, demi kebahagiaan seseorang yang berada dalam dekapannya.

  🌿🌿🌿  

Daniel bangun terlebih dahulu, disusul Seongwu yang masih duduk diam di atas ranjangnya mencoba mengumpulkan nyawanya yang entah terbang ke mana. Wajah imut itu membuat Daniel tidak dapat menahan rasa gemasnya dan bergerak untuk mengecup bibir kekasihnya, sontak saja kedua manik mata Seongwu yang terbuka setengah langsung terbelalak. Senyuman jahil Daniel membuat Seongwu bangkit dan hampir memukul lengan pria yang lebih tua itu, kalau saja ia tidak oleng dan malah berakhir ditangkap oleh Daniel. 

"Apa perlu kuantar ke kamar mandi? Sepertinya kau masih belum sadar."

"Aku bisa sendiri."

Sambil tersenyum, Daniel mengikuti Seongwu dari belakang dalam diam. Membuat pemuda itu semakin merasa kesal sampai akhirnya entah bagaimana Seongwu sudah digendong oleh Daniel keluar dari kamar mandi sambil tertawa geli—

"Ayo ayo! Sudah sore hari... akan lebih baik kita pergi berkeliling. Ingin makan Takoyaki, bukan?"

Seongwu mengangguk, "aku juga ingin berfoto di Dotonbori... ah apa kita harus memakai masker? Kita kan keluar dengan jalan kaki."

"Sepertinya...," jawab Daniel tidak yakin. 

"Kalau begitu Hyung sebaiknya memakai masker. Aku kan bukan Idola besar sepertimu," kekeh Seongwu sambil mengambil salah satu kemeja bergaris berwarna biru-putih. 

Ia berbalik menatap Daniel sambil tersenyum, "ayo kita pergi, Hyung!" 

Daniel hanya bisa mengikuti langkah kaki Seongwu menyusuri jalanan ramai. Hotel tempat mereka menginap memang hanya berjarak tujuh menit jika berjalan kaki menuju ke Dotonbori, kawasan paling ramai di Osaka saat ini. Seongwu berjalan di bagian depan, diikuti oleh Daniel di belakangnya yang membawa sebuah payung. Perintah dari Seongwu, karena langit terlihat muram. Dan ia bisa mencium aroma tanah yang kuat. 

Tentu saja hal itu membuat Daniel akhirnya menuruti saran dari Seongwu, jalanan sore itu ramai. Memang udara semakin dingin, ditambah lagi hari natal akan jatuh esok hari. Ada sebuah pohon natal raksasa yang berada di tengah pusat pertokoan Dotonbori, Seongwu mendekat ke arah pohon itu dan memotretnya. Wajahnya yang berseri karena ini adalah pertama kalinya Seongwu pergi ke luar negri untuk berwisata. 

Padahal ia sudah dibuatkan paspor sejak lama. Seongwu berbalik lalu berjalan ke arah Daniel, meraih jemari Daniel sambil membawanya mendekat ke arah pohon natal itu. 

"Kita harus berfoto di sini Hyung... ini kan kencan kita."

Daniel mendekat ke arah Seongwu, merangkul bahu Seongwu sambil mengeluarkan ponsel miliknya. Di layar ponsel Daniel mulai terpampang wajah mereka berdua yang tersenyum bahagia ke arah kamera—

ckrek

"Bagaimana hasilnya?" tanya Seongwu yang tanpa sadar menempelkan seluruh tubuhnya ke arah Daniel untuk melihat hasil swafoto yang mereka lakukan. 

"Hasilnya bagus juga, ayo kirimkan kepada Jisung-hyung  dia sudah khawatir setengah mati kepada kita berdua pastinya."

"Sebaiknya Hyung jangan menggangu Jisung-hyung. Dia sedang berusaha agar cepat menyelesaikan pekerjaannya saat ini."

"Baiklah aku tidak akan mengirimkannya, kalau begitu ayo kita pergi!"

Daniel tidak lagi membiarkan Seongwu berjalan di depannya, kini ia berani menggandeng tangan Seongwu sambil tertawa pelan melihat reaksi panik kekasihnya itu. 

"Tenang saja, ditengah keramaian seperti ini orang-orang tidak akan terlalu memperhatikan sekitarnya."

Seongwu mengangguk paham dan tertawa pelan sambil balik menautkan jemari tangannya di antara jemari panjang dan lentik Daniel. Seolah ruas jari keduanya telah diciptakan untuk satu sama lain, Seongwu menatap jemari mereka yang bertautan dengan rona kemerahan di kedua pipinya yang pucat. 

"Ahk berhenti memikirkan hal itu!"

Daniel berbalik ke belakang dan menatap Seongwu yang terhenti saat wajah Daniel memperlihatkan sebuah cengiran yang membuat dada Seongwu berdebar hebat. Seongwu sampat menarik sedikit tangannya untuk menghentikan pergerakkan Daniel yang berniat masuk ke salah satu toko dengan gaya Eropa, toko yang di dominasi oleh ornamen kayu dan bunga membuat Seongwu menggeleng pelan saat Daniel sedikit menghentakkan Seongwu.

"Hyung... aku kan belum cukup umur."

"Malam natal ini kita bisa meminumnya berdua, tenang saja. Kita hanya perlu membeli satu botol Wine dan kalau kau ingin kita makan malam di Hotel... tidak masalah untukku."

Seongwu akhirnya menyerah dan mengikuti Daniel masuk ke dalam toko itu. Aroma anggur yang terasa asing baginya kini membuat Seongwu mengerinyit tidak begitu suka—

"Sumimasen... nee Wine juseyo."

"Eh kenapa menggunakan juseyo Hyung?  Hahaha...."

Tawa puas Seongwu membuat Daniel tersenyum malu-malu. Pemilik toko yang hendak melayani-pun hanya bisa ikut tertawa karena mendengar tawa ringan Seongwu dan Daniel. Daniel memilih anggur yang berusia sama dengan Seongwu saat ini, cukup mahal. Namun Daniel dengan gampangnya mengeluarkan kartu kredit miliknya dan membayarnya dengan kartu itu. 

Botol anggur berwarna gelap itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak mewah berwarna hitam, ditambah dengan pita berwarna merah yang memberikan kesan mewah dan elegan pada bingkisan itu. 

"Sehabis ini ingin pergi ke tempat lain?" 

Seongwu menggeleng pelan. 

"Kalau begitu kita kembali ke hotel saja? Kau pasti lelah sejak tadi berjalan."

"Eh... secepat itu?"

"Lalu ingin ke mana?" tanya Daniel dengan sabar. 

"Eeee bagaimana kalau kita berkeliling sebentar di bazar yang ada di dekat pohon natal besar itu sebentar?"

"Ingin membeli sesuatu di sana?" 

"Aku—aku sempat melihat boneka kelinci yang lucu. Aku pikir untuk membelikannya untuk Kuanlin."

Senyuman Daniel mengembang sempurna. 

"Baiklah, kau sepertinya tetap akan memikirkan Kuanlin bahkan kalau nanti aku mengajakmu pergi berbulan madu."

Seongwu melempar tatapan jengah ke arah Daniel yang lagi-lagi merasa cemburu pada Kuanlin kecil yang bahkan tidak tahu pakaian apa yang akan dikenakannya setiap bangun tidur. Kembali menyusuri jalanan, Seongwu akhirnya sampai ke depan sebuah stan yang dikelolah oleh seorang wanita paruh baya berkebangsaan Italia. Wanita itu berkomunikasi dengan Daniel menggunakan bahasa Inggris yang tidak begitu bisa Seongwu kuasai—Daniel yang memang memiliki sifat dasar ramah membuat wanita itu malah memberikan dua buah boneka kelinci berwarna putih dan cokelat terang kepada Daniel secara cuma-cuma. 

"Ayo katakan terima kasih kepada wanita itu," ucap Daniel. 

Seongwu yang masih tersenyum hangat ke arah dua boneka kelinci dalam dekapannya lalu mengucapkan terima kasih dan mendapat pujian dari wanita itu. Tidak henti-hentinya Daniel melirik ke arah Seongwu yang terlihat begitu senang dengan hadiahnya.

"Itu hadiah untuk Kuanlin loh," goda Daniel yang membuat Seongwu kesal.

"Iya aku tahu, aku akan memberikannya kepada Kuanlin nanti."

Sepanjang jalan menuju ke hotel, Daniel tidak henti-hentinya membuat Seongwu merona karena godaan yang dilemparkannya.

"Woah orang itu tampan sekali," puji seorang wanita yang langsung mengambil foto Seongwu yang sedang berjalan mengejar Daniel. Seongwu yang tanpa sengaja menubruk seseorang lalu meminta maaf sambil tersenyum.

"Wah apa dia seorang aktor atau Idol...," gumam teman wanita itu.

"Entahlah, tapi dia tampan."

Kedua wanita itu tertawa pelan dan kembali menikmati jalanan Dotonbori yang ramai dengan ornamen Natal.

🌿🌿🌿

Daniel tertawa pelan melihat akun instagram miliknya yang dikomentari oleh dua sahabat baiknya yaitu Minhyun dan Jaehwan.

Ia dan Seongwu sudah sampai di hotel sejak setengah jam yang lalu, berbuat menikmati malam dengan bercengkerama. Daniel sedang duduk di kursi yang berada dekat dengan jendela kamarnya, sambil ditemani segelas wine beraroma nikmat yang sejak tadi di minumnya dengan perlahan.

Seongwu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe putih milik hotel, mendekat ke arah Daniel sebelum duduk dengan canggung di depan sangat kekasih yang menatapnya dengan tatapan memuja.

"Hyung jangan menatapku seperti itu...  kau membuatku gugup saja."

Melihat hal itu Daniel buru-buru mengalihkan pandangannya dari Seongwu.

"Maaf, aku tidak tahu kalau kau jadi tidak nyaman jika aku menatapmu seperti ini."

Seongwu tersenyum dan meraih sebutir anggur hijau yang ada di depannya, memasukkannya ke dalam mulutnya sambil menatap keluar jendela. Keheningan di antara mereka membuat Daniel sedikit salah tingkah, ia tidak bermaksud untuk membuat Seongwu merasa tidak nyaman. Namun ia ingin berbincang asyik dengan kekasihnya itu sambil mengagumi keindahan Seongwu.

"Hyung bagaimana kalau kita bermain permainan Truth orang Dare? Hyung tahu permainan itu bukan?"

Daniel mengangguk.

"Apa kita membutuhkan penalti jika tidak mampu menjawab pertanyaan yang ada?"

"Aku rasa begitu... bagaimana kalau siapa yang kalah minum alkohol?"

"Kau yakin? Ini pertama kalinya kau akan minum alkohol seumur hidupmu."

Seongwu mengangguk.

"Baiklah, tapi jangan wine, kita bisa melakukan  hukuman dengan minum bir. Tenang saja, aku akan memberikanmu yang kadar alkoholnya tidak tinggi."

Seongwu hanya diam melihat Daniel bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kulkas. Mengambil dua kaleng bir dingin dan meletakkannya di depan Seongwu. Sementara Seongwu mengambil sebuah botol air mineral yang tinggal setengah isinya untuk dipakai memutar di dalam permainan. Daniel duduk berhadapan dengan Seongwu dan—permainan dimulai.

"Hyung yang kena!" seru Seongwu.

"Baiklah... Truth!"

"Ei... kenapa memilih Truth sih, tapi baiklah hmmm... tunggu biarkan aku berpikir."

"Hyung punya berapa mantan kekasih?" tanyanya dengan wajah serius. 

"Eii... kenapa—"

Belum sempat menyuarakan protesnya lebih lanjut, Daniel sudah mendapatkan pelototan dari Seongwu. 

"Kalau sejak empat tahun ini, aku punya dua belas mantan kekasih."

Seongwu membelalakkan matanya tidak percaya kalau kekasihnya itu punya kekasih sebanyak itu. Rasanya jumlah kekasih Seongwu lebih banyak dibandingkan teman baiknya seumur hidup.

"Baiklah kita lanjutkan," ujar Seongwu sambil memutar botol. 

"Baiklah Ong Seongwu, kau ingin truth atau dare?"

"Dare! Karena aku pemberani."

"Heee...," Daniel lalu melemparkan tatapan meremehkan ke arah kekasihnya itu. 

"Bagaimana kalau melakukan frenchkiss denganku selama lima menit?"

"MESUM!" jerit Seongwu yang hampir melempari Daniel dengan kaleng bir miliknya. 

"Kan kau memilih Dare."

Seongwu diam. Ia harusnya tidak mengajak pria di depannya itu bermain permainan kekanakan namun berbahaya seperti ini di dalam kondisi setengah telanjang seperti ini. Benar, Seongwu tidak mengenakan apapun kecuali boxer di balik bathrobe yang dipakainya. Pikiran kotornya sudah berkeliaran ke mana-mana sejak tadi. 

"Tidak mau? Kau bisa meminum birmu kalau tidak mau," tantang Daniel. 

Dengan segenap perasaan dan harga dirinya, Seongwu bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendekati Daniel. Daniel memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan kekasihnya, ia mendongkak menatap Seongwu yang merona dengan sebuah seringai jahil di wajahnya. 

"Should I close my eyes? Aku tidak ingin membuatmu gugup."

Seongwu menggeleng pelan. Ia lalu mendekat meraih pipi Daniel, mengelusnya pelan. Dan hal itu sukses membuat jantung Daniel melakukan orkestra-ria. Daniel bisa merasakan napas Seongwu yang hangat menerpa wajahnya, ia membiarkan Seongwu melakukan semua prosesnya seorang diri, tanpa adanya paksaan. 

Bibir mereka bertemu. 

Dan Daniel gila.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro